Part 14

10.6K 1.2K 38
                                    

Ashel berdiri di depan pagar rumahnya sambil melirik ke jalanan. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang duapuluh menit. Dan Adel belum juga memunculkan batang hidungnya. Ponselnya aktif namun tidak diangkat olehnya. Hingga tak lama kemudian muncul motor dari arah kiri Ashel. Motor terhenti tepat di depan Ashel. Orang itu membuka kaca helmnya. "Pagi pacar." Senyum mereka terbentuk di bibir Adel.

Adel yang dingin.
Adel yang kasar.

Kini pelan-pelan mencair.

Ashel tersipu malu. "Apaan sih." Tanpa disadari, bibir Ashel juga menyunggingkan senyum tapi hanya sekilas. "Yaudah yuk buruan. Udah telat nih."

Adel menjulurkan tangan ke belakang, membantu Ashel naik ke atas motornya.

Tak lama, Motor tiba di depan gerbang. "Stop, Del." Ashel menepuk bahu Adel.

"Kenapa?" Adel menoleh.

"Aku turun disini aja deh. Nanti kalau anak-anak tau kita pacaran, gimana?"

"Biarin. Gausah di dengerin." Lantas Adel menutup kaca helmnya lagi dan segera masuk ke parkiran motor. Disana ternyata sudah ada sekumpulan manusia rusuh yang sedang bercanda tawa.

"Wedeehh, ada yang udah jadian aja nih. PJ lahh."

Ashel turun dari motor dan mengikuti Adel dari belakang. Cewek itu melirik Ashel. "Kamu ke kelas duluan gih, aku pantau dari sini "

"APA?? Pake aku-kamu ya bukan gue-elo? Haseekkkk, tumben amat Del..." Kor membahana menyambut jawaban Adel. "Adel manggil pake aku-kamu?? Kiamat, gempaa, longsooorrr." Lalu di sambut siul-siulan yang membuat wajah Ashel memerah seperti tomat.

Ashel tidak menghiraukan kicauan teman-teman Adel yang tidak jelas itu. Ashel mengangguk. Kemudian segera berjalan menuju ruang kelasnya yang berada di lantai satu. Adel menatap  lamat-lamat punggung cewek itu, rambut hitam tergerai yang melambai-lambai tertiup angin. Hingga tubuhnya tak terlihat lagi, hilang di balik pintu kelas.

"Gue semalem dapet Chat dari anggotanya Jabieb. Mereka ngajak duel." Suasana yang semula penuh tawa, mendadak hening seketika saat suara Aran memberitahu sebuah berita tidak mengenakkan.  Semua pasang mata menatap Aran. "Jadi kita mau kapan? Gue udah gak sabar nih pengen nonjok orang "

"Weitsss, sabar gaess." Gracio mencoba menenangkan Aran sudah mulai tersulut emosi.

Adel terdiam. Tampak memikirkan sesuatu. "Oke, tunggu instruksi dari gue."

***

Ashel berjalan melewati koridor sekolah setelah memberikan proposal milik Zee di ruangan Osis. Cewek itu melangkah sambil mengecek room chat Watsapp. Langkahnya mendadak terhenti di tengah-tengah, dilihatnya Ella muncul tepat di depannya, menghalangi Ashel sedang ingin ke kelas.

"Lo makin hari makin gak tau diri ya?"

"Maksud Kakak?" Ashel menatap bingung. "Gatau diri gimana?"

"Selama ini lo sering di anter pulang Adel, dan sekarang gue denger kabar kalo lo jadian sama dia. Bener?"

Ashel menelan ludahnya. Darimana dia tau kalau mereka pacaran? Apakah Adel sendiri yang koar-koar? Masa iya sihh. "Lo ikut gue sekarang." Ella menarik paksa tangan Ashel sampai Ashel tersaruk-saruk mengikuti langkahnya. Berhubung bel baru saja berbunyi, koridor masih ramai akan murid-murid yang lalu lalang. Tatapan mereka tertuju pada Ashel dan Ella. Tapi tidak ada satupun yanh berani angkat suara.

Cewek KulkasWhere stories live. Discover now