Part 34

57.8K 3.6K 767
                                        

Jeno menekan buru-buru angka demi angka yang tertera pada smart lock pintu apartment milik Mark, agar bisa dengan segera membukanya.

Pria itu sudah hampir tiga hari lamanya tak pulang kerumah, dan ponselnya pun sama sekali tak aktif alias tak bisa di hubungi.

Sikap Mark itu membuat semua orang khawatir dan takut terjadi hal buruk yang akan membahayakan nyawanya.

Mengingat banyak sekali masalah yang datang akhir-akhir ini.

Pagi ini, Jeno mendapatkan telpon dari Lucas, mengatakan kalau Mark berdiam diri di apartment entah sudah berapa hari dan keadaannya cukup kacau.

"dimana Mark??" tanya Jeno saat menemukan Lucas terduduk dengan wajah lelah di sofa ruang tengah.

"Di kamarnya, mengurung diri seperti gadis yang sedang putus cinta." balas Lucas tanpa minat.

"Terus kenapa baru ngasih kabar ke gue pagi ini??" ujar Jeno lagi, harusnya Lucas memberitahu keberadaan Mark dari kemaren, agar semua orang tak sibuk mencari.

Pria tinggi asal Hongkong itu menghela nafasnya cukup berat, "Salahin aja Abang lo, dia nyuruh gue ngikutin Haechan dari pagi sampe malam semenjak mereka putus, nyuruh gue buat jagain mantannya itu. Jadi gue ga punya waktu lagi buat cek ponsel sekalipun."

Jeno juga ikut menghela nafas berat sama seperti yang dilakukan oleh Lucas, kemudian berjalan menuju kamar Mark, membuka pintu cukup kasar dan menemukan pria itu tengah berdiri di atas balkon.

Menyerngitkan dahi saat menemukan puluhan botol minuman keras berserakan diatas lantai maupun disetiap sudut kamar.

"Bang, lo kenapa sih??" Tanya Jeno menghentikan langkahnya tepat di samping Mark.

Pria itu sama sekali tak bergeming, netranya terus menatap ramainya lalu lintas kendaraan pagi ini.

Jeno menggeleng pelan beberapa kali saat melihat sendiri keadaan Mark yang sekarang.

Matanya sembab dan penampilannya begitu acakan, seperti manusia yang tak mempunyai semangat hidup lagi.

"Jangan bikin panik Bubu sama Daddy sehari aja bisa gak??" ujar Jeno lagi berusaha membuat Mark bicara.

"Maaf." lirih kakaknya itu pelan.

"Seharusnya minta maaf sama Haechan, bukan sama gue!" bentak Jeno sarkas dan tiba-tiba.

Dia sangat menyesalkan sekali keputusan Mark yang meninggalkan Haechan dalam keadaannya yang sekarang, hingga membuat pemuda itu semakin terluka.

"Gue lagi ga pengen bahas Haechan, jadi mending lo keluar aja." Mark menoleh sekilas, menatap Jeno cukup tajam dengan sorot kelamnya.

"Anjing!!! ga nyangka aja gue bisa punya kakak sebrengsek lo Mark!" umpat pria itu sambil tersenyum remeh.

"Kalau lo gatau apa-apa, mending diem. Gue lagi capek!" sekali lagi hanya ucapan itu yang Mark utarakan untuk ngebales Jeno.

"Gatau apanya?? gue tau sekarang gimana keadaan Haechan bang, kakinya gabisa jalan dan sekarang apa lagi?? seakan ga puas nyakitin fisiknya, hatinya mau lo ancurin juga?? ga capek apa! dari semenjak kita pindah ke korea, lo selalu kasar sama Echan. Emang dia salah apa Bang?? sampai lo setega itu!" bentak Jeno tak habis fikir.

Nafasnya terengah menahan sakit hati, karna Jeno merupakan orang yang paling tau bagaimana perjuangan Haechan selama ini menghadapi sikap keras Mark.

Jeno yang menyaksikan semuanya, Haechan menangis setiap kali Mark bersikap kasar padanya.

Jeno fikir dengan membantu Mark untuk mendapatkan Haechan, pria itu bakal bersikap baik dan menjaga Haechan, tapi hasilnya malah jadi seperti ini, dan semakin parah dari sebelumnya.

Teman tapi NAFSU (MarkHyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang