54. Tunangan

96 2 3
                                    

~Happy Reading~

•••••

"Cantik,"

Fanya menyenggol pundak anaknya yang terlihat tak berkedip sama sekali.

"Ekhm, Mamanya gak dilirik," sindirnya meledek.

"Mom, Bidadari dari mana si dia?" Seolah tak mendengar ucapan Fanya tadi, dengan berbisik pada Ibunya Lezio berkata seperti itu.

"Hihi, anak Mommy itu," gemas Fanya saat melihat Ashel mulai turun dari anak tangga di teras rumah.

"Lah? Terus aku?"

"Hai sayang," Fanya tak mengindahkan ucapan Putra semata wayangnya, ia malah mendekat dan memeluk Ashel.

"Cantik banget sih, kata Lezi juga kayak Bidadari," adu Fanya yang sontak membuat mata Ashel melirik Lezio yang tak jauh di belakang Fanya.

"Ekhm," Lezio mengalihkan kontak matanya dengan Ashel, dia gugup di tatap Bidadari milik Bumi itu.

"Ah Tante, bisa aja," elak Ashel karena Fanya tak henti-hentinya mengagumi penampilannya sekarang.

Ashel, seorang cewek tomboy yang selalu memakai kaos dan jaket serta celana jeans itu kini seperti hilang entah kemana.

Dengan balutan dress selutut berwarna putih yang memperlihatkan betis mulus Ashel yang jarang di tampakkan di depan umum, membuat Ashel terlihat seperti bukan manusia biasa.

Pantas, Lezio sedari tadi tidak bisa berkedip saat menatap Ashel. Sungguh, auranya selalu tidak pernah gagal. Selalu berhasil membuat semua orang terpukau.

"Udah siap sayang?" Fanya berusuara, kali ini di iringi usapan lembut tangannya di pucuk kepala gadis itu.

Ashel terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya tersenyum manis. "Siap kok, Tan,"

"Mom dong panggilnya, waktu kecil kan gitu," Fanya memanyunkan bibirnya tanda kesal.

"Hehe iya Mom, maaf,"

Brum!

Suara deru motor mengalihkan semua atensi.

Semua orang di depan sana terkejut saat lelaki lain berseragam tuxedo seperti Lezio membuka helm full facenya.

"Malam," sapanya, menyalami dua orang tua di sana.

"Eh, siapa ini? Cowoknya Nabilla, ya?" Sapa Fanya yang seperti biasanya akan ramah ke semua orang.

Hati Ashel diam-diam perih saat nama lain di sebut di sana.

"Nyokap gue nanya," Lezio menegurnya karena tak lekas membalas pertanyaan Mamanya.

"Eh, iya Tan, maaf," Argeo agak kikuk tak enak hati pada wanita yang tak ia kenal identitasnya itu.

Mata Argeo dan Ashel tak bisa lepas berkontak, saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang hampir sama. Menyiratkan perasaan yang sama.

Hingga beberapa saat mata Ashel mulai memburam menampung air mata. Ia mengalihkan pandangannya, melepas kontak mata yang berlangsung cukup lama itu.

ARGEODonde viven las historias. Descúbrelo ahora