Soul 4 - [Gadis bertanduk]

60 17 3
                                    

Beite mulai mengeluarkan cahaya dari dalam kerongkongannya, cahaya bewarna merah kemudaan terukir secara perlahan. Dan pada saat terkumpul Beite dengan segera melepaskannya seperti memuntahkan sesuatu.

Dan sasarannya bukanlah Cain melainkan seorang gadis kecil dengan tubuh lusuh, berambut putih, berkuku hitam, dan di dahi tengahnya mencuat sebuah tanduk.

Dan Cain yang berusaha melampaui batas kemampuannya, melompat seperti meriam yang di tembakan dengan menginjak batu sebagai pelontar.

Blaaarrr!!!

Ledakan yang sangat besar dan juga kuat terjadi. Api merah kemudaan menyebar keseluruh area puluhan kilo meter dan meraih ke langit-langit seperti asap dalam cerobong. Dan sekilas pemandangan itu bahkan bisa terlihat dari arah Kerajaan Lujdoare dan juga di balik pegunungan Yelati.

Beberapa detik. Tidak, bahkan dalam beberapa menit kobaran api itu masih belum padam.

"Apa itu!? "

Ramainya para penduduk dari Kerajaan Lujdoare yang bertanya-tanya dengan curiga dari kemunculan api besar yang melambung bahkan sampai menyentuh langit.

Craak. Ctraak.

Kepulan api dalam udara masih berkobar, berbeda dengan api yang ada di bawah, itu perlahan menghilang menyisakan debu hitam yang menyelimuti sosok tubuh besar disana.

Induk dari monster berbulu masih hidup?! Benar.

Beite menggeram, mengaum dengan keras dan mengibas tubuhnya ke segala arah hendak ingin menghilangkan kepulan debu yang menutupi sekitar.

Saat semua itu menghilang terkena kibasan tubuh Beite, terlihat sebuah kawah besar terbentuk hingga puluhan luasnya dan mungkin dalamnya sekitar 7 - 8 meter. Di atas sisi kawah sana Beite menatap turun ke bawah kawah. Apa yang ingin dia lihat? Mungkin, ia ingin melihat akhir dari mangsanya yang sudah terkena serangan terkuatnya.

Puing-puing batu bergelinding dalam dasar kawah, pasir merambat ke bawah, itu menyisakan sebuah kepulan asap.

Beite terkejut, kedua matanya terbelalak, tapi mata di dahinya sudah ia pejamkan. Disana Beite melihat sebuah bola hitam yang berkobar dan merambat ke segala arah.

Bwossh...

Dan benar. Cain mangsa dari Beite yang terkena serangan formula tekuat dari hasil ledakan seperti nuklir masih hidup.

Dengan tangan kanannya mengangkat sabit dengan lurus ganggangnya menancap ke tanah. Tapi, salah satu tangannya yaitu tangan kiri terbakar habis hingga terlihat seperti daging yang dibakar, bahkan siku dan jarinya memperlihatkan tulang putihnya.

"Hosh hosh Haa haaa ..."

Menjadikan ganggang dari sabit sebagai tongkat yang mengangkat tubuhnya, Cain merunduk ke bawah, kakinya bersimpuh pada tanah, tangan kiri yang hancur, darah menetes ke tubuh dan kepalanya.

Sekali lagi Beite menggeram di sisi atas sana. Ia menggernyitkan seluruh taringnya dan memasang tubuh seperti ingin memangsa.

Di samping itu semua dari Cain dan Beite. Gadis kecil yang telah dilindungi oleh Cain menitikkan air mata.

Gadis kecil yang mungkin umurnya sekitar 6 - 7 tahun, menggenggam erat kedua tanganya di dada, merapatkan kedua kakinya, dan menangis di belakang Cain.

"Hikss... Hikss... Ma-maafkan aku, aku ... Karena aku ... Hiks! " ia tersedu-sedu di balik Cain yang sedang kesakitan dan penuh luka. Tak bisa menyelesaikan kata-kata tubuhnya bergemetar hebat, mungkin dia mengalami syok yang sangat hebat.

Disana Cain menghiraukan kalimat gadis itu. Bukan ingin bersikap dingin, tapi tidak bisa mendengar apapun karena luka-luka tubuhnya membuatnya kehilangan semua indera dalam tubuhnya.

I'am The Irregular Villain Of Soul Eater [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang