1. Awal Pertemuan

52.6K 3.2K 497
                                    

Langkah kaki yang menuruni anak tangga dengan terburu-buru itu membuat semua penghuni rumah yang sedang berkumpul di meja makan menoleh secara bersamaan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Langkah kaki yang menuruni anak tangga dengan terburu-buru itu membuat semua penghuni rumah yang sedang berkumpul di meja makan menoleh secara bersamaan. Dia Jean Nara. Seorang remaja laki-laki yang memiliki kulit putih bersih itu sudah siap dengan seragam sekolah barunya.

"Nara hati-hati nanti jatuh." ujar sang ibu memperingatkan.

Nara panggilannya. Sang pemilik nama hanya tersenyum menunjukkan deretan giginya, "Maaf Ma, Nara lupa." ucapnya dengan senyum lima jari.

Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya maklum. Terlampau hafal dengan sikap si bungsu.

"Hati-hati bayi nanti jatuh nangis!" ledek sang kakak dengan senyum jenakanya.

"Bang Juan jelek!" semburnya ketika ia sudah duduk disamping sang kakak.

"Yee bayi gak liat apa muka Abang gantengnya ngalahin V BTS?!"

Plak

"Aduh! Kok dipukul sih dek tangan abang?!"

"Biarin! Bang Juan jelek soalnya!" sembur Nara berapi-api.

Alvaro Juandra hanya tertawa dengan respon sang adik. Baginya menggoda sang adik adalah sebuah kewajiban yang harus ia lakukan setiap saat. Terlepas dari sikap jahilnya pada sang adik, Juan sangat menyayangi Nara. Baginya, Nara adalah segalanya untuknya. Segalanya.

"Juan, Nara, ini dimeja makan." tegur sang Papa yang sedari tadi diam.

"Maaf, Pa." ucap kakak beradik itu bersamaan.

Sang Papa hanya menggeleng pelan, "Ayo cepat dimakan nanti kalian terlambat."

Nara mengangguk, ia mulai menyendokkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya, "Pa, Nara dianter Papa kan?"

"Nara.." ujar sang Mama pelan.

Nara menyengir, "Hehehe lupa Mah." sahutnya yang mendapat gelengan pelan dari sang ibu.

Setelahnya hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu. Andra Bhimasena sang kepala keluarga melarang keras adanya percakapan di meja makan, menurutnya itu tidak sopan karena berbicara di depan makanan.

Tak berapa lama kemudian, sang kepala keluarga beranjak dari duduknya ketika ia sudah menyelesaikan sarapannya.

Melangkah mendekati si bungsu dan mencium pucuk kepalanya, "Papa berangkat ya udah ditunggu klien soalnya. Adek berangkat sama Bang Juan ya." pamitnya sembari mengacak pelan rambut si sulung.

"Pah rambut Juan!" pekiknya.

Sang Ayah memutar bola matanya malas, "Abang, adeknya dianter sampe sekolah. Pulangnya kalau bisa juga jemput adeknya." pesan sang Papa.

"Iya Pa." sahut Juan.

Papa mengangguk, ia melangkahkan kakinya keluar setelah mencium kening sang istri.

Panglima Semesta | SungjakeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora