2 Juni 2023

652 179 125
                                    

|| Day 2 || 4007 words ||

| Buat cerita dengan tema lucid dream |

| Paranormal, Teen-fiction |
|| Tiket Lucid Dream ||

Disclaimer:
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata yang barangkali agak disengaja.

 Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata yang barangkali agak disengaja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku ingin nonton konser boyband 'Anak-anak Nyasar'. Kakak laki-lakiku ingin nonton konser girlband 'Dua-Kali'. Budget-nya tidak cukup jika kami mesti pergi ke tempat konser yang berbeda karena tersandung transportasi. Kami sekeluarga biasanya menyisihkan uang jajan masing-masing tiap minggu, agar bisa liburan keluarga tiap enam bulan sekali. Salah satu dari kami harus mengalah dan tahun ini aku betul-betul ingin ke konser idolaku.

Aku tidak mau mengalah. Tahun lalu aku sudah mundur saat Kak Uzaid pakai budget liburan kami untuk menemui pacar LDR-nya. Harusnya dia tahu diri. Namun, mengharapkan kakakku mengalah karena dia berutang budget liburan itu sama seperti minta politisi turun jabatan habis korupsi. Dia malah makin menjadi dan masih saja merasa berhak memutuskan kami mesti ke mana.

Orang tua kami malah berkonspirasi menentang kami berdua karena mereka sendiri habis bertengkar masalah yang serupa—Ayah ingin melihat konser reuni girl-group lawas, 'Cewek-cewek Cabe'. Sedangkan Ibu sudah janjian dengan teman-teman arisannya ingin datang ke konser comeback-nya boy-group 'Cowok-cowok di Gang Belakang'.

Akhirnya, budget liburan itu dibawa lari oleh Nenek suatu subuh dan dipakai untuk menghadiri Siraman Qalbu Emak Dedek. Tidak ada yang bisa marah karena, pertama, takut dosa; dua, takut kualat; tiga, Nenek selalu ikut menyumbang budget liburan tapi belum pernah memakai hak suaranya menentukan tempat liburan. Akhirnya kami merelakan acara liburan semester ini.

Tetap saja aku merasa kecewa. Tadi malam aku sampai bermimpi hadir di konser itu dan bisa naik ke atas panggung, dipeluk Dexter, personel Anak-anak Nyasar favoritku. Dexter hampir memberiku kecupan di pipi saat Kak Uzaid menerobos masuk kamarku dan menyentil jidatku, "Del, bangun! Sekolah!"

Kami bertengkar lagi sampai lempar-lemparan sepatu.

Saat masuk kelas, aku sudah berusaha tampil semangat seperti diriku yang biasanya, dengan senyum cerah dan mata berbinar ceria, tetapi Cantika—sahabatku—malah menyapaku dengan sebuah tamparan tiker konser di pipiku, "Delilah! Aku dapat satu tiket habis war tiket tadi malam, Del! Kyaaaaaaaaak!"

"Sahabat anj—" Aku menangis dramatis, mati-matian menahan diri untuk tidak merebut dan mengunyah tiketnya.

Saat mata pelajaran TIK, aku duduk di sebelah Idlan di lab komputer. Cantika bilang, Idlan sepertinya naksir padaku. Teman-temannya bahkan sering mengejeknya saat kami berdekatan. Idlan sendiri tidak repot-repot menyembunyikan kenyataan dia sedang berusaha PDKT padaku. Gara-gara itu aku jadi sering kepikiran sampai suka salah tingkah sendiri saat kami bersenggolan sedikit.

OracularWhere stories live. Discover now