5 Februari 2024

388 115 19
                                    

|| Day 5 | E-Jazzy ||

Tema:
Buatlah cerita yang mengandung tiga kata ini: sungai, bianglala, rentenir. Maksimal 1000 kata

|| 616 Words ||

|| Enggak tau ini genre apa ||

|| Enggak tau ini genre apa ||

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mayatnya kubuang di sungai. Soalnya aku lelah diteror. Penagih utang tak tahu diri itu menyambangiku siang-malam. Ponselku sampai panas akibat chat beruntun yang sengaja dikirimnya tiap jam.

Untungnya, tidak ada saksi karena kami berkelahi di tengah karnaval keliling yang masih tutup. Dia mengejarku sampai aku mesti memanjati bilik-bilik kosong bianglala. Ketika dia menangkap kakiku, tanpa sengaja aku menendangnya.

Aku berdengap menyaksikan orang itu nyaris jatuh. Kedua tangannya berputar-putar di udara untuk menyeimbangkan diri. Dengan panik kuulurkan kedua tanganku.

Lalu, aku mendorongnya.

Jangan menghakimiku. Ini bianglala. Kami di bilik yang sangat tinggi dan dia menarik kakiku duluan. Sudah sewajarnya bakal ada yang mati di antara kami, aku hanya mengambil keputusan lebih cepat daripada dirinya.

Mungkin ini salahku karena pinjam uang ke rentenir, tetapi dia juga salah—siapa suruh bekerja jadi penagih seorang rentenir? Harusnya dia sadar risiko pekerjaannya. Orang berutang sudah sewajarnya lebih ganas daripada yang memberi pinjaman, dan dia ini cuma pesuruh. Kuharap dia punya asuransi jiwa karena, kudengar, anaknya ada lima. Kalau mereka dapat uang dari kematian ayah mereka, itu bisa mengurangi rasa bersalahku sedikit.

Aku pasti masuk neraka karena membunuh. Namun, aku tahu pasti, orang yang kubunuh juga masuk neraka karena profesinya.

Siapa bilang? bisik suatu suara yang tak tampak wujudnya. Kau kira aku akan masuk neraka semudah itu?

Aku menoleh kanan-kiri, lalu menatap sungai dengan gugup. Aku menunggu mayat yang barusan kubuang bangkit dari kedalaman sungai, tetapi fenomena itu tak kunjung terjadi.

Aku tidak bisa ke akhirat berkat kau, ujar suara itu lagi. Lalu, kedua tanganku bergerak dengan sendirinya, mencengkram leherku. Karena kau tidak menguburku, aku tidak bisa menyeberang sepenuhnya. Jadi, aku bakal nebeng dulu dalam tubuhmu.

Kulawan dorongan tak kasat mata itu. Aku berguling ke posisi tengkurap. Kutindih kedua tanganku sendiri dengan seluruh bobot badan.

"A-apa yang ...." Aku meringis, lalu bibirku menyeringai dengan sendirinya. Kulawan lagi gangguan asing dalam tubuhku. "Kau merasukiku?!"

Ya, iyalah. Kalau tidak merasukimu—pembunuhku—setengah jiwaku bakal masuk neraka sementara yang setengah lagi terawang-awang dekat jasadku di sini. Kau kira, aku sudi turun pangkat dari loan shark jadi hantu sungai? Tidak elit. Setidaknya, sekarang aku bisa membalaskan dendamku!

Dia membuat badanku bangkit, lalu mengarahkan kakiku ke sungai. Kuambil kendali atas kaki kiriku, sementara dia menguasai kaki kananku. Kedua kakiku terus bergerak ke arah berlawanan. Mataku berair manakala siksaan pedih menimpa selangkanganku.

Berhentilah melawan! Ruh di selangkanganku ikut sakit!

Aku menggerung. "Hantu macam apa kau ini—merasukiku secara full saja tidak becus."

Ini hari pertamaku jadi hantu! Kau coba saja sendiri sebelum menghakimiku!

Dorongan di kaki kananku menguat. Aku mengerang-erang, lalu melolong. Rasanya sungguh menghinakan—kesurupan dalam keadaan split di hilir sungai.

Akhirnya aku menyerah karena rasa sakitnya. Selangkah sebelum kakiku mencebur ke sungai, aku berkata putus asa, "Kalau aku mati, bukannya jiwamu bakal balik ke neraka separuh dan jadi hantu sungai separuh? Mayat, 'kan, tidak bisa kesurupan. Kau tidak merasukiku lagi kalau aku jadi mayat."

Hah? Lho, oh iya!

Berhasil. Dia membelokkan kakiku menjauhi sungai.

Namun, saat aku mencoba pulang ke rumahku, dia malah mencoba pulang ke rumahnya. Lagi-lagi, kakiku split di persimpangan jalan. Orang-orang yang lewat tampak terheran-heran melihatku berkelahi sendirian dalam keadaan mengangkang.

Akhirnya aku mengalah. "Ya, sudah—baiklah! Ke rumahmu! Toh, aku juga tidak sudi kalau nanti di rumah dan disambut istriku, artinya dia juga menciummu!"

Arwah dalam badanku pun ikut sadar. Hah! Kalau begitu, ke rumahmu saja! Aku tidak sudi kalau istriku menciummu! Mending aku dicium istri orang!

Kakiku yang di bawah kendalinya mengarah ke rumahku, sedangkan kakiku yang kukontrol mengarah ke rumahnya.

Lalu, sebuah mobil melaju dan menabrakku yang masih split di tengah jalan. Aku tewas dalam keadaan kaki menyilang.

Separuh jiwaku menghantui persimpangan jalan dan separuh jiwa si penagih utang jadi setan sungai. Lalu, masing-masing separuh jiwa kami ketemuan di neraka.

Cerita paling miskin pesan moral yang pernah saya tulis '-')

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cerita paling miskin pesan moral yang pernah saya tulis '-')

Next>>> 6 Februari 2024

'-')/ Pencet bintang di bawah ini takkan bikin jari Anda hilang

OracularWhere stories live. Discover now