Soul 10 - [Lord of Kijin, telah lahir!]

35 11 2
                                    

Pada malam hari, di Kota Damansus. Langit gelap menyelimuti dunia, bulan menyinari daratan, dan lampu-lampu di Kota menyala seperti bintang dilangit.

Gadis ini bangun dari tidurnya, saat ia membuka mata ia melihat Cain duduk di lantai, seperti mengotak-atik sesuatu.

Cain sadar bahwa gadis ini bangun, ia pun menghentikan tangannya yang sedari tadi melayang-layang di udara seperti memukul lalat. Dan sebenarnya yang dia lakukan adalah mengatur perlengkapan di dalam Sub-Space.

"Kau sudah bangun.... "

Cain berdiri dari tempatnya dan berjalan ke arah meja di depan jendela. Ia mengambil nampan makanan yang ada disana untuk diberikan kepada gadis ini.

"Makanlah. Dari tadi kau belum makan apapun kan. "

Gadis ini mengambil nampan dari tangan Cain tanpa mengatakan apapun. Terlihat makanan yang masih hangat menguap diatas nampan. Tahu bahwa gadis ini kehilangan nafsu makan bahkan sejak perjalanan, gadis ini sama sekali tak meminta makan pada Cain sejak masuk ke dalam Kota.

Dengan lahap gadis ini memakan semua itu seperti orang yang benar-benar tak makan selama berhari-hari. Setelah selesai berterima kasih kepada makanan. Gadis ini kembali ke topik utama saat melihat Cain yang duduk di lantai dan seperti sibuk akan sesuatu.

"Apa yang akan kita lakukan? "

Dari wajahnya yang tanpa berekspresi mengatakan itu, sepertinya gadis ini paham akan apa yang akan mereka lakukan. Tapi, jika itu membaca pikiran Cain, ia sama sekali tak bisa membacanya.

Bahkan disituasi yang hening saat gadis ini bertanya, Cain hanya menatap dingin kepadanya. Yah, itu bukanlah sekali atau dua kali Cain menatap wajah orang lain seperti itu. Hanya saja, mungkin gadis ini tahu, bahwa Cain hanya tak ingin menunjukkan ekspresi lebih pada orang yang tak dia percayai.

Cain yang masih sibuk sendiri menghentikan pergerakan tangannya, ia menatap ke gadis ini. Disaat ia di tatap Cain, wajahnya mulai kaku.

"Kau... Kuterapkan ini. Disaat akhirnya kau harus membuat keputusan, dan tak ada jawaban di antara keputusan itu, apa yang akan kau lakukan? "

"Eh? A-aku- "

"Dan pada saat itu terjadi, panggilah namaku! "

Suasana menjadi sunyi, keadaan nampak suram di antara keduanya. Keputusan dibuat dengan sebijak mungkin, karena itu akan menyangkut masa depan.

Entah itu pengorbanan.

Melakukannya dengan aliran darah yang tenang, terkadang keputusan dapat dibuat dengan melakukan pengorbanan juga.

Dan seorang gadis kecil, diharuskan memutuskan kekangan yang selama ini membelenggunya, ia harus menerima konsekuensi atas jawaban yang akan didapatkan.

Disaat keheningan melanda, kondisi pun pecah dengan suara langkah yang menggerbak lantai kayu dan kemudian pintu yang terdobrak dengan keras.

"Bocah! Saat ini juga sebaiknya kau meninggalkan Kota bersama gadis ini! "

Paman pemilik Workshop berkeringat, panik diwajahnya seolah mendapat surat kematian dari malaikat maut.

Nampak tenang dimata Cain, seolah tak merasakan apa-apa disaat paman berkonfrontasi seperti itu. Dari hal itu Cain telah mengerti situasinya bahkan tanpa paman mengatakan apapun. Namun, yang membuat Cain tak nyaman disana adalah karena hal yang tak terduga menjadi nyata di waktu yang bersamaan.

"Turunlah, aku akan menyiapkan pesananmu yang sudah selesai! "

Dengan tergesa-gesa paman tanpa melanjutkan perkataannya yang memperlihatkan kondisi tertentu mulai terbawa arus oleh ketergesaan. Hal itu tidaklah baik, itulah hukum di dunia Cain. Jika kebiasaan itu berlanjut maka paman akan susah mengatasi hal yang seperti itu setiap saat.

I'am The Irregular Villain Of Soul Eater [HIATUS]Where stories live. Discover now