[ Part 41 ] Terbukti

81.8K 6.9K 2.5K
                                    

Satu minggu ini aku udah up lebih dari tiga kali loh. Draftku udah mau abis🤧

Ada yang lupa Neron itu siapa. Neron itu sepupu Genan ya.

Okey, siap baca part ini?

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW DAN SHARE YA!

📌Tandai Typo!

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.

Pagi ini ruang makan itu tampak sepi dan senyap. Hanya ada suara dentingan piring yang sesekali menggema di rumah sepi itu. Hampa. Itu yang mereka rasakan.

Semenjak Diandra meninggal, Deynal memilih pergi ke luar negeri lagi. Sedangkan Nara? Bahkan Liam sendiri yang mengusirnya.

Dan kini hanya ada Felly dan Liam. Di meja makan itu mereka terdiam dengan pikiran masing-masing.

Felly mendongak pelan menatap sang ayah yang terlihat tidak nafsu makan. Sejak kemarin-kemarin ia ingin menanyakan sesuatu pada pria itu. Tapi selalu ia urungkan karena takut sang ayah akan marah.

"A-ayah, aku mau nanya sesuatu soal ... ginjal Na-" Felly mengatupkan bibirnya saat mendapat tatapan datar dari Liam.

Felly menghela napas. Sejak Nara mengungkapkan mengenai ginjalnya, sejak saat itu pula Felly merasa tak tenang. Bahkan tiap malam ia mengalami kesulitan tidur karena perkataan Nara terus membayanginya.

"Yah, apa bener Nara yang donorin ginjalnya buat aku?" tanya Felly memberanikan diri.

Liam menatap sejenak gadis itu dengan tatapan datar. Lalu tersenyum miris. Dadanya terasa sesak mengingat Nara yang hanya memiliki satu ginjal karena ia paksa untuk mendonorkannya pada Felly yang saat itu sekarat.

Masih terbayang suara tangisan permohonan Nara dan tatapan kecewa yang ditujukan padanya. Sungguh sudah terlalu banyak ia menyakiti putrinya itu. Semakin besar pula rasa bersalah yang mencekat dadanya.

"Jawab pertanyaan Felly, Yah," pintanya memohon.

"Kamu sudah tahu sendiri jawabannya."

Felly menggigit bibir bawahnya seraya mengeratkan kepalan tangannya. Meski Liam tak memberikan jawaban yang jelas, tapi kini ia tahu bahwa yang dikatakan Nara kala itu benar.

Dia ingin marah karena selama ini sang ayah membohonginya. Dia ingin marah karena sang ayah menyembunyikan rahasia besar itu darinya. Tapi untuk apa dia marah?

Dia bahkan sudah tidak menaruh peduli pada Nara. Tapi kenapa perasaan Felly selalu menjadi gelisah karena teringat dengan perilakunya dulu terhadap Nara yang rela hidup dengan satu ginjal demi menyelamatkannya?

"Kenapa Ayah nggak pernah cerita!? Kenapa ayah sembunyiin hal itu dari Felly!? Kenapa!?"

"Rendahkan suaramu. Ayah sedang tidak ingin membuat keributan," balasnya jengah.

"Ayah ... Felly sampai sekarang masih hidup karena bantuan Nara. Dan itu bikin Felly jadi merasa nggak tenang dan gelisah," balasnya dengan bibir bergetar. "Fe-felly merasa bersalah sama Nara ...."

Sejujurnya Felly tak menyangka bisa mengatakan hal itu. Dia merasa bersalah? Padahal kemarin-kemarin dia merasa marah karena satu ginjalnya ternyata milik Nara.

Setelah dipikir, seharusnya yang patut marah adalah Nara. Nara yang kehilangan satu ginjalnya, Nara yang kehilangan kasih sayang ayahnya. Dan itu juga karena Felly. Felly tak sanggup rasanya tiap hari terus dibayangi oleh rasa bersalah terhadap saudarinya itu.

Silence Of Tears (TERBIT) Where stories live. Discover now