17 Februari 2022

625 216 21
                                    

DWC #17
[Buat cerita dengan setting Dinasti Yuan]

:.:.:

|| Short Story ||

|| Historical Fiction ||

|| Tuluuuung ||

|| 555 words ||

|| 555 words ||

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- 1293 -

Li-mei dan adiknya menyelinap untuk melihat teater dalam kompleks istana malam itu, di mana orang-orang menampilkan akrobat, pantomim, dan sandiwara. Tak ada yang mereka bawa kecuali satu sama lain dan pakaian yang melekat di badan. Li-mei baru akan nekat menggendong adiknya melompati pagar kompleks istana ketika matanya mendapati seseorang pemuda terus mengerling ke arahnya.

Pemuda itu berperawakan besar dengan ekspresi malu-malu, serupa beruang yang ramah, terutama saat Li-mei memergokinya menatap. Dia mengenakan pakaian berbahan bulu dan kulit, barangkali salah satu dari orang-orang Mongol yang sering Li-mei lihat tinggal dalam tenda-tenda.

Ayah dan ibunya mungkin akan marah pada pemikiran Li-mei, tetapi gadis itu selalu mengira orang-orang Mongol tidak menyukai mereka. Namun, pemuda ini tidak terlihat demikian. Dia melempar senyum canggung pada gadis itu sebelum mengalihkan tatapan selama beberapa detik, lalu melirik sekali lagi ke arah Li-mei.

Digandengnya tangan adiknya dan mereka menghampiri si pemuda.

"Kalian ingin masuk?" tanya pemuda itu. Suaranya lembut dan penuh perhatian.

Zehn-zehn, adik Li-mei yang paling menggebu-gebu ingin melihat teater, memohon untuk masuk. "Bolehkah?"

Belakangan, setelah mereka melewati kerumunan bersama, melalui beberapa kelokan jalan dan menyelinap masuk ke dalam kompleks istana yang disorot cahaya meriah dan warna-warna megah, Li-mei ketahui nama si pemuda adalah Chenghiz.

"Kau suka teater?" tanya Chenghiz, yang dijawab oleh Li-mei dengan anggukan malu-malu.

"Datanglah lagi tahun depan." Pemuda itu berbisik penuh kerahasiaan ke telinga Li-mei. "Akan kubantu kalian masuk lagi."

Usainya sandiwara terakhir mengakhiri malam sempurna Li-mei dan Zehn-zehn, yang segera menyelinap keluar bersama Chenghiz sebelum seseorang memergoki mereka salah tempat. Li-mei terpikir, bagaimana caranya berterima kasih pada pemuda itu—apakah pemuda itu akan suka kerajinan keramik buatan tangan (Li-mei dan Zehn-zehn baru mulai belajar membuatnya) ataukah dia harus mulai minta diajari melukis pada ibunya.

Namun, Chenghiz keburu berlari ke suatu tempat, membelah kerumunan dengan gesitnya, sebelum kembali lagi dengan dua buah hiasan rambut di tangannya. Hiasan rambut serasi yang kemudian disematkannya pada Zehn-zehn dan Li-mei.

"Agar kita berjumpa lagi tahun depan," sengal Chenghiz dengan senyum lebar.

Mulanya, Li-mei ikut merekahkan senyum, tetapi kemudian gadis itu menunduk dan memberanikan dirinya bersuara.

"Tapi kalian hanya menikahi orang-orang dalam etnis kalian," lirih Li-mei tanpa mengangkat wajah, matanya melirik pemuda di hadapannya dengan hati-hati. "Siapa yang kita bohongi di sini?"

Gadis itu berbalik dan menggandeng tangan Zehn-zehn, yang masih melambai riang pada Chenghiz. Gadis itu sadar, dari sudut matanya, Chenghiz mengulurkan tangan, hendak menahannya untuk tidak pergi. Namun, Chenghiz menahan tangannya, dan Li-mei tidak menghentikan langkahnya.

- 1368 -

Li-mei merasa umurnya sudah terlalu panjang, matanya menyaksikan terlalu banyak, dan sudah saatnya dia istirahat. Menyusul Ayah dan kakak-kakaknya yang gugur dalam militer, Zehn-zehn dan ibunya yang jatuh dalam bubonic plague, dua anaknya yang hilang dalam bencana banjir 1344, dan suaminya yang tewas dalam pemberontakan terhadap Mongol. Kini Yuan Dynasti menyambut keruntuhannya, dan Li-mei merasa dirinya sudah terlalu tua. Waktunya pastilah sudah dekat.

Terutama begitu dia menemukan kembali hiasan rambut pemberian seorang pemuda dari masa lalunya. Malam itu adalah kali pertama sekaligus terakhir mereka berjumpa. Tidak pernah ada tahun depan. Tidak pernah ada kelanjutannya.

Dengan tangannya yang ketar-ketir dan kelabu, Li-mei memasang kembali hiasan rambut itu. Dirinya seolah kembali ke sana—hiruk-pikuk cahaya dan ukiran penuh warna, seseorang bermonolog di atas panggung, tangannya menggandeng Zehn-zehn yang memuja pakaian-pakaian mewah para pelakon, dan Chenghiz di sisinya yang satu detik pun tak mampu menyembunyikan sorot terpana apalagi melepaskan pandangan dari Li-mei.

:.:.:

"I thought I'd never see you again

Once the stars were scattered in pieces, all over the galaxy."

Light and Shadow, song by Sawano Hiroyuki feat. Gemie

 Gemie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

A/N. Maapkan kalau ada yang tidak sesuai fakta atau kurang berkenan :'V saya nda ada pengalaman nulis hisfic, apalagi yang menyerempet dinasti dll ;-; feel free to criticize or correct me if I made a mistake ;-;

Doakan saya masih hidup sampai 11 hari ke depan ( /'-')/

Next >>> 18 Februari 2022

OracularWhere stories live. Discover now