9 | TAMU SPESIAL

10.2K 1.2K 599
                                    

SELAMAT MALAM, JANGAN BEGADANG, JAGA KESEHATAN SEMUANYA!

JANGAN LUPA SENYUM DAN BAHAGIA HARI INI

FOLLOW Secrettaa
INSTAGRAM @aleeeeeeeee_0019

VOTE+KOMEN SETIAP PARAGRAF KALO BISA, OK?

BANTU SHARE CERITA "What should we do?" KE IG/TIKTOK/TWITTER/FB YA:*

🌻HAPPY READING🌻

_
_
_

"Bi ... Bibi tau nggak kenapa Bang Al baik banget sama Alika? Udah lima halian, aneh ya, Bi."

"Astaghfirullah Non, suka banget buat Bibi jantungan," ucap Bi Siti yang langsung mengusap dadanya sabar, karena selalu saja dikagetkan dengan kehadiran Arika yang tiba-tiba. Ia menggelengkan kepala ketika Arika tertawa puas melihat ekspresinya.

Arika menghabiskan pisang terakhirnya, menatap intens pada Bi Siti yang sibuk mengambil pakaian kotor. "Jawab peltanyaan Alika tadi dong, Bi."

"Bibi teh nggak tau Non mau ngejawab apa," ujarnya jujur. "Bibi keluar dulu ya, Non. Permisi."

Arika menatap malas Bi Siti yang sudah keluar dari kamarnya. Dengan posisi duduk, ia memeluk erat boneka monyet pemberian Artan beberapa waktu lalu. Pandangannya tertuju pada berbagai camilan serta sebuah sweater kuning di atas meja. Itu pasti dari abang keduanya, Arion. Entah karena kemasukan apa, abangnya yang biasanya selalu menatap tajam padanya itu akhir-akhir ini bersikap sangat baik padanya.

Bahkan, sampai membelikan camilan setiap harinya. Membuat Arika terpaksa harus terkurung di kamar, karena tidak memiliki alasan untuk bisa keluar.

Pagi ini, Arika sudah menghabiskan dua kotak susu pisang dan beberapa buah pisang. Saat merasa kenyang seperti ini, Arika bingung ingin melakukan apa lagi. Jadwal belajarnya yang tidak lagi berjalan juga membuat Arika bosan, tapi jika mengingat bahwa senin ia bersekolah berhasil membuat Arika senang.

"Pengen makan pecel ayam," gumam Arika seraya merebahkan tubuhnya.

"Ya Allah tulunkanlah pecel ayam buat Alika." Arika memejamkan matanya, berharap saat membuka kedua mata apa yang ia inginkan sudah ada.

Sepuluh menit berlalu dalam keheningan, Arika juga mulai mengantuk padahal jam baru menunjukkan pukul sebelas siang. Saat Arika sudah benar-benar ingin tertidur, suara dari seseorang yang ia kenali membuat Arika terjaga.

"Nih, dimakan."

"Kok Nata bisa masuk kamal Alika? Wah, pecel ayam!" Arika langsung bangkit dari posisinya dan mengambil pecel ayam pemberian Nata.

"Abang lo nyuruh," ujar Nata terdengar malas seraya duduk di samping Arika yang kini sudah sibuk menikmati pecel ayamnya.

"Abang yang mana?"

Nata menghela napas, mengedarkan pandangan pada sekitar. "Sakit mata gue, liat kamar lo isinya kuning semua."

"Nata ih, ditanyain apa jawabnya apa," gerutu Arika dengan mulut penuh dengan makanan.

"Nih, mau nggak?" Arika menyodorkan sesuap nasi lengkap dengan lauk tepat di depan wajah Nata yang tanpa diduga langsung diterima.

"Aduh Nata! Kenapa jali Alika digigit juga sih." Arika menatap jengkel sepupunya yang sekarang tertawa puas.

"Jari lo kecil, gue kira daging ayam," ucapnya santai kembali membuat Arika kesal.

"Nggak boleh gitu tau. Nata nggak belpelikejalian."

What should we do? Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα