Soul 7 - [Di antara 'Half']

36 11 1
                                    

Fajar menyingsing, di pagi hari yang cerah burung-burung berterbangan dan berkicau, jatuhnya salju dari ranting pohon dan hangatnya suasana.

Namun, dalam suasana yang ramah, terdapat suasana yang suram pula.

"Sudah kubilang jangan mengikutiku dan pergilah! "

"Tidak mau! "

Benar. Cain dan gadis ini masih berdebat dari kemarin. Saat matahari mulai menampakkan tubuhnya, Cain berniat untuk pergi meninggalkan gadis ini. Tapi, sayang sekali rencananya di gagalkan dengan cepat, dan gadis ini sudah bangun dan duduk di depan Cain.

Cain yang berjalan di depan, diikuti oleh gadis ini di belakang seperti itik yang mengekor pada induknya.

Merepotkan. Kenapa gadis ini mengikutiku? Lagipula, aku tidak berniat memiliki anak diusia yang masih muda! Tidak, apa mungkin ... Adik perempuan?

Cain menolak dan menggelengkan kepalanya.

Melihat keadaannya mau, tidak mau aku harus membawanya. Jika kutinggalkan mungkin akan terjadi sesuatu yang tak terbayangkan—

Cain pun membayangkan gadis ini di sergap oleh sekawanan monster buas di tengah hutan. Dan itu membuatnya semakin terlihat sangat payah dan bersalah.

Sudahlah. Aku bawa saja, ada untungnya atau tidak, nanti saja baru dipikirkan. Tapi, sampai kapan...?

Mencoba memantapkan perasaannya, Cain menghela nafas dan menyerah berdebat dengan gadis kecil.

Melihat Cain yang nampaknya telah memutuskan membiarkannya pergi bersama, gadis ini berjalan mendekat di samping Cain.

Perjalanan pun berlanjut. Mereka berdua mulai tiba di depan pegunungan Yelati, disana jalanannya sangat licin dan curam. Mereka berjalan perlahan agar tidak tergelincir dan terjatuh. Tapi, pada akhirnya gadis yang berjalan di belakang Cain terpeleset dan hendak jatuh, disana Cain dengan cepat langsung merangkul pinggul kecil gadis ini.

"Berhati-hatilah, jalanannya sangat licin. "

"B-Baik! " gadis ini menjawab dengan wajah merah merona, mungkin Cain tidak menyadari bahwa gadis ini merasa malu, karena di tempat yang dingin wajah seseorang akan mudah untuk memerah.

Setelah perjalanan lama menapaki gunung yang besar, karena ini adalah satu-satunya jalan, kini mereka harus menuruninya kembali untuk bisa sampai ke sisi seberang. Sebelum turun, dari sana Cain memandang jauh di depan, melihat pemandangan yang tak biasa baginya, ternyata itu ada, sisi dari dunia yang tak pernah dilihat.

Cain menurunkan pandangnya dan menolak pemandangan itu, berpikir bahwa itu tidaklah penting, karena apapun itu tidak ada yang abadi. Sejenak pikiran ini membuatnya tersadar akan kenyataan, dan membuatnya memasang wajah kelam yang dingin.

Mereka berdua menuruni gunung, dari sisi ke sisi, dari samping dan memutari bukit. Mereka terus melewati hal yang susah bagi Cain yang pertama berada di dunia ini dan bagi gadis ini yang melakukan perjalanan dengan tubuh kecilnya.

Beberapa jam berlalu sangat cepat hingga matahari mulai naik di atas kepala mereka.

Setelah berhasil menuruni pegunungan Yelati, Cain melihat ke belakang, ia tak percaya bahwa tadi telah melewati pegunungan yang besar dan berbahaya. Namun yang paling membuatnya mengeluarkan ekspresi 'tak percaya' adalah berpikir bahwa nantinya, tidak, suatu saat nanti di masa depan yang tak tahu kapan, ia harus kembali kesini lagi. Mungkin nanti tidak akan berjalan menapak, melainkan melewatinya secara lurus.

Kembali membelakangi pegunungan Yelati, Cain sudah tak mau berlama-lama berdiri disana dan langsung berjalan.

Waktu terus berlalu. Melewati bukit dan mencari buah dihutan dan menyimpannya dalam Sub-Space, menyusuri dataran tinggi yang luas penuh dengan rerumputan dan bebatuan besar, menyeberangi sungai kecil lalu memutuskan menangkap ikan dan mandi disana. Cain dan gadis ini perlahan mulai memperlihatkan hubungan 'Pendekatan' yang tak bisa di jelaskan oleh kata-kata.

I'am The Irregular Villain Of Soul Eater [HIATUS]Where stories live. Discover now