Part 29

20.1K 1.5K 576
                                    

"Ashel! Fokus dong! Kenapa daritadi tidak fokus? Pukulan kamu salah!" Teriak Pak Oniel selaku guru olahraga dan juga pembina grup Marching band. Pukulan snare drum milik Ashel yang daritadi melenceng dari irama membuat Pak Oniel jadi geram sendiri. "Mukul snare drum itu gak asal pukul aja tapi juga butuh emosi, di rasakan, biar feelnya dapet. Di hayati juga setiap ketukannnya."

Ashel mendengus, konsentrasinya jadi kacau balau.

"Dicoba sekali lagi."

Tangan Ashel kembali menggenggam stik, menirukan pukulan yang tadinya di tunjukkan Pak Oniel, menyesuaikan ketukannya. "Lebih satu ketukan! Coba kamu hitung dalam hati."

Salah lagi ! Ashel memekik kesal. Biasanya juga gak separah ini salahnya.

"Yasudah, kita istirahat dulu sampai abis adzan Ashar, setelah sholat kita lanjut lagi."

"Oke, Pak!" Mereka teriak kegirangan. Karena yang di tunggu sejak pagi ya ini, istirahat!

Ashel segera meletakkan alat snare drum di tengah lapangan dan memijat pundaknya yang terasa pegal. "Shel, ashel!" Cewek itu menoleh begitu melihat seseorang cowok berkacamata mendekatinya. "Ini, buat kamu." Katanya sambil menyerahkan satu botol air mineral dingin.

Kening Ashel mengernyit. "Buat aku? Kamu bukannya anak kelas sebelah ya?" Ashel melirik badge kelas cowok itu. Dia adalah Krisjon. "Kok tiba-tiba ngasih ginian?"

"Iya, tadi mau beliin temen, tapi udah pulang duluan. Jadi, buat kamu aja."

"Makasih, ya?"

Ashel duduk di samping cowok itu sambil membuka tutup botol dan meneguknya hingga tersisa setengah botol. Cuaca hari ini sangat panas luar biasa. Ashel menempelkan botol dingin itu ke pipinya, hingga ia teringat sesuatu. Otaknya mendadak teringat Adel yang pernah menempelkan botol ke pipinya. Dengan kondisi yang sama, saat dia sedang kelelahan dan Adel tiba-tiba datang sambil membawakannya minuman.

Lantas, mata Ashel ikut berpaling ke lapangan saat mendengar suara derum knalpot yang menggema di udara. Dilihatnya Adel dan teman-temannya baru saja keluar dari parkiran. Ternyata dia belum pulang.

Dan sekarang, Adel baru saja ingin pulang.

Kini situasinya berubah 360 derajat, seolah keduanya saling tidak kenal seperti orang asing sebelumnya.







***


Bukan gosip namanya kalau satu sekolah tidak tahu bahwa Adel dan Ashel putus hubungan.

"Gila, gak nyangka gue. Yakin banget tuh, mereka putus pasti gara-gara berduaan sama Zee."

"Bisa jadi. Emang tuh cewek gatel. Udah dapet satu masih aja nge-gebet yang lain."

Ashel sedang berada di dalam kamar mandi saat istirahat. Dan mendengar samar-samar suara dua orang yang sedang mengobrol di depan wastafel. Mereka tidak sadar bahwa orang yang sedang di bicarakannya mendengar semuanya.

"Kalau gue jadi Adel sih mending gue putusin aja, ngapain coba punya cewek kayak gitu di pertahanin?"

Jari Ashel mengepal kuat. Cewek itu segera membuka pintu kamar mandi dengan sedikit gebrakan keras, sampai dua orang itu yang tadinya santai bergosip menoleh ke arah Ashel dan terkejut melihat Ashel. Ashel menatap mereka dengan emosi. Sabarr....sabarr.. hatinya berbisik. Ia lebih Tidak menghiraukan gosip-gosip itu dan segera keluar dari kamar mandi.

"Shel, kenapa lama banget di kamar mandi?" Ashel melihat Zee ternyata menunggunya di depan toilet cewek. Entah sejak kapan. "Laper gak? Kantin yuk."

"Aku mau ke perpus, Kak. Mau pinjem buku."

"Yaudah, gue temenin." Zee sudah berada di samping Ashel.

"Yaudah yuk."

"Laporannya udah selesai?" Tanyanya memulai pembicaraan tentang tugas tanggung jawab dari acara 48 Jakarta Cup kemarin yang baru saja di adakan.

"Belum. Masih dikit lagi." Jawabnya malas sambil berjalan ke perpustakaan yang berada di ujung koridor kelas sepuluh. Langkah Ashel terhenti begitu melihat sosok seseorang yang duduk di pinggir lapangan sambil menenggak botol air mineral. Jantung Ashel berdetak kencang ketika Adel memergokinya sedang menatap kerahnya.

"Shel, ayo."

"Aku cancel aja deh, Kak. Nggak jadi ke perpus."

"Loh, kenapa? Karena Adel? Santai aja." Zee tanpa izin menggenggam tangan Ashel dan menarik cewek itu agar segera berjalan ke perpustakaan, melewati Adel yang sedang memperhatikan mereka. "Dia takut ketemu lo katanya, padahal lo kan jinak. Iya nggak?" Entah apa maksut Zee, dia justru berdiri di depan Adel dan memancingnya dengan senyum kemenangan.

Ashel mati rasa begitu dilihatnya Adel mengalihkan pandangannya ke belakang punggung Zee.

Adel diam saja, tidak menjawab pertanyaan Zee yang menurutnya ingin mencari masalah.

Zee kembali berjalan menarik Ashel ke perpustakaan. Begitu di depan perpus, Ashel segera melepaskan genggamannya yang tadi di cengkram Zee.

"Sorry, Shel. Kalau nggak gue pegang, takutnya Adel bikin ulah." Celetuknya mencari alasan.

Ashel mendengus, dan tidak lama ponsel yang ada di sakunya berbunyi dan melihat sebuah nama muncul di layar. Nama Adel. Ashel sempat terbelalak, segera di bukanya fitur chat Watsapp.

Cewek itu memutar kepalanya ke belakang dan melihat Adel baru saja bangkit dari posisi duduknya dan berjalan berlawanan arah dengannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cewek itu memutar kepalanya ke belakang dan melihat Adel baru saja bangkit dari posisi duduknya dan berjalan berlawanan arah dengannya. Ashel merutuki diri sendiri, di penuhi rasa malu yang datang tanpa di duga.







****




Part terpendek hehe...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 14, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cewek KulkasWhere stories live. Discover now