Soul 8 - [Kota Damansus]

35 12 0
                                    

Cain yang seenaknya mengikat leher dan tangan gadis kecil itu, merencanakan menjadikannya seorang budak kecil.

Saat tiba di depan gerbang dinding, Cain menarik yang menarik rantai gadis ini menjadi mengalihkan pandangan dari penjaga disana.

Terlihat seorang pemuda yang membawa seorang gadis dengan tanduk di dahinya membuat beberapa penjaga disana saling menatap satu sama lain.

"Permisi, sebelum memasuki Kota anda harus menunjukkan kartu identitas anda. "

Disana Cain terdiam. Tidak, sebenarnya Cain tidak tahu harus berbuat apa? Lagipula kartu identitas apa? Apa seperti KTP?

Tanpa menyita banyak waktu seketika Cain pun berimprovisasi. "Ah, tanda pengenalku hilang... " dengan wajah datar dan tanpa ekspresi, ia terlihat seperti orang bodoh. Namun, berbeda di mata para penjaga itu, Cain terlihat sangat menyeramkan!

Penjaga merinding, Cain pun melanjutkan perkataanya. "Saat aku membeli budak ini di Kota sebelah, aku tanpa berpikir panjang menjual semua yang aku punya, maaf. "

Penjaga sepertinya tak percaya akan ucapan Cain mulai saling melemparkan pertanyaan satu sama lain.

Sialan, cepatlah buka gerbangnya!

Satu dari penjaga maju dan menjawab Cain. "Maaf tuan, tanpa tanda pengenal, kami tidak bisa memberi izin untuk masuk ke dalam Kota. Jadi.... "

"Huh! " Cain yang memotong ucapan penjaga itu memelototinya dengan sangat tajam, sebuah ekspresi yang mengisyaratkan "Aku akan membunuhmu! " tertulis diwajahnya.

"Hiiii...!!! " para penjaga bergidik dan gemetar, mereka mulai menelan saliva mereka sendiri.

"Sungguh, aku sudah bilang semua barangku sudah terjual dan dibawa oleh si penjual budak! Aku adalah... Petualang, yah aku petualang. Biarkan aku masuk dan aku akan membuat kembali identitasku, aku juga butuh untuk menjual barang agar bisa mendapatkan uang! Jika kalian masih ingin membuang waktuku, aku akan bawa kalian di tempat dimana darah kalian bisa membeku kapan saja! "

Cain menyeringai sangat lebar hingga ekspresinya benar-benar ingin membunuh mereka, disana penjaga semakin ketakutan akan aura yang muncul di sekitar Cain. Dan disaat yang bersamaan mereka yang saling menatap, mengangguk dan seperti telah memutuskan sesuatu.

Draaak!! Gerbang pun terbuka dengan bunyi yang sungguh tak enak di dengar.

Para penjaga langsung mengubah attitude mereka, mereka dengan sigap mempersilahkan Cain masuk seperti seorang pelayan.

Bukankah mereka mudah ditipu!

Cain sekali lagi tersenyum seolah ia puas melihat lawannya terjatuh dalam jebakannya.

Dan pada akhirnya para penjaga memutuskan untuk membiarkan Cain masuk, disana mereka memang takut pada Cain. Tapi, disisi lain mereka lebih takut pada...

"Bukankah dia bilang, 'akan membawa kita di tempat yang membuat darah kita beku'! "

"Benar.... Hiiii! Seorang petualang yang datang dari wilayah yang bersalju itu, aku tidak mau membayangkan monster apa saja yang sudah dia kalahkan! "

.... Mereka hanya takut pada hawa keberadaan Cain yang faktanya ia datang jauh dari Kerajaan Lujdoare, wilayah dengan suhu terdingin di dunia.

Cain dan gadis ini memasuki Kota. Kota yang penuh dengan banyak orang asing, benda asing, bahkan bangunannya pun terlihat asing. Tapi, anehnya bahasa mereka tak asing sama sekali di telinga Cain, seolah di telinganya sudah terpasang alat penerjemah bahasa.

Mungkinkah karena Skill? Skill memang berguna.

Kota Damansus, sebuah Kota yang bisa dibilang besar yang berada di wilayah Selatan-Utara di tengah perbatasan, dimana dipimpin dan di kuasai oleh seorang Gubernur Bangsawan Jituch Damansus. Jituch Damansus sendiri adalah bangsawan dari Kerajaan Suci Faerghus dengan gelar Viscount.

I'am The Irregular Villain Of Soul Eater [HIATUS]On viuen les histories. Descobreix ara