Part 18

9.9K 1.1K 76
                                    

Ashel tidak bisa tidur.

Akhir-akhir ini dia jadi susah tidur, padahal Ashel bukan tipe orang yang mengalami insomnia. Dia tipe anak yang kalau melihat bantal dan kasur, bakalan tidur sepulasnya kapanpun itu.  Tapi malam ini beda. Mata Ashel seolah menolak tiap kali dia mau memejamkan mata.

Di lihatnya ponsel di tangannya.

20.00

Sudah pukul delapan malam, tapi tidak ada satupun chat dari Adel atau panggilan masuk.

"Kok Adel gak chat ya?" Ashel memegang kepalanya, kemudian bangkit dari ranjang dan memilih untuk duduk di kursi belajarnya.

20.30

Sudah tiga puluh menit berlalu, Ashel masih setia melihat ponselnya, menggerakkan jari-jarinya di atas meja belajar. Sesekali dia mengetuk layarnya untuk memastikan. "Apa dia lagi main game ya?"

Kemudian Ashel mencari pelampiasan rasa bosannya dengan memainkan game online di ponselnya.

21.30

Ashel melihat jam lagi dan menarik nafas panjang, sudah berlalu satu jam tapi tidak ada pesan masuk ataupun telfon. Ashel memapah dagunya di atas meja belajar, menatap ponselnya penuh tanda tanya. "Aku voice note aja deh." Bisiknya pada diri sendiri. Ashel tanpa sadar membuka lagi pesan teks, dan mulai menekan tombol mikrofon lalu mulai bebicara.

Adel yang sedang bermain game di pc-nya lantas membuka layar saat ponselnya menyala. Sebuah rentetan voice note chat dari Ashel.

"Kamu dimana?"

"Masih lama gak main game-nya?"

"Aku ngantuk, mau sleepcall."

Adel yang semula fokus dengan pc-nya, kini beralih ke ponsel hitamnya. Di dengarnya baik-baik pesan suara dari Ashel. Lantas tersenyum, kemudian tertawa mendengar suara gemas dari Ashel yang tiba-tiba saja mencarinya.

Sedetik kemudian muncul lagi voice note dari Ashel.

"Gak kangen aku ya? Yaudah deh kalau gak kangen, aku tidur."

Adel semakin gesrek dengan suara Ashel yang menurutnya sangat candu untuk di dengar.

"Haduuhh, gak bisa nih begini nih." Adel tersipu malu, tertawa, campur gesrek.

Adel membalas voice note Ashel dengan pesan chat.

"Lagi main game, sayang. Masih lama. Sabar ya, tanggung nih."

Ponsel Ashel bergetar. Terlihat pesan masuk dari Adel. Dan benarr, dia sedang bermain game. Kemudian voice note kembali dikirim oleh Ashel.

"Kamu mah di lama-lamain."

Adel kembali tertawa dan hampir nyungsep ke belakang saking bahagianya. "Kocak dah ini anak." Adel kemudian terdiam sambil melihat lagi chat yang belum di balasnya itu lantas tersenyum kembali. "Ashel, Ashel." Jawabnya sambil geleng-geleng kepala.

Karena sudah gesrek maksimal, akhirnya Adel mencoba untuk menelefon Ashel.

"Hallo?"

"Apaa?"

"Bete?"

"Kamu masih main game?"

"Masih, Shel. Mau tidur?"

"Iyaa."

"Yaudah deh yaudah deh, bentar dulu."
Adel berdiri dari kursi gamenya kemudian duduk di ujung ranjang.

"Delll." Teriak Ashel dari ujung telfon.

"Iyaaa."

"Gapapa. Pengen manggil aja. Hehe. Yaudah aahhh. Kamu lanjut main game aja dulu."

"Yaudah iyaa."

"Yaudah byee."

"Dadah, goodnight bye, sayang."

Adel kemudian menutup telfonnya. Dan meletakkan asal ponselnya di atas kasur. Di raihnya bantal di belakang tubuhnya kemudian menutupi wajahnya rapat-rapat dengan bantal tersebut, menyembunyikan kegesrekkannya setelah di telfon pacarnya. Entah ada angin apa tiba-tiba Ashel mengajaknya untuk sleepcall. Padahal yang selama ini yang Adel tahu Ashel tipe orang yang pemalu.

"Gilaaa, damage-nya gak ngotakkk."


***

Anak-anak Osis sudah berkumpul di kantin sejak lima menit yang lalu, mereka semua menuju ke kantin saat Zee sudah berjanji akan mentraktir mereka. "Giliran di suruh dateng rapat pada ngaret, dasarr."

"Kalau masalah makanan, udah beda lagi."

Zee tertawa geli sambil menggelengkan kepala, heran dengan kelakuan anak buahnya itu. Diliriknya Ashel yang masih menikmati baksonya. "Enak ya, Shel, baksonya?"

Ashel mendongak. "Hehe. Enak, Kak."

"Mau mambah lagi?"

Ashel menggeleng. "Nggak usah, Kak. Cukup."

"Kiw-kiw, rapat Osis kok di kantin." Muncul suara seseorang yang familier di telinga, membuat semua pengurus Osis mendongak dan melihat Badrun ada di hadapan mereka. "Ohh ada yang lagi nraktir?"

"Iya dong." Jawab Zee santai.

Tak lama di belakangnya muncul Gracio dan Aran.

"Woi, Del. Buruan! Lama banget sih jalannya." Badrun melambaikan tangan pada Adel yang baru saja muncul di pintu kantin. Ashel melirik ke belakang punggungnya dan sedikit terkejut menemukan cewek bertubuh tinggi jangkung itu mendekat.

"Kenapa kaget gitu liat pacarnya? Ganteng ya?" Tanya Adel pada Ashel. Tiba-tiba tangan Adel terjulur ke atas kepala Ashel. "Makan yang banyak biar cepet gendut."

"Mau dong di perhatiiinnnn...." Celetuk Aran meledek.

Wajah Ashel terasa panas. Lagi-lagi dirinya jadi pusat perhatian seisi kantin. Kini Adel tunjuk aksi-aksi di depan anak Osis yang menatap adegan itu dengan ternganga.

"Kuy." Adel berlalu bersama teman-temannya, diikuti tatapan dari anak-anak Osis yang melirik punggungnya. Ashel masih tak bersuara, dan Zee menyipitkan matanya mengikuti kepergian gerombolan rusuh itu.

"Busyeet, gak nyangka gue, gitu-gitu dia bisa romantis juga." Kata Gaby berdecak kagum.


***

Besok gak update yaa.. biar gak pada nyariin hehe.

Selamat membacaa..

Cewek KulkasWhere stories live. Discover now