14 | PAGI BAHAGIA

4.4K 391 12
                                    

JANGAN LUPA SENYUM DAN BAHAGIA HARI INI SEMUANYA🍉

Follow wp : Secrettaa
Ig : aleeeeeeeee_0019

Jangan lupa vote+komen

🌻HAPPY READING🌻
_
_
_

"Kenapa, Mas? Katanya mau tidur." Lina menatap heran sang suami yang terus saja menatapnya. Seolah ada yang ingin dikatakan, tapi enggan memulai obrolan.

"Kalau nggak ada yang mau diomongin aku tinggal tidur ya."

Baru saja Lina hendak memejamkan matanya, tapi sebuah pelukan hangat dari Darma membuatnya urung.

"Kenapa, Mas?" Untuk kedua kalinya Lina bertanya. Ia hanya berharap kali ini suaminya benar-benar membuka suara, karena jujur saja ia sudah sangat mengantuk sekarang.

"Apa aku salah ya masukin Arika ke sekolah itu."

Setelah Darma berkata demikian, justru Lina yang sekarang bungkam.

"Harusnya aku masukin Arika ke sekolah yang sama dengan Arion, tapi itu juga nggak mungkin ...."

"Mas, aku tahu ini bukan cuma persoalan sekolah mana yang baik untuk Arika. Aku tahu arah pembicaraan kamu, tapi aku mohon untuk sekarang jangan bahas itu dulu ya."

Darma hanya mengeratkan pelukannya, tidak tahu lagi harus berkata apa sebab ini memang salahnya yang terlalu terburu-buru mengambil keputusan tanpa mau mendengarkan sang istri.

"Aku cuma takut Arika bakal pe--"

"Enggak! Arika nggak akan kemana-mana Mas. Stop bahas ini, jangan buat aku sedih lagi."

"Maaf, maafin aku," gumam Darma yang masih bisa di dengar jelas oleh Lina.

Lina mengusap kasar air matanya, entah kenapa jika membahas sang anak bungsu membuatnya merasa emosional.

Sedangkan Darma yang mengetahui jika istrinya menangis semakin merasa bersalah. Ia tidak tahu bahwa pada akhirnya semua menjadi serumit ini. Bukan hanya perihal sekolah, bukan hanya perihal anak-anaknya saja, tapi perihal dirinya sendiri yang sudah begitu jahat pada mereka yang tidak tahu apa-apa. Mungkin jika dulu ia bisa menerima semuanya dengan lapang dada dan mengikhlaskan yang sudah seharusnya pergi, semua tidak akan serumit sekarang. Dan kemungkinan yang pasti adalah ia tidak akan pernah bisa melihat senyum si bungsu seperti sekarang.

Untuk kemungkinan yang terakhir, Darma ingin egois sekali saja, tapi keegoisannya justru adalah awal kebohongan untuk dirinya dan keluarga atau bahkan orang-orang disekitarnya. Hanya menunggu waktu, cepat atau lambat tidak akan ada lagi yang bisa ia pertahankan. Namun, lagi-lagi Darma ingin egois, ia akan mempertahankan semuanya apapun akhirnya.

•••

Sebab benda kesayangan Arika sudah kembali diperbaiki dan bisa dipakai lagi, pagi ini gadis itu tampak bersemangat ingin pergi sekolah sendiri.

Namun, semua tidak semudah itu karena ayah dan abangnya kompak menolak keinginan gadis yang lagi-lagi pagi ini memakai bandana kuning di kepalanya. Membuat sang empu mendesah kecewa.

What should we do? Where stories live. Discover now