2 Februari 2024

474 151 141
                                    

|| Day 2 | E-Jazzy ||

Tema:
Buatlah cerita dengan tema, "Liburan bersama keluarga."

|| 2657 Words ||

|| RavAges - Cerita Lepas ||

"Kurasa, aku pernah ke pantai itu satu kali saat liburan dengan Ayah dan Ibu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kurasa, aku pernah ke pantai itu satu kali saat liburan dengan Ayah dan Ibu."

"Benarkah? Kenapa kau tidak menyapaku atau datang ke rumahku? Keluarga kita bisa saja berkenalan saat itu!"

"Mana kutahu—kita belum saling kenal saat itu, Alatas! Dan umurku masih 6 tahun!"

Dari dalam tenda, aku mendengarkan Alatas dan Leila yang mengobrol seraya mengumpulkan kayu bakar. Percakapan mereka bikin aku teringat saat mendiang ibuku masih hidup—kami tidak pernah liburan keluarga ke pantai, tetapi Mama selalu membawaku berkemah. Ke bumi perkemahan. Ke bukit di belakang tempat kerjanya. Ke pegunungan di kampung halamannya, entah di kedalaman hutan atau hilir sungai.

Favoritku adalah bukit di belakang kawasan observatorium tempat Mama bekerja. Di sana hening, jadi aku masih bisa mendengar suaranya meski kecil. Di sana juga dingin, jadi Mama memelukku sepanjang malam.

Karena obrolan barusan, aku jadi kepikiran, bagaimana rasanya liburan ke pantai dengan keluarga?

Mama belum pernah mengajakku ke pantai—dia wafat saat aku masih sangat kecil. Ayahku tidak pernah mengajakku ke mana-mana—dia bajingan pemalas yang menonton televisi siang-malam, langsung menikah lagi tak lama setelah Mama dimakamkan, dan membuangku ke Pusat Karantina begitu tempat tersebut dibuka.

Aku mengendap ke luar tenda, mencari Truck yang sepertinya masih berkeliling sendirian—dia selalu menjauh tiap kali Alatas dan Leila mulai bermesraan, katanya itu bikin dia meriang dan mual-mual.

Kusisir garis pantai. Tempat ini adalah target pembukaan lahan selanjutnya. Sudah 4 tahun pasca bergantinya kepemimpinan NC dan Bintara dihukum mati, kami masih berusaha memperbaiki Garis Merah sedikit demi sedikit. Meskipun kegiatan ini cuma misi pembukaan lahan, tetapi ini pertama kalinya kami bepergian berempat lagi setelah selama 4 tahun belakangan sibuk masing-masing—Alatas disibukkan tugas perekrutannya, Leila kocar-kacir dengan tugas pembukaan lahannnya, Truck setengah mati mempertahankan T. Ed Company yang diwarisinya, dan aku dipenjara dalam sekolahku.

Begitu mendengar aku punya tugas untuk mengisi liburan sekolah ini dengan esai mengenai pengalaman berlibur, Leila segera mengatur agar kami berempat bisa pergi bersama dalam misi pembukaan lahannya di dekat pelabuhan telantar Pulau Lama. Gampang buat Leila melakukan itu. Leila mewarisi bakat nepotisme dan kekuatan orang dalam yang hebat—soalnya ayahnya seorang Agen NC tersohor dan kenalannya adalah pemilik T. Ed sebelum Truck.

Seperti sebagian besar Garis Merah, tempat ini seperti lokasi berhantu yang pernah diterjang bencana alam dan kena wabah sekaligus. Air pantainya surut dan kecokelatan, tidak ada ikan-ikan atau hewan apapun kecuali kami mencari ke tengah perairan yang lebih dalam, garis hutan masih meluas dan nyaris menginvasi wilayah pasir pantai. Langit senja semerah darah dengan gumpalan awan kelabu gelap seperti asap kebakaran. Kecuali angin pantai berembus membawa mereka pergi, awan-awan itu akan bikin malam ini segelap masa-masa kepemimpinan Bintara—tidak bakal ada bintang atau bulan.

OracularWhere stories live. Discover now