Part 31

47.2K 3.6K 928
                                        

Vote Koment jangan lupa! masa harus diingetin terus.




🐻🐻🐻

Seo Haechan membuka perlahan matanya, kemudian mengerjap hingga beberapa kali.

Nafasnya langsung tercekat saat menatap sekeliling, menyadari dirinya terbangun di sebuah ruangan pengap dan sangat kotor, ditambah lagi minimnya pencahayaan.

Banyak sekali kardus-kardus besar yang sudah usang bertumpukan di sepanjang sudut ruangan.

Aroma kuat dari besi yang berkarat sungguh mendominasi tempat ini, membuat nafas Haechan semakin memburu dan sesak.

Saat mencoba untuk bangkit, Haechan rasakan tubuhnya kaku dan tak bisa bergerak sedikitpun karna tangan dan kakinya tertahan pada sebuah kursi kayu, terikat begitu kuat menggunakan tali nilon.

Dan adegan semacam ini sering kali Haechan temui saat ia menonton film action, dimana penculikan terjadi dan korbannya diikat kuat agar tak bisa kabur.

'Astaga, Echan betul-betul diculik Mom! bagaimana ini??' lirihnya langsung panik, jantungnya seakan bergerak cepat memompa darah ke seluruh tubuh.

Rasanya Haechan ingin menangis saja saking takutnya, siapa juga orang jahat yang tega melakukan ini padanya, seingat-nya Haechan tak pernah berbuat salah apapun pada orang lain.

Tapi kenapa sekarang nasibnya berakhir seburuk ini.

Haechan coba mengingat kembali dengan jelas kronologinya, semalam saat hendak menuju rumah Mark, pria itu lebih dulu mengirim pesan teks, mengatakan kalau dirinya menunggu di sekolah.

Namun, setibanya Haechan di parkiran, tak ada satu orangpun yang dapat ia temui.

Setelah menunggu di luar mobil hampir sepuluh menit lamanya, tiba-tiba saja seseorang memukul kepala Haechan menggunakan benda keras, dan detik itu juga pemuda itu rasakan pandangannya menjadi gelap dan tubuhnya tersungkur ke tanah dan benar-benar hilang kesadaran.

Sampai sekarangpun Haechan masih bisa rasakan pening hebat di bagian belakang kepalanya akibat pukulan semalam.

Haechan merasakan lapar dan tenggorokannya kering sekali, juga ia sangat takut berada di tempat minim pencahayaan seperti ini.

Ditambah lagi dirinya tak pernah berada di posisi mencekam begini sebelumnya.

Rasanya ingin menangis meraung memanggil Mommy dan Daddy, tapi Haechan sadar dirinya adalah seorang lelaki, dan juga hingga air matanya keringpun karna menangis, tak akan ada yang bisa membantunya keluar dari sini.

"Siapa saja, tolong!!" teriak Haechan akhirnya, dan sesekali coba berontak untuk melepaskan ikatan tangan dan kakinya pada bangku kayu yang udah usang ini.

Haechan takut banget kalau saja nanti dia berakhir dibunuh seperti adegan film, dan organnya dijual. Karna memang itu kan yang lagi marak kasusnya sekarang(?)

Ngebayanginnya aja bikin bulu pemuda itu merinding di sekujur tubuh.

Mana dirinya belum sempat berbakti pada orang tua, terus nanti kalo beneran dibunuh dan mati, pasti Mommy Ten dan Daddy Johnny bakalan sedih banget ditinggal anak semata wayangnya yang baik hati ini.

Ditambah lagi Haechan belum bayar utang dia ama Renjun, kemaren abis nitip beliin ciki pas jam istirahat.

Terus juga, dia belum baikan ama Mark perkara jalan bareng Mingyu beberapa waktu lalu, takutnya pria itu salah fahamnya hingga akhir hayat.

Haechan gabisa lagi ngebayangin semua kemungkinan buruk itu terjadi, akhirnya air mata yang sedari tadi ia tahan mati-matian ngalir juga sebegitu derasnya.

Teman tapi NAFSU (MarkHyuck) Where stories live. Discover now