Chapter 7

404 69 45
                                    

"HUAAAAAAAAAAAAAAA MALING!!!!"

Mereka yang mendengar teriakan dari Vio pun panik dan bergegas ke arah dapur. Disaat di dapur mereka melihat Vio memukuli seseorang yang diyakini adalah...

"Ayah!" Seru para Boel, Vio pun membuka matanya dan melihat siapa yang Ia gebuk dengan sapu tadi. Betapa terkejutnya Vio melihat yang digebuk adalah Pamannya yaitu MAMATO//plak, ekhem maksudnya Amato.

Siapa yang gak kenal si bapak berdikari ini, dikenal sering mengucapkan berdikari ke anak anak nya bahkan ke keponakan nya pun juga seperti itu.

"Eh? Paman mamato?" Beo Vio, Vio mengerutkan keningnya dan orang tersebut yang diyakini adalah bapak Amato berdiri dan menatap para orang orang yang ada disitu.

"Beneran?" Vio bertanya sekali lagi dan diangguki oleh Amato.

"Gak inget" Vio berkata yang bisa menusuk hati, dan benar saja Amato seperti tertohoq dengan ucapan Vio yang begitu tajam walaupun hanya dua kata.

Para Boel menyerbu Amato dan memeluknya sampai sampai Amato tidak bisa menahan keseimbangan dan berakhir terjatuh.

Boel menangis rindu karena Amato sang ayah baru pulang setelah sekian lama sedangkan Vio hanya menatap datar karena masih mengingat kata BERDIKARI di ingatannya.

"Sudah sudah jangan nangis bapak udah pulang" Amato berbicara agar para Boel tenang dan tidak menangis lagi, tapi seketika para Boel langsung memgembungkan pipinya ngambek.

Vio menahan tawa karena gak wajar aja melihat Halilintar mengembungkan pipinya seperti itu dan juga Gempa.

"Eh eh kenapa ni?" Amato bertanya penasaran mengapa anak anaknya yang tetiba ngambek, tapi pertanyaan itu di anggap angin lewat oleh para Boel.

Vio menghela nafas, "gak inget kata BERDIKARI kah?" tanya Vio dengan penuh penekanan di saat mengatakan kata berdikari.

"Eh hehe" sahut Amato dengan tertawa tak berdosa diakhir. Para Boel mendengus dan akhirnya memeluk Amato lagi.

"Tapi kenapa ayah nyalain kompor?" Gempa bertanya menyelidik, kalau saja sampai dapur kesayangan Gempa hancur ditangan Ayahnya sendiri, Gempa akan ngambek dengan Ayahnya kemungkinan sampai 1 bulan atau paling cepatnya 1 minggu.

"Emmm, tadi niatnya mau kasih suprise ke kalian dengan memasak makanan kesukaan kalian tapi ayah malah nyalain kompor dengan api yang besar" Amato menjelaskan dengan gugup dan sedikit menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Dan penjelasan itu berakhir di ceramahin oleh Gempa ke Amato.

Amato tidak berkutik, Ia hanya ingin memberi sesuatu karena saat di perjalanan pulang Amato lupa akan satu hal penting yaitu membawa oleh oleh untuk anak anaknya. Dan hanya menangis bombay didalam batinnya.

Disaat suasana mengharukan (dibaca: menyedihkan untuk Amato) seperti itu Amato melihat anak kecil yang berada disamping Vio dan Ia langsung terlonjak kaget.

"Anak siapa itu?! Katakan itu bukan anak haram dari salah satu kalian kan!!!?" Amato bertanya dengan seruan dan Vio juga para Boel pun menoleh ke arah anak kecil yang dimaksud tersebut.

"ini Ruru, adek angkat akuh" Vio berucap sambil menunjuk Ruru dan dirinya sendiri dengan bangga, sedangkan Amato yang masih belum konek hanya membatu sementara.

"Apa!!" Pekik Amato, kemudian dia menunjuk Ruru dengan tidak slow.

"Kenapa kamu bukan anak dari salah satu para anak kuh!!"

Ruru memiringkan kepalanya tanda ia bingung, "hum?". Entah mengapa si Amato bapak berdikari itu tertusuk panah akibat keimutan Ruru.

Para Boel hanya menatap datar dan Vio sweat drop dengan kelakuan Amato. Tanpa diketahui dan hanya Gempa yang mengetahuinya Y/n dan Y/b pun juga menatap datar dengan kelakuan Amato.

" tadi ayah bilang Kenapa Ruru ini bukan anak dari salah satu kita? Maksudnya apah?" Thorn bertanya dengan muka polos dan sedikit memiringkan kepalanya, seketika para Boel yang lain mengelag karena menyadari apa yang dikatakan oleh Thorn. Y/n langsung menatap heran 'apakah shota selalu polos?' pikir Y/n, dan Y/b menatap datar ke arah Thorn.

"Emang gmn cara buat anak?" Tanya Thorn sekali lagi, yang lain langsung cengo dengan pertanyaan Thorn. Gini gini si Ruru sudah ternodai akibat dia gak sengaja membaca buku yang gak diketahui asal usulnya. Y/n langsung tersentak kaget plus malu karena ia mengetahui jawaban dari Thorn, Y/b keselek dengan pertanyaan Thorn yang masih tercap polos.

"Em haha kakak belum pantas untuk mengetahuinya" Vio berucap dengan kikuk sambil menggaruk tengkuknya.
Yang lain pun menyetujui apa yang dibilang Vio dengan mengangguk.

"Halah" Thorn mendengus kecewa karena tidak mendapat jawaban yang ia inginkan.

"Eh tunggu dimana kak Y/n?" Tanya Vio yang tidak sengaja ia tanyakan, Amato pun langsung berbinar.

"Apakah itu menantuku?" Tanya Amato dengan beberapa bling bling disekitarnya yang membuat para orang disana harus menutup matanya karena silau. Y/n juga harus menutup matanya karena silau, Y/b memakai kacamata hitam yang entah dimana ia dapatkan.

"Calon menantu paman!" Seru Vio membuat gaya swag, sedangkan para Boel(-Thorn) hanya mengblush ria. Y/n masih belum konek dan Y/b menatap datar.

"Menantu itu apa?" Tanya Thorn lagi dengan muka polosnya itu. Ruru mengge plak jidatnya kesal. Yang lain pun ikut menatap datar kearah Thorn. Dan mereka memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan dari Thorn agar tidak panjang urusannya nanti.

Tapi Amato bingung, "tunggu kenapa kamu cari calon menantuku, dia ada disini?" Amato bertanya dan celingak celinguk untuk mencari keberadaan Y/n.

Para Boel(-Thorn) mengblush lagi dan Vio tertawa akward, "haha emm tadi dia ada disini... Mungkin dia malu kali ketemu ama calon mertua" Vio memberitahu dengan sedikit tidak yakin kalau Y/n dan adiknya itu sudah benar benar pergi dari dapur.

Memang Gempa sedari tadi memang melihat Y/n dan adiknya masih berada disitu cuman Y/n dan Y/b tidak menampakkan dirinya, Gempa melihat Y/n nge blush dan seketika Gempa juga blush karena sudah dikasih lampu hijau oleh Ayahnya.

Amato hanya meng oh kan saja.

'Pliss aing malu banget' Batin Y/n, Ia menutup mukanya yang sudah menjadi kepiting rebus, Y/b disampingnya pun hanya menatap datar tapi dipikirannya 'gua kapan dapet jodoh' mendadak Y/b menjadi sad boy.

.
.
.

Amato dan anaknya berbincang ringan di ruang keluarga dan disitu terdapat Boel tapi minus Solar. Entah apa ide yang didapat oleh Solar sehingga dia meminta izin untuk ke lab pribadinya yaitu kamarnya sendiri.

Y/n memutuskan untuk mengikuti Solar ke kamarnya dan Y/b hanya duduk diruang keluarga tanpa disadari oleh orang lain kecuali Gempa.

'Hmm kira kira apa yang dilakuin solar e' pikir Y/n, Ia terbang dan menyusul Solar yang sudah berada diambang pintu dan membuka pintunya.

"Apa berhasil gak ya ide gilaku ini?" Solar bertanya pada dirinya sendiri dengan menggunakan pose berfikir. Y/n mendengar apa yang ditanyakan oleh Solar dan hanya memasang wajah bingung.

'Memangnya apa yang bakalan dibuat solar' Batin Y/n bertanya dan segera kesamping Solar. Solar mulai duduk di kursi yang berhadapan dengan meja yang penuh ramuan ramuan dan benda benda aneh di sekitar kamarnya.

Setelah berjam jam Y/n dan Solar dikamar dengan Solar yang membuat sebuah gelang tapi sedikit di eksperimen kan olehnya. Y/n terlihat bingung dan masih bertanya tanya di batinnya.

Dan akhirnya eksperimen Solar sudah selesai, "semoga berhasil!" Seru Solar seraya memakai gelang yang Ia buat dengan ide gilanya itu.

'Wah dah jadi, bakalan jadi apa ya' batin Y/n menatap penasaran ke Solar yang memasangkan gelang yang Solar buat sendiri dari tadi. Y/n berdiri dihadapan Solar dengan penasaran akan hasilnya.

Setelah Solar memakai gelang tersebut dan seketika Ia membatu karena melihat wajah Y/n di depannya yang terlihat jelas tanpa tembus pandang.

"Y-Y/N?!!!?" Teriak Solar, Solar berjalan mundur guna menjauhkan jarak dia dan Y/n yang terbilang dekat.

.
TBC

Gada ide.
T

erimakasih yang sudah vote di chapter sebelumnya. Maaf kalau tidak nyambung soalnya aku mikir, langsung ngetik dan tunggu hari sabtu atau minggu dan upload.

Boel × Ghost! Y/nWhere stories live. Discover now