31. Kebenaran Terungkap?

3.6K 375 42
                                    

Jemari itu bertaut gugup, netranya memandang acak sekitar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jemari itu bertaut gugup, netranya memandang acak sekitar. Hari yang dinanti setelah satu bulan lebih persiapan tiba didepan mata. Jantungnya berdegup kencang, belum lagi ada ratusan pasang mata tertuju ke arahnya. Ya, lomba ini diadakan di aula sekolahnya dan siapapun boleh menontonnya. Mengerti adik kelasnya itu gugup bukan main, Jay mendaratkan tepukan pelan dikepala Nara membuat sang empu menoleh.

"Everything will be okay, Ra." Ucapnya berusaha menenangkan.

Tangan yang lebih muda jatuh dilengan atas Jay, sedikit merematnya dengan tatapan ketakutan terlihat jelas. Keduanya dekat, bahkan beberapa kali Jay mengantarnya pulang.

"Kak, Nara mundur aja, ya?"

Toyoran pelan didahinya menjadi hadiah dari yang lebih tua, "Ngaco deh lo! Katanya mau buat orang tua, bang Juan sama pacar lo itu bangga. Masa baru segini aja udah mau kabur."

Nara menghentakkan kakinya tanpa sadar. Dengan cepat ia menarik tangan Jay dan menempelkannya tepat di dadanya guna menunjukkan debaran jantungnya yang gak karuan itu.

Jay menatap datar adik kelasnya itu, berusaha mati-matian menahan salah tingkah tapi ia pun enggan menarik tangannya dari sana. Debaran Jean Nara terlalu candu untuk dirasakan. Jay hanya berharap si cinta pertama tidak mendengar debaran jantung miliknya yang ikut menggila.

Deheman keras dari Nathan berhasil membuat Jay menarik tangannya cepat. Nathan menepuk pundak Nara pelan, "Santai aja kali, Ra. Urusan menang kalah mah entaran aja, yang penting kita bisa ngelakuin yang terbaik itu aja udah."

Nara menghembuskan napasnya pelan, "Huh, semoga ya kak. Nara cuma gak mau ngecewain semua orang."

"Jangan gitulah, kecewanya orang-orang itu bukan tanggung jawab lo, Ra. Salah sendiri mereka yang naro ekspektasi terlalu tinggi," ujar Jay santai.

"Nah bener tuh, yang penting kita usaha aja udah," timpal Nathan.

"Tapi lo harus lebih semangat diantara kita sih, Ra," ujar Nathan tiba-tiba.

Baru saja Nara hendak membuka belah bibirnya. Sebuah teriakan yang sangat ia kenali berhasil mengalihkan atensinya secara penuh.

Bola matanya hampir keluar ditempat ketika melihat kedua orang tuanya, kakaknya serta teman-teman kakaknya memenuhi area belakang aula.

"Jean Nara pasti?!"

"BISA! BISA! BISA!"

"Jean Nara pasti?!"

"JUARA JUARA JUARA!!!"

Jay dan Nathan kompak tertawa melihatnya, namun tawa pemuda dengan nama Jayendra itu praktis berhenti ketika melihat Juan memakai bando dengan potongan foto kepala dirinya dan Nara. Nathan yang melihat aksi tak biasa itu semakin terbahak-bahak melihat ulah kakak adik kelasnya itu.

"Bangsat Jay HAHAHAHA."

Nara memandang ke arah Jay dengan perasaan tak enak, "Kak Jay, maafin bang Juan ya. Nara gak nyangka aja mereka bakalan dateng terus-

Panglima Semesta | SungjakeWhere stories live. Discover now