Part 27

9.4K 1K 111
                                    

Hari ketiga 48 Jakarta Cup.

Sudah berlangsung tiga hari dan acara berjalan dengan lancar. Zee berkeliling lapangan, memastikan bahwa semuanya berjalan dengan lancar. Mulai dari bazaar sampai panitia yang berjaga tiket. Sampai akhirnya langkah cowok itu terhenti di depan lapangan bersamaan dengan Adel yang tiba-tiba muncul di depannya.

"Cukup semalem aja lo nganter Ashel. Gak boleh ada lagi." Katanya to the point. Sorot matanya masih menyimpan dendam permusuhan sejak awal MOS.

"Kenapa? Masalah buat lo? Ashel-nya aja gak keberatan." Jawab Zee sambil tertawa. "Kenapa lo yang sewot? Takut kalau Ashel bakal gue rebut?"

"Anjing banget lo." Adel mengeram. "Jangan mancing emosi gue disini!"

"Haha. Santai bro. Wajar kok kalau lo takut, karena kalau misalnya gue gerak dikit buat ngambil hati Ashel bakal ada kemungkinan dia bisa gue dapetin."

"Dapetin? Lo kira Ashel barang??"

Tangan Zee menyentuh pundak kiri Adel, di tepuknya pundak itu pelan. "Tapi gue gak sejahat itu kok. Mungkin kalau sekarang sih masih belum ya, karena lo baru pacaran dua minggu sama dia, gak bakalan langsung gue rebut. Bisa jadi nanti kalau situasi memungkinkan, lo siapin mental aja."

Wajah Zee mendapatkan serangan dadakan dari kepalan Adel setelah menyelesaikan kalimatnya. Di hantamnya rahang Zee sampai Zee mengeluarkan cairan darah kental dari gusi yang terkena hantaman.

"Coba ulang. Lo tadi ngomong apa? Gue gak denger." Balas Adel geram.

"Manusia brutal kayak lo apa masih mau di pilih sama Ashel? Padahal masih ada cowok yang pantes buat dapetin dia dan gak suka buat semena-mena kayak lo gin----"

Belum selesai Zee berbicara, Adel sudah menyerang cowok itu lebih dulu. Di pukulnya wajah Zee sampai cowok itu tersungkur ke lantai lapangan dan beberapa pasang mata seketika terarah kepadanya.

Sedangkan anak kelas sepuluh sampai dua belas yang tadinya berada di balkon seketika melihat kearah lapangan dan menikmati tontonan seru. Ada sebagian yang teriak, sebagian lagi ada yang jadi tukang kompor.

Zee berusaha memberontak, tapi Adel terlalu brutal. Pukulan keras mendarat di pipi Zee. "Sekali lagi lo ngomong gitu, lo gue abisin!!" Adel menghantam pipi Zee lagi dan lagi.

"ADEL!!" Kepalan tangan Adel terhenti ketika sebuah suara muncul dari arah punggungnya. Ada Ashel baru muncul dengan wajah memerah. "Kak Zee gak papa?" Ashel menghampiri Zee. Di lihatnya wajah cowok itu lebam parah. "Kamu apa apaan sih, Del?" Lanjutnya menatap Adel marah.

Guru-guru pun segera berdatangan ke tempat kejadian. "Apalagi ini? Adel kamu berantem lagi? Mau jadi jagoan? Mau nunjukin ke anak-anak lain kalau kamu anak paling nakal di sekolah??" Bu Melody berteriak marah tepat di depan muka Adel. Sementara Adel tertuju ke Ashel yang sedang membantu Zee berdiri. Adel menahan emosi di dalam dadanya.

"Kamu ke ruang guru! SEKARANG!!"







****

Ashel kini berada di dalam UKS bersama dengan Zee yang sedang membersihkan darah dengan kapas yang di basuh alkohol. "Sini, aku bantu." Ashel meraih kapas itu karena tidak tega melihat Zee merintih kesakitan sejak tadi. "Adel kenapa bisa mukul kamu sih, Kak?"

"Awwhh." Zee meringis, spontan memundurkan kepalanya.

"Maaf. Iya ini aku pelan-pelan."

Zee menarik nafas panjang. "Lo tau sifat dia kan? Mungkin cemburu liat gue nganterin lo pulang kemarin malam."

Ashel berhenti dari aktifitasnya sejenak. "Cemburu karena Kak Zee nganterin aku pulang?" Ulangnya heran. "Ohh." Sedetik kemudian Ashel mengangguk mengerti. "Karena itu dia mukul? Gak ada motif lain?"

Cewek KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang