Part 22

74.6K 4.9K 820
                                        

Kota Seoul malam ini masih terasa lembab karena sisa-sisa hujan lebat yang mengguyur permukaan bumi selama dua jam lebih semenjak Mark lajukan Ferarrinya meninggalkan area parkir sekolah menuju apartment miliknya, bersama Seo Haechan sore tadi.

Dinginnya cuaca tentu saja tak akan mengganggu aktifitas sibuk manusia diluar sana yang masih bergelut dengan pekerjaannya selagi jam dinding masih menunjukan pukul tujuh malam.

Seo Haechan, wajah manis miliknya sudah tenggelam habis di dalam bantal empuk berwarna putih selagi Mark terus memaju mundurkan kedua jarinya di dalam lubang sempit pemuda berkulit eksotis tersebut, membuat gerakan seperti menggunting.

Haechan mendesah, namun teredam.

Tangannya berusaha menggapai apa saja untuk mengalihkan rasa nikmat bercampur perih akibat tumbukan tersebut.

Pinggulnya bergetar hebat dan beberapa kali terangkat keatas saat titik nikmatnya mulai disapa kasar oleh jari panjang milik sahabatnya itu.

Penghangat ruangan yang menyala di salah satu Apartment lantai sepuluh kepunyaan Mark tersebut, seakan menambah panasnya pergulatan dua insan yang tengah di mabuk nafsu ini.

Mark tersenyum, menambah tempo gerakan jarinya, berharap Haechan bisa menemukan titik puasnya.

Sebelah tangan Mark yang kosong ia gunakan untuk mengurut sensual kejantanan mungil Haechan yang sudah menegang semenjak tadi, saat mereka berciuman panas melewati lorong gedung menuju apartment Mark.

Bermain di kedua titik sensitif Haechan membuat Mark puas, menyaksikan pemuda yang tengah didera nikmat itu mendesahkan namanya berulang kali, memohon agar Mark bermain lebih liar lagi dari ini.

Si manis hampir saja klimaks kalau saja Mark tidak mencabut jari dan melepas sapuan telapak tangan besar itu.

Dengan sekali gerakan akhirnya Haechan dibuat berbalik menghadap kearahnya, jelas sekali oleh Mark kalau wajah pemuda itu merenggut sebal karna gagal dalam pelepasannya.

"Markkk," rengek Haechan dengan wajah yang kentara merah, tampaknya kulit tan pemuda itu tak membantu sama sekali untuk menyamarkan rasa malunya.

"Hmmm, mau apa??" tanya Mark sedikit  menggoda, menelan ludah kasar saat matanya tak sengaja bersitatap dengan puting merah muda milik Haechan yang sudah mencuat dan menegang.

Tubuh keduanya sama-sama telanjang, dan Mark hampir gila saat dengan sengajanya Haechan menggeliat nakal untuk menggoda.

Bibir manisnya bahkan tersenyum jahil saat melihat reaksi Mark.

Ohh Haechan si polos yang malang.

"Damn," geram Mark kasar, Haechannya yang polos sekarang sudah agak berbeda kalau diatas ranjang, dan itu membuat Mark semakin dibakar gairah.

Tanpa menunggu lama, Mark segera mengukung tubuh seksi Haechan, mengecup sepanjang dada pemuda itu tanpa melewatkan kedua puting merah muda yang menyapa nakal sedari tadi.

Haechan hanya bisa pasrah dan melenguh saat Mark mulai menjalankan lidah panasnya menyapu area sensitif miliknya itu.

Tangan Haechan tak tinggal diam, jemari lentiknya langsung menggenggam kuat rambut hitam legam Mark, membantu pria itu agar lebih dalam memainkan putingnya.

Bunyi kecipak basah dan erangan nikmat dari mulut Haechan bergema di dalam kamar terang yang memang sengaja Mark hidupkan lampunya.

Mark tak mungkin bercinta tanpa terlewat sedikitpun memandangi indahnya tubuh Haechan yang mengkilat terkena terpaan cahaya.

Haechan merintih diantara perih dan nikmat saat Mark tak sengaja menggigit kasar putingnya.

"Nghh, sakit Mark." lirih Haechan terdengar merdu menyapa pendengaran Mark, namun ia abai.

Teman tapi NAFSU (MarkHyuck) Where stories live. Discover now