16. Pelukan Menenangkan

293 60 2
                                    

Happy reading~

••••

Malam ini Argeo memilih untuk pulang ke rumah Ayahnya karena kakaknya yang menyuruh. Biasanya ia dan anggota inti CRYSOLD yang lain selalu bermalam di markas, bahkan mereka mempunyai kamar pribadi masing-masing.

Argeo merebahkan punggungnya yang terasa pegal di atas kasurnya yang empuk. Sudah lama ia tak tidur di sini.

Helaan nafas panjang keluar dari bibir cowok itu. Ia kembali duduk di atas kasurnya, matanya beredar ke segala penjuru ruangan. Masih sama. Sepertinya tidak ada yang masuk ke dalam kamarnya selain asisten rumah tangga yang mungkin membersikan kamarnya.

Argeo berjalan menuju meja belajarnya yang terletak di pojok ruangan, ia menarik kursinya lalu duduk di sana. Cowok yang masih menggunakan seragam sekolahnya itu mengambil foto dengan bingkai indah yang terpajang rapi di meja belajarnya.

Senyuman tipis terukir di bibirnya. "Bunda," di dalam foto itu, terlihat seorang wanita tengah menggendong seorang bayi laki-laki yang tampan. Mirip dirinya yang cantik.

"Kangen bunda," lirih Argeo sambil mengusap foto dengan lapisan kaca tersebut. "Nanti Raja nyusul, tunggu bentar Bunda,"

Tok tok!

Ketukan pintu membuyarkan suasana sendu di kamar yang bernuansa gelap ini.

Cowok itu membukakan pintu untuk seseorang yang mengetuk pintu kamarnya tadi. "Apa?" Tanyanya dingin.

"Lo kenapa kemaren gak dateng? Ayah marah loh," kata orang di depan pintu.

"Ada urusan," jawab Argeo singkat. "Emang ngomongin apa kemaren?"

Orang itu menggedikkan bahunya. "Cewek, hari ini ayah bakal bawa ceweknya lagi ke sini. Makanya gue suruh lo ke sini,"

"Ah, kerjain PR gue," seseorang di depan Argeo menabrakan buku yang di pegangnya pada dada Argeo. "Jangan sampai salah,"

Argeo tertawa hambar. "Lo gila? Gue aja baru kelas sebelas, masa harus kerjain tugas lo yang udah kuliah. Ngaco lo," Argeo kembali menyodorkan buku yang di berikan Arjun karena memang ia tak mengerti tentang materi di buku kakak tirinya itu.

"Lo kan pinter, masa gini doang gak bisa?" Arjun masih tak mau mengambil bukunya.

"Sepintar-pintarnya gue, gue belum pernah belajar ginian. Gimana gue tau?"

"Gue gak mau tau. Pokoknya, lo harus kerjain tugas gue tanpa ada yang salah sedikit pun. Ngerti?" Arjun mendorong dada Argeo dengan telunjuknya.

Amarah Argeo mulai naik. Cowok itu mengepalkan tangannya dengan wajah yang mulai memerah. "Ini tugas lo, bukan punya gue. Kalau lo punya otak, pake! Jangan ngandelin gue terus, gue capek,"

Arjun pun terlihat akan tersulut emosi. "Gue mau main. Jadi, lo sebagai adek yang baik, harus bantuin gue ngerjain tugas kuliah gue," Arjun menepuk bahu Argeo.

Tangan Argeo terangkat untuk menepuk-nepuk bahunya yang di tepuk Arjun tadi, seperti menghapus jejak tangan Arjun di sana. "Gue gak sudi jadi adek tiri lo,"

Arjun mengepalkan tangannya, ia menggertakkan giginya juga menandakan ia marah sekarang. "Kalau bukan karena nyokap gue, gue juga gak sudi jadi kakak tiri lo,"

Argeo melempar buku tulis milik Arjun ke wajahnya. "Bagus kalau gitu. Kerjain sendiri,"

Saat Argeo akan berbalik arah menuju kamarnya, tiba-tiba Arjun menarik tangan Argeo hingga ia berbalik dan langsung mendapat pukulan di rahang kirinya.

ARGEOWhere stories live. Discover now