1 Februari 2022

1K 261 102
                                    

DWC #1
[Buat cerita yang berawalan, "Hari ini ketika aku terbangun, aku melihat ...."]

:.:.:

|| Escapade - Cerita Lepas ||

|| Slice of Life, Drama ||

|| 2901 words ||

Hari ini ketika aku terbangun, aku melihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini ketika aku terbangun, aku melihat ....

Hitam. Gelap.

Aku tidak melihat apa-apa.

Aku tidak bisa melihat apa-apa!

"Bu Miriam!" Aku berteriak sejadinya sambil kejang-kejang di atas tempat tidur. "Bu Miriam! Ibu, aku buta!"

Terdengar suara kaki tergopoh-gopoh menaiki tangga, pintu didobrak sampai terbuka, dan aku mendadak bisa melihat lagi. Seberkas cahaya masuk dari celah pintu. Rupanya, aku tidak buta, tetapi kamarku yang gelap gulita.

"Ilyas?" Bu Miriam terdengar khawatir sungguhan. Dia menyalakan lampu sampai kamarku benderang lagi, dan kami berdua memekik senada karena ada anak zombie di sisi tempat tidurku.

"Aku mau mengagetkannya," kata si anak zombie dengan suara teredam. Dia melepas topeng zombie-nya. "Jangan dinyalakan lampunya, Bu Miriam."

Ketika wajah Cal tersingkap dari balik topeng itu, Bu Miriam menarik napas lega, sedangkan aku menjerit lebih kencang.

"Nih, aku juga belikan satu untukmu." Cal melempar satu lagi topeng yang serupa dengan miliknya ke pangkuanku. "Kita bisa takut-takuti orang di jalan."

Aku memandangi topeng plastik itu dengan ngeri. Pembuatnya entah sangat berdedikasi atau butuh terapi—warna, tekstur cat, kontur wajah, sampai bentukan-bentukan lukanya amat detail. Kulit hijau bernanah, taring panjang yang mencuat-cuat tak rata, biji mata yang menonjol keluar, dan cipratan darah di tempat-tempat yang tepat hingga membuatku curiga si pembuat menjadikan orang berdarah sungguhan sebagai modelnya.

Mereka menjual ini secara bebas dan membiarkan anak-anak membelinya? Yang benar saja!

"Cal?" Tante Isma—ibunya Cal—muncul di belakang Bu Miriam. Kebingungan mengisi wajahnya sebentar, kemudian wanita itu memelototi anak perempuannya. "Cal, kau mengganggu Ilyas lagi, ya?"

"Aku tidak mengganggunya! Sesuai perkataan Ibu, aku tidak membangunkannya sama sekali setidaknya sampai pukul 6. Tapi dia bangun sendiri!"

"Kau berniat menunggu di sini dalam gelap sampai pukul 6?" Bu Miriam terheran-heran. Aku menatap jam beker di atas nakas dan ikut heran. Ini masih pukul 4 pagi. Cal berniat berdiri di samping tempat tidurku selama dua jam pakai topeng itu? Aku bersyukur bangun lebih awal.

"Kalian lanjutkan membuat kue saja," kata Cal yang dengan santainya naik ke atas ranjangku dan duduk di sampingku. "Ilyas, ayo main kartu gambar seperti kemarin."

OracularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang