[ Part 39 ] Selamat Tinggal

81.6K 6.5K 1.8K
                                    

Brutal sekali kalian😭. Baru semalem loh aku update, tapi targetnya udah melebihi😳

Awas nangis bombay!

Jangan lupa vote, komen, follow, dan share ya!

Tandai typo📌

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.

Perempuan yang semalaman duduk sembari menelungkupkan kepalanya pada lututnya kini mendongak. Kedua matanya terlihat begitu sembab dan memerah. Wajahnya tampak kacau dengan helaian rambut basah yang menutupi sebagian wajahnya dan bibirnya yang membiru karena kedinginan sebab hujan deras semalam.

Dengan susah payah, Nara berdiri. Semalaman ia tidak tidur. Hanya duduk sembari memeluk lututnya, bersandar pada kaca pembatas balkon yang membuat tubuhnya terasa semakin remuk.

"Awh shhh," ringisnya saat berdiri merasa bagian intinya terasa nyeri.

Ingatan kejadian tadi malam muncul kembali memenuhi kepalanya. Nara lagi-lagi memukul kepalanya dan menjambaknya brutal. Berusaha menghapus ingatan itu. Trauma, dia kembali merasakannya.

Untuk sekedar menangis, Nara sudah tak sanggup lagi. Terlalu melelahkan, hingga membuat dadanya begitu sesak.

Dengan berjalan tertatih ia menuju pintu balkon. Mengintip guna memastikan Genan masih di sana atau tidak. Nara yakin Genan pasti pergi ke sekolah mengingat libur akhir semester sudah berakhir.

Nara bernapas lega saat tidak mendapati Genan berada di kamarnya. Matanya melirik pada kunci yang masih tergantung di pintu balkon. Lantas ia meraih sebuah pot berukuran sedang dan dengan susah payah ia melempar pot itu ke kaca pembatas. Tidak cukup satu kali membuatnya pecah. Nara kembali mengangkat pot berat lain dan melemparnya lagi hingga membuat kaca itu seketika pecah.

Prang!!

Tangannya yang bergetar menyuruk masuk pada bagian kaca yang berlubang dan memutar kuncinya. Pintu pun akhirnya terbuka.

"Awh!"

Lagi-lagi Nara meringis saat tak sengaja menginjak pecahan kaca. Ia menunduk lalu mencabut dengan mudah pecahan kaca yang menancap pada telapak kakinya. Seolah rasa sakit itu tidak ada apa-apanya dengan rasa sakit pada hatinya.

Dengan berjalan tertatih, Nara masuk ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya yang terasa remuk di bawah air hangat dari shower.

"ARGHHH!!"

"GUE CAPEK!"

"Bunda ... sa-kit hiks, sakit banget, Nara pengen nyerah bunda ...," lirihnya.

Nara meraih pecahan kaca yang ia bawa tadi, lalu menggoreskannya pada lengannya. Sayatan demi sayatan ia buat dengan brutal membuat kulit putihnya sobek dan berdarah. Darah itu mengalir deras bercampur dengan air shower.

Tlak!

Nara menjatuhkan pecahan beling itu. Lalu berjalan terseok ke depan cermin. Perempuan itu menatap jijik pada tubuhnya yang dipenuhi tandakemerahan karena perbuatan Genan semalam.

Tangannya terarah menggosok dengan kuat bagian lehernya yang memerah. Berharap bisa menghilangkan jejak perbuatan Genan semalam. Namun nihil. Bekas itu sulit hilang dan justru membuat lehernya semakin merah dan panas karena terlalu kuat ia gosok.

Nara menunduk seraya menggigit bibir bawahnya. Tangannya terkepal erat. Pandangannya tertuju pada perutnya. Tersenyum miris, Nara berujar lirih, "kamu masih kuat? Dunia ini kejam, keinginan bunda untuk lihat kamu lahir sekarang udah hilang."

Silence Of Tears (TERBIT) Where stories live. Discover now