Chapter 9

842 162 5
                                    


     "Uang memang yang terbaik"

Mendengar pernyataan Cale yang baru saja menadapatkan uang dari sang Ayah membuat Lucia menggelengkan kepalanya. Siang telah berganti menjadi malam, Lucia memaksa Cale untuk membiarkannya menginap di kamar sang Tuan muda. Walaupun kamar mereka menyatu dan hanya terhalang pintu pembatas, bukan suatu masalah yang besar untuk Cale.

Kini sang pemuda tengah berbaring di ranjang tercinta nya sembari menatap puas kertas di genggamannya yang bisa kapan saja ia 'cairkan' menjadi uang. Ron yang tengah membantu Lucia membereskan beberapa hal juga hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan Tuan muda nya. Lalu, setelah pekerjaannya selesai, Ron pamit mengundurkan diri sebelum berkata kepada sang Pria bersurai merah;

"Saya akan selalu berada di samping anda, Tuan muda"

Perkataan yang sangat tiba tiba itu sontak membuat sang Tuan muda terduduk dari posisi tidurnya. Raut wajahnya jelas menampakkan kejengkelan yang di rasakannya terhadap sang Pelayan tua itu. Lagi lagi Lucia hanya bisa menggelengkan kepalanya sebelum ia ingat bahwa ada satu hal yang belum sempat ia sampaikan kepada Cale.

"Cale .. Paman Deruth menawarkanku untuk berangkat bersamamu.."

Setelah Cale mendapatkan kertas cek yang memuat angka yang menjadi gambaran sebagian jumlah harta kekayaan sang Ayah, Count Henituse memanggil Lucia untuk mengunjungi kantornya. Lucia yang sudah lama tak mengunjungi pamannya dan juga ingin bertukar satu dua patah kata langsung menerima tawaran tersebut.

Sesampainya di kantor sang Paman, yang ia dapati adalah Deruth yang tengah menikmati secangkir kopi dengan beberapa menu camilan manis yang tersuguhkan di hadapannya. Ketika sang Pria bergelar Count itu merasakan kehadiran Lucia, langsung saja dirinya mempersilahkan Nona muda yang telah ia anggap sebagai Putri sendiri itu untuk duduk.

"Bagaimana kabarmu, Paman?"

Lucia memilih untuk memulai terlebih dahulu percakapan mereka. Tangannya perlahan menggapai camilan manis yang telah disuguhkan, menikmatinya dengan perlahan. Melihat raut bahagia yang terlukiskan dengan jelas di wajah sang gadis membuat sang kepala keluarga Henituse tertawa pelan.

"Kabarku baik. Seperti yang kau lihat, selalu di hantui permasalahan tentang Cale"

"Paman .. Cale tak seburuk itu"

Seperti anak kecil yang merajuk, Lucia menaruh kedua tangannya di pinggang dan berlagak memarahi Paman tersayangnya itu yang kini mengangkat kedua tangannya, berusaha menyerah terlebih dulu sebelum terkena marah seorang gadis Harvest.

"Bukan, bukan itu maksudku"

Melihat tingkah Deruth yang ikut mengimbangi perannya, Lucia memilih untuk mengakhiri perdebatan singkat mereka dengan tawa manisnya. Sang Count hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekanakkan Lucia yang tak pernah berubah.

"Baiklah, apa yang sebenarnya yang ingin kau bicarakan, Paman?"

"Berangkatlah bersama Cale ke Ibu kota nanti"

Mendengar pernyataan sang Paman yang terkesan terlalu terus terang membuat binaran di mata Lucia terlihat. Kepalanya yang sebelumnya berfokus pada camilan manis di hadapannya langsung terarahkan kepada Deruth yang sedikit terkejut dengan aksi tiba tiba Lucia.

"Benarkah?! Paman tak boleh menariknya kembali, ya!!"

Yang Deruth ketahui selanjutnya adalah kepalanya terasa sedikit pusing karena guncangan dan teriakan bahagia yang Lucia sebabkan. Sebelum sang gadis benar benar pamit undur diri, Lucia memilih untuk memeluk Paman tersayangnya lalu berjalan dengan bahagia, melangkah keluar kantor sang Count.

|| The Female Lead and The Trash ||Where stories live. Discover now