[ Part 15 ] Taruhan

62K 5.4K 150
                                    

Hai makasih sudah menyempatkan mampir. Siap baca part ini? Jangan lupa voment😉

💀ZERVANOS : Gengnya Kevan
💀RHATANOX : Gengnya Genan

❌Mengandung kata-kata kasar❌

|🌹HAPPY READING🌹|
.
.
.


Langkah gadis itu satu-persatu menaiki anak tangga menuju kamarnya. Tangannya memegang knop pintu hendak membuka pintu bercat putih itu. Nara berjengit kaget sesaat setelah membuka pintu ia dikejutkan dengan Genan yang berdiri tepat di hadapannya.

Cowok itu memakai jaket kulit berwarna hitam, senada dengan kaos dan celananya. Sepertinya hendak bersiap pergi.

"Minggir lo," seru cowok itu seraya mendorong bahu Nara. Untung pelan.

"Mau kemana?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Nara. Sadar akan hal itu, Nara menutup rapat bibirnya. Untuk apa juga ia menanyakan hal itu pada Genan.

Genan berbalik, menatap datar Nara. "Penting buat lo? Nggak usah ikut campur," ketusnya, lantas berbalik dan melangkah pergi.

Nara menarik napas. Merutuki kebodohannya.

Bersiap menutup pintu, tapi ia dikejukan lagi dengan seorang pelayan yang datang dengan membawa segelas susu. Nara mengernyit heran melihatnya.

"Ini, Non," ujar pelayan itu seraya menyodorkan segelas susu di nampan.

"Ta-tapi saya nggak minta dibikinin susu, Bik."

"Ini susu kehamilan, Non. Tuan Deovannes yang menyuruh saya untuk membuatkannya."

Gadis itu tertegun. Entah, kadang ia lupa bahwa ia sedang mengandung saat ini. Mengingat sikap peduli Opa Deo padanya membuat Nara heran. Atas dasar apa pria berumur sekitar 61 tahun itu selalu mempedulikan bahkan memihaknya saat makan malam tadi. Tapi dalam lubuk hati Nara ia senang karena masih ada orang yang peduli dan menghargai kehadirannya.

"Non?" Panggilan dari pelayan itu membuat lamunan Nara buyar. "Ini," serahnya menyodorkan segelas susu itu dengan kedua tangannya.

Nara menerimanya dengan canggung sembari menyunggingkan senyum. "Terima kasih, Bi."

Setelah menerimanya, Nara pun melangkah masuk ke kamar dan menutupnya. Lantas atensinya menunduk pada segelas susu pada genggamannya. "Di saat semua orang di sini nggak nerima kehadiran gue, kenapa Opa selalu peduli sama gue?" herannya.

Memilih mengabaikan hal yang masih membuatnya penasaran itu, Nara tanpa sadar tersenyum. Lantas duduk di tepi ranjang dan meneguk minumannya.

∆∆∆

Deru kuda besi itu perlahan memelan dengan roda yang akhirnya berhenti berputar. Cowok dengan setelan serba hitam tersebut membuka helm full face yang menutupi wajah tampannya. Lantas menyugar rambut kecoklatan yang urak-urakan itu.

Netranya langsung mengedar pada sekeliling, melihat beberapa anggota geng Zervanos yang sudah berkumpul. Namun, netranya tak mendapati keberadaan sang Ketua geng tersebut, siapa lagi kalau bukan Kevan.

Genan tak datang sendiri ke sini. Dia datang bersama tiga anggota inti Rathanox. Malam ini, cowok itu menantang saudara kembarnya balapan. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa melakukan kegiatan malam itu lagi.

Namun, berbeda dengan sebelumnya. Balapan malam ini tidak ia lakukan atas dasar persahabatan kedua geng mereka, melainkan menjadi sebuah maklumat bahwa setelah ini kedua geng motor tersebut takkan ada lagi hubungan, takkan ada lagi kerja sama, dan tak akan ada lagi persahabatan.

Silence Of Tears (TERBIT) Where stories live. Discover now