Part 5

129K 1K 44
                                    

Itu gambarnya Demon pemirsah.. Ga kalah ganteng daripada David yaa.. Gimana part sebelumnya? Hot?

**

Melia terbangun sekitar pukul 9 malam. Dia melihat David tidur disebelahnya. Melia berusaha mengingat - ingat apa yang sudah terjadi. Dia mengingat kegiatan panasnya dengan David. Hal yang begitu diinginkannya dari Demon.

"Demon? Oh shit!! Aku meninggalkan Rivab sendiri dirumah. Aku harus segera pulang" pikir Melia.

Melia bangun perlahan dan mengambil ponselnya dari tas, ada 20 panggilan tak terjawab dari Demon, 5 panggilan dari Boutique dan beberapa BBM dari Rivan.

Melia membangunkan David perlahan agar segera bangun dan mengantarnya pulang kerumah

"Dav.. Banguunn"

David menggeliat dan membuka matanya melihat Melia, Davidpun tersenyum meraih badan Melia kedalam pelukannya

"Kenapa sayang? Kurang ya? Ayo kita main lagi"

"David, kita sudah bercinta 3 kali tadi. Antarkan aku pulang.. Ini sudah malam"

"Menginaplah syaang.."

"Aku gak bisa Dav.. Kasihan Rivan"

David bangun dan duduk di sandaran kursinya membelai rambut Melia perlahan

"Apa kita masih bisa bertemu dan bercinta lagi Mel?"

"Of course honey" ujar Melia sembari membelai pipi David.

"Bagus.. Ayo aku antar pulang"

**
Demon Pov

Tumben Melia pergi hingga larut malam begini. Biasanya dia sudah dirumah setiap sore. Aku mencoba menelpon ke Boutiqur tapi ternyata Melia tidak bekerja. Aneh sekali, dia tidak seperti biasanya.

Biasanya Melia yang telaten mengurus Rivan, ah mungkin Melia sedang ada kesibukan.

Ckrek!

Aku menoleh ke arah pintu, Melia masuk ke ruang keluarga dan nampak terkejut melihatku duduk di sofa ruangan ini

"Demon?"

"Kamu dari mana honey?"

"Aku.. Aku ada urusan dengan klien" jawabnya

"Ooh.. Kenapa sampai larut begini sih?"

"Ketemu kliennya di Cipanas tadi" jawabnya cuek dan meninggalkan aku diruangan ini.

Dreet.. Dreet...

Ponselku bergetar dan aku melihat tanda pesan masuk di ponselku.

From : Shinta

Pak, segera ke kantor malam ini. Saya tunggu

Aku hendak melangkah keluar namun tiba - tiba serasa ada yang menarik tanganku. Aku menoleh dan mendapati Melia memegang tanganku

"Mel?"

"Mau kemana kamu?" tanyanya dengan menatapku tajam

"Kantor aku ada..."

"Malam - malam gini kamu ke kantor?" dia memotong pembicaraanku

"Aku ada..."

"Kamu setiap malam gak pernah ada dirumah, kamu abaikan aku dan Rivan! Apa sih yang kamu kerjakan selarut ini huh? Kamu tau gak kita berdua ini kesepian tanpa kamu. Dan kamu sibuk mengencani ...."

Dreet.. drett... Dreet...

Melia menghentikan bicaranya karena ponselku bergetar. Aku melihat nama Shinta di layar ponselku. Aku tidak bisa berdebat dengan Melia saat ini.

"Siapa?" tanyanya ketus

"Shinta. Maaf sayang, aku gak bisa berdebat sama kamu. Aku tinggal dulu"

Aku berjalan meninggalkan Melia yang berteriak memanggil namaku. Ah !

**
Melia Pov

Demon sialan!!! Dia pergi lagi pergi lagi. Apa - apaan siih. Dia selalu saja pergi setiap malam. Aku curiga jangan - jangan Demon dan Shinta beneran selingkuh lagi dan mereka sudah menikah diam - diam. Ah tidak !! Pikiran macam apa ini? Lebih baik aku tidur saja.


Aku berjalan memasuki kantor Demon. Aku melihat sekeliling kantor sepi. Yaiyalah ini kan sudah jam 11 malam.

Aku terus berjalan menyusuri koridor kantor menuju ruangan suamiku. Aku melihat dari kejauhan lampu di ruang kerja Demon masih menyala jadi benar dia ada di kantor.

Aku berjalan semakin dekat menuju ruangan Demon. Semakin dekat aku mendengar suara - suara aneh seorang perempuan. Aku yang penasaran berjalan semakin mendekat

"Ssshh... Aaahhh... Oohhh..."

Aku mendengar suara desahan seorang wanita. Apa? Siapa? Siapa yang ada di ruangan Demon? Mengapa mendesah?

"Sshh aaahh.. Pak.. Aahh Pak Demon.. Lebih dalam pak.. Oohh ... "

Mataku melotot mendengar desahan wanita itu. Dadaku bergemuruh dan panas tubuh menjalar keseluruh bagian tubuhku. Aku berusaha membuka pinu ruangan namun terkunci.

Aku mulai jengah!! Apa yang dilakukan Demon di dalam sana? Aku ingin menggedor pintu namun aku tidak ingin mereka tau aku di sini itu hanya akan memudahkan mereka menyembunyikan skandal mereka.

Aku mendorong keras pintu ruangan kerja Demon hingga terbuka dan....

BUGG!!!!

Aku terjatuh di lantai. Aku membuka mataku dan aku melihat sekeliling ini kamarku! Ah! Jadi tadi aku hanya bermimpi? Mimpi buruk? Apa itu suatu pertanda?

Aku menggeleng pelan. Ku seka keringat yang membasahi dahiku. Ah lebih baik aku mandi menyegarkan badanku.

Aku melangkah masuk ke kamar mandi melepaskan lingeri sexyku dan pakaian dalamku. Aku melihat pantulan tubuh sexyku di cermin. Payudaraku yang besar dan pantatku yang berisi membuatku terlihat montok.

Aku melihat beberapa bekas merah di sekitar puting susuku. Ah ini pekerjaan David kemarin. Mengingat kejadian kemarin membuatku kembali terangsang. Bagaimana tidak setelah sekian lama Demon tidak menyentuhku, dan David memberikan sensai kenikmatan yang selalu aku nantikan.

Aku mengelus perlahan payudaraku, perlahan dan kemudian menjadi remasan lembut. Aku menikmati apa yang aku lakukan pada tubuh sexyku sambil terus menatap diriku di cermin. Aku meremas payudara kiriku dengan tangan kiri, tangan kananku ku gunakan untuk mengelus pahaku dan berjalan naik hingga di pangkal pahaku. Aku menyentuh bagian senstifku dengan lembut.. Aku mendesah menikmati sentuhan lembutku pada tubuhku sendiri

Kriing... Kriing.. Kriing

Aku melihat nama orang yang menelponku pagi - pagi begini, lalu aku tersenyum saat mengetahui siapa yang menelponku

"Halo baby?" sapanya

"Halo Dav.."

"Sudah bangun?"

"Sudah.. Kamu bagaimana?"

"Aku juga sudah.. "

"Kenapa nelpon pagi - pagi begini?"

"Aku tadi bermimpi tentang kamu dan aku Mel.. Aku bermimpi kita sedang bercinta dengan liarnya"

"Ahh ya?" pipiku merona membayangkan mimpi vulgar David

"Kalau kau tidak sibuk mampirlah ke apartemen, aku merindukanmu" ujarnya

"Haa.. Baiklah baik.. Aku ke sana.. See you"

Aku memutuskan panggilannya dan segera mandi. Hari ini aku akan mampir ke Boutique dan menemui David.

Part ini sedikit ya? Maaf deh aku yang penting apdate aja bagi yang menunggu ceritaku. Haha

*geer.

SKANDAL CINTAWhere stories live. Discover now