Bab 17. Lumpur Yang Sama

15.1K 737 60
                                    

Kalo ada typo tandain ya :*

Arrrggghhh

              Tulangku rasanya remuk, belakangan ini aku dibuat lebih ekstra dalam menjaga Baby Hyun, ditambah dengan bayi yang beranjak besar itu tidak mau ditinggal membuatku tidak bisa tidur dengan nyenyak juga, beruntung kantung mata sialan ini tidak mengurangi kadar kecantikanku.

               Pumpung Baby Hyun masih dimandikan jadi aku memiliki sedikit waktu untuk merawat diriku. Aku perlu pakai lulur, masker, berendam dan segala tetek bengek untuk mempercantik diri namun sayangnya aku tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan semua itu sehingga aku perlu mengatur jadwal mempercantik diri dan hari ini waktunya aku maskeran, sekalian untuk calming kantung mataku.

           Kriiing

              Siapa sih yang telfon? mengganggu acara me time ku saja. Dengan masker yang masih menempel di wajah, aku beranjak untuk mengambil ponselku. Nomor baru?

            Setelah menekan tombol dial, aku mendekatkan ponsel itu ke telingaku. "Halo" ucapku.

              'Suzy' hah? Kenapa dia tau namaku? Apa dia mengenalku? "Siapa?" Jujur saja aku tidak tau ini siapa, karena nomornya saja tidak ada didaftar kontakku.

               'Kamu menghapus nomorku? Ini aku' seketika otakku berputar mencoba mengingat suara yang sepertinya pernah ku ___ oh, tunggu sebentar, sepertinya aku mengingatnya. "Si brengsek?"

                'Jong suk' ralatnya. Sial, mendengar namanya saja perutku sudah mual.

               "Ada penting apa menelfonku?" Ku kira dia sudah mati ternyata masih hidup juga, Tuhan terlalu baik memberinya umur sepanjang ini.

               'Kamu tinggal dimana sekarang? Bahkan Sunghee juga tidak tau' ku putar bola mataku malas mendengar ucapan santainya itu.

               "Apa pentingnya aku memberi tahumu tempat tinggalku? Kalau tidak ada hal yang penting aku tutup telfonnya"

              'Bisakah kita bertemu?' Hah? Apa katanya? Bertemu? Denganku? Dia ini tidak punya malu ya? Benar-benar menjijikkan.

              "Tidak, aku sibuk dan aku tidak punya waktu bertemu dengan lintah sepertimu___"

              'Suzy ku mohon sekali saja____' baru saja aku akan menolaknya lagi, namun ia kembali meneruskan ucapannya.

              '____aku sudah memiliki uang untuk membayar depositonya__'

             Haruskah aku senang? Dia terlambat, kenapa baru memilikinya sekarang? Aku sudah memiliki cukup banyak uang sekarang juga sudah memiliki tempat tinggal yang sudah lebih dari sekedar layak, jadi aku sudah tidak membutuhkan uang itu lagi.

            "Transfer saja uangnya, aku tidak ada waktu__"

            'Sekalian ada yang ingin aku bicarakan denganmu'  haaaah, bagaimana ya? Dalam hati terdalamku aku juga ingin bertemu dengannya, walaupun aku sangat membencinya sekarang tapi bagaimanapun_____

             "Baiklah"

             'Benarkah?' Suaranya terdengar seperti ia bahagia, apa benar? Atau sandiwara saja?

             "Iya, besok di Du Ciel Cafe" setelah menutup sambungan telfon aku terdiam sesaat, memikirkan keputusanku.

             Apa keputusanku sudah benar ya? Sudah hampir satu tahun aku berpisah dengannya, aku ingin tau seperti apa dia sekarang sekaligus ingin menunjukkan kalau aku baik-baik saja walaupun tanpa dia, jadi menurutku keputusanku sudah paling benar, iyakan? Kalian juga berfikir demikian kan?

Breastfeeding (Dad And Son) 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang