17. Mengunjungi Bunda

249 53 2
                                    

Happy reading~

••••

Argeo memarkirkan motornya di parkiran tempat yang akan dirinya bersama Ashel kunjungi.

Setelah turun dari motornya, Argeo terlihat ragu untuk masuk ke dalam atau tidak. Ashel yang melihat itu menepuk bahu Argeo untuk menenangkan pacarnya itu.

"Nggak apa-apa, ada gue," ucapnya dengan senyum tulus.

Argeo tersenyum. Ia mengangguk, lalu berjalan berdampingan bersama Ashel. Sebelum masuk, Argeo membeli bunga untuk dirinya persembahkan kepada sang Bunda nanti.

Kedua pasang gadis dan pemuda itu masuk ke dalam sebuah tempat peristirahatan terkahir umat muslim.

"Assalamualaikum," sapa Ashel dan Argeo setelah sampai di satu pusara yang terletak di bawah pohon.

Keduanya berjongkok di kedua sisi pusara tersebut. Berdoa, meminta kepada Tuhan agar menempatkan orang yang berada di bawah nisan ini di tempatkan di sampingnya.

"Halo Bunda," setelah berdoa, Ashel mengusap batu nisan bertuliskan nama 'Anjani' yang terukir indah dengan tinta emas.

"Queen dateng, Queen kangen Bunda," pelan Ashel. Dirinya menahan sesak yang menyerang dadanya kala melihat gundukan tanah dengan rumput yang terawat rapi.

Sudah beberapa tahun lalu, tapi lukanya masih basah. Memori dengan Bunda Argeo sangat banyak sehingga untuk melupakan kematiannya, rasanya tidak mungkin.

Argeo mengusap nisan makam sang Bunda. "Bunda..."

"Ini Raja bunda. Anak manja ini katanya kangen Bunda," ucap Ashel seolah tengah bertatapan langsung dengan Anjani yang merupakan Ibu kandung Argeo yang meninggal dua tahun lalu.

Raja dan Queen adalah panggilan Anjani untuk Argeo dan Ashel yang di ambil dari nama lengkap keduanya.

Cowok bernama lengkap Argeo Raja Dirgantara itu menaruh buket bunga yang di belinya tadi di atas makam.

"Raja bawain Bunda bunga, semoga Bunda suka," bisik Argeo dengan dada yang kian sesak.

Begitupun Argeo, yang ternyata selama ini saat tengah malam, ia melamuni Ibunya, menyesali waktu itu kenapa dia tidak datang tepat waktu, kenapa dulu ia tak menghabiskan waktu seharian full bersama sang Bunda.

Kenapa dia membiarkan Ibunya pergi.

Ashel hanya memperhatikan Argeo yang menatap nisan Bundanya dengan sorot rindu yang tak tertahan. Ia juga merasakan apa yang di rasakan cowok itu, ia sama kehilangan sosok yang kini telah tenang di atas sana. Sosok hangat yang dapat meredakan kerinduannya pada sang Mama yang juga telah berpulang sebelum bertemu dirinya.

"Raja juga kesini gak sendiri Bun, Raja bawa Queen-nya Bunda juga," Argeo menatap Ashel yang tengah menatapnya juga.

Tatapan keduanya terkunci. Seolah sedang berkomunikasi lewat tatapan kalau duka yang keduanya rasakan sama rasanya, rindu yang keduanya tampung sama besarnya. Dari tatapan itu, mereka berharap bisa saling memberi kekuatan.

"Queen kangen Bunda, Queen kangen masak bareng Bunda lagi. Oh iya, sekarang Queen udah bisa masak walaupun cuma sedikit." Ashel berusaha untuk tetap tegar. Rasa rindu menyerang dirinya, ia rindu saat Bunda Argeo mengajarinya cara memasak sampai sekarang ia bisa sedikit memasak menu makanan.

ARGEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang