Part 14

63.1K 830 15
                                    

Dorr!!

Aku merasakan tubuh David melemah dan turun dari atas tubuhku namun tiba - tiba

"Aaaakk..."

David menusukkan pisau berkali - kali pada perutku aku merasakan sakit di perutku

"Melia.."

Aku mendengar suara Demon memanggil namaku namun pandanganku mulai kabur dan gelap

**
Demon Pov

"Lepaskan saya!!" teriak David

Polisi sudah memborgol tangan David setelah polisi menembaki kakinya saat menyetubuhi istriku.

"He.. Lo rasaiin sekarang! Cewe yang uda lo rebut dari gue sekarang uda mati!! Lo ga akan bisa dapetin dia"

"Bawa saja dia pak! Beri hukuman yang setimpal" ujarku berlalu menghampiri istriku yang berlumuran darah. Aku melepaskan ikatan pada tangannya, aku mengangkat tubuhnya

"Meliaa. Bertahanlaah" air mata turun membasahi pipiku. Aku membawa tubuh Melia turun menuju Ambulance, disana sudah terbaring putraku Rivan tidak sadarkan diri.


Aku terpaku di depan sebuah makam yang masih belum kering. Aku lantunkan doa - doa untuk mengiringi kepergiannya. Ah!! Terlalu banyak masalah yang menghampiri keluargaku membuatku belajar untuk menjadi suami dan ayah yang baik kedepannya.

"Rivan, ayo" ajakku kepada putraku

Rivan berjalan di sampingku menggandeng tanganku. Aku mengajaknya masuk ke dalam rumah sakit.

"Bagaimana keadannya?" tanyaku pada seorang perawat

"Masih normal pak. Oh maaf pak, dokter Wisnu ingin bertemu dengan bapak sekarang"

"Ah baiklah. Rivan kamu tunggu di sini ya. Daddy mau ketemu dokter dulu"

Aku meninggalkan Rivan di kamar tempat seorang wanita terbaring kaku dengan berbagai macam alat pernapasan. Aku pergi menemui dokter yang menangani kondisi wanita itu.

"Selamat siang Pak Demon" dokter itu mengulurkan tangannya dan aku membalas menyalaminya kemudian duduk di hadapannya

"Jadi bagaimana keadaannya dok?" tanyaku

Dokter menghela napas "Kondisi Ibu Melia selama 5 bulan ini normal pak, denyut jantungnya juga normal, semua stabil pak. Semuanya baik - baik saja tapi..."

Ah aku merasa lega mendengar pernyataan dokter itu, kalau semua baik - baik saja mengapa harus ada kata 'tapi'? "Tapi apa dok?" tanyaku tidak sabaran

"Ibu Melia tidak menunjukkan keinginannya untuk sadar, dia seperti senang berada di alamnya saat ini. Saya takut ini semua akan sia - sia saja. Menunggu untuk seseorang yang lebih bahagia berada jauh di sana. Begini pak, jika dalam seminggu ini Ibu Melia tidak sadar kami dari rumah sakit menyerah untuk menyelamatkan Ibu Melia. Dan tentu semua alat - alat medis yang membantunya bertahan akan kami lepas. Saya perlu bapak untuk menandatangani kontrak persetujuan"

Deg!

Seperti ada yang menghantam dadaku saat mendengar penjelasan dokter. Apa itu artinya aku harus merelakan Melia pergi meninggalkan aku dan Rivan? Ya Tuhan.

Aku melangkahkan kakiku dengan lemas menuju kamar Melia. Melia wanita yang aku cintai selama ini, dan dia saat ini sedang tertidur nyenyak di ranjangnya. Sudah selama 5 bulan sejak kejadian itu

Flasback on

"Bagaimana dok hasil operasinya?"

"Syukurlah, pisau itu tidak terlalu menancap dalam mengenai organ penting lainnya. Kondisi ibu Melia sudah stabil, beliau sudah tidak kritis lagi. Namun, ada benturan keras di kepalanya seperti bekas hantaman benda tumpul membuatnya mengalami koma"

"Koma dok?? Berapa lama? Kapan dia akan sadar?"

"Kami belum bisa memprediksikan kapan ibu Melia akan sadar dari komanya. Kita berdoa saja pada Tuhan semoga kondisinya semakin membaik"

Flashback off

Ya, sejak hari itu Melia tidak sadarkan diri. Aku harus bolak balik rumah sakit dan pengadilan untuk menyelesaikan kasus David. Dan hakim memutuskan David di penjara selama 20 tahun. Hukuman yang ringan. Walau terdengar tidak adil, melihat bagaimana dia merusak keluargaku namun aku tau itu adalah hukuman yang setimpal untukknya

David mengalami depresi akibat di jatuhi hukuman itu. Dan dia menggantung dirinya di dalam sel. David meninggal kemarin malam. Bunuh diri. Dan sekarang Melia. Apa aku harus merelakannya pergi? Aku melihat Rivan yang tertidur di sofa menemani ibunya. Kasihan Rivan.

Aku duduk di pinggir ranjang milik Melia, sudah setiap hari aku melakukannya, membelainya menciuminya,mendoakannya, aku berharap Melia segera sadar dari komanya dan bersatu bersama kita lagi.

"Mel.. Aku sedih sekali"

Aku membelai rambutnya, matanya masih terpejam "Aku memikirkan Rivan dan diriku sendiri. Bagaimana aku bisa hidup tanpamu Mel? 5 bulan ini terasa hampa, kosong tanpa ada kamu Mel"

Aku merasakan air mata di ujung mataku. Aku menangis. Entah untuk yang keberapa kalinya

"Apa bedanya kamu masih hidup kalau dengan kondisi seperti ini?"

"Aku merasa kamu ada di sini namun kamu ternyata berada jauh di sana. Apa kamu bahagia berada di tempatmu saat ini?"

"Dokter bilang sama aku dia menyerah, mereka menyerah untuk menyelamatkanmu. Aku? Aku tidak ingin menyerah Mel!! Aku ingin kamu hidup, berkumpul sama aku dan Rivan. Apa kamu ga kasian sama Rivan??"

"Tapi, kalau kamu memang bahagia di alam sana, aku akan berusaha mengerti dan merelakan kamu pergi. Aku tidak ingin melihatmu menderita."

"Aku dan Rivan sangat mencintaimu sangat menyayangimu. Aku akan menandatangani persetujuan untuk melepaskan seluruh alat bantu pernapasanmu. Maafkan aku Mel.. Maaf"

Aku menangis pada lengan Melia. Dan aku membelai rambut Rivan yang tengah tertidur "Maafkan Dady Rivan.. Kita harus relakan mommy pergi.."

Aku terdiam menatap mata Melia, aku berharap mata itu terbuka dan bibir itu tersenyum kearahku. Aku memejamkan mataku. Air mata terus membanjiri pipi ku.

"Ya Tuhan, aku tau segala yang engkau rencanakan adalah yang terbaik untukku dan keluargaku. Doaku selalu meminta agar engkau mengembalikan Melia padaku dan Rivan memberikan aku kesempatan untuk memperbaiki keluarga kami. Tapi jika dengan membawa Melia bersamamu adalah keputusan yang terbaik maka lapangkanlah aku, bantulah aku untuk merelakannya bersamamu. Tegarkanlah aku dan Rivan. Bahagiakan dan jagalah Melia bersamamu Tuhan. Ampuni segala dosanya. Cintailah dia seperti aku mencintaimu"

Aku mengusap air mata yang membasahi pipiku. Aku bangkit dan keluar dari ruangan Melia menuju ruangan dokter Wisnu untuk menandatangani kontrak itu. Aku berharap ini adalah keputusan yang terbaik. Maafkan aku.

Yeeeaah uda mau End satu part lagi yaa..hihi lari ke kontrak cintaa yaa

SKANDAL CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang