18 | TIDAK BISA DITEBAK

3.8K 354 27
                                    

KALIAN BACA INI JAM BERAPA?

SPAM EMOT 🐻 DULU YAA

TIM ARJUNA-ARIKA

ATAU

ARION-ARIKA

VOTE DAN KOMEN SEIKHLASNYA YA YEORUBUN, TAPI KALO MAU SPAM LEBIH BAIK

😭😭😭

JANGAN LUPA SENYUM DAN BAHAGIA

Follow wp : Secrettaa
Ig : @aleeeeeeeee_0019

🌻HAPPY READING🌻

"Kunci kamar lo kalau udah selesai makan malam. Gue mau ngumpul sama temen-temen gue dan bakal balik larut, lo jangan nungguin gue atau mau kayak kemarin malam. Ngerti?"

Mungkin ini adalah kalimat terpanjang yang pernah Arika dengar dari Arion. Ia yang sudah membersihkan diri dan berniat makan pun hanya mengangguk ketika tak sengaja berpapasan dengan sang abang yang tampak rapi.

"Jangan nakal di rumah, gue pergi dulu." Arion mengacak rambut Arika sebentar.

Namun, pergerakannya terhenti ketika tak sengaja menatap sekitar leher sang adik. Ada penyesalan yang ia rasakan ketika melihat itu. Arion sadar bahwa apa yang Arjuna katakan sore tadi adalah benar. Ia memang brengsek, tapi itu juga terjadi karena ketidaksengajaan karena dirinya yang mabuk. Bahkan, setelah malam semalam ia berjanji dirinya tidak akan pernah menyentuh minuman haram itu.

"Maafin Abang soal semalam."

Inginnya berkata demikian, tapi lagi-lagi ia lebih mementingkan egonya sendiri dan berlalu dari hadapan Arika tanpa bersuara.

Arika yang melihat Arion berlalu pun hanya dapat terdiam. Kedua bola matanya yang bulat itu mengerjap polos. Ada perasaan ingin menahan sosok itu agar tetap diam saja di rumah, tapi Arika tidak berani mengutarakannya.

Rumah mewah ini terlalu sepi untuk dirinya yang tidak suka dengan kesunyian. Apalah daya Arika tidak bisa kemana-mana bahkan bersepeda di taman saja dilarang. Arika kembali melanjutkan langkahnya ke ruang makan. Senyumnya mengembang ketika melihat punggung wanita paruh baya yang sudah seperti keluarganya sendiri itu tampak asik menyiapkan berbagai makanan di meja. Padahal hanya Arion dan Arika saja yang ada, tapi Bi Siti malah menyiapkan banyak makanan. Terlebih lagi abangnya itu baru saja pergi, jadi bagaimana mungkin ia bisa memakan itu semua.

Bukan Arika namanya jika tidak kehabisan ide, ia menatap beberapa bodyguard yang setia berdiri di sana.

"Bibi masaknya banyak banget."

Bi Siti yang sudah selesai mehidangkan masakannya hanya tersenyum pada Arika.

"Kok senyum doang sih. Sini, duduk dekat Alika. Om juga, ayo temenin Alika makan," pintanya menatap penuh permohonan mereka yang sepertinya tak enak menerima tawaran itu. "Ayolah temenin Alika makan. Om juga belum pada makan kan, makan sekalang aja sama Alika. Lagian Alika nggak akan habis makan ini semua.

"Tapi Non--"

"Nggak ada tapi-tapian, ayo makan. Ini pelintah!!" ujarnya dengan gaya sok galak yang justru membuat mereka semua tak dapat menahan senyum melihat tingkah menggemaskan sang nona.

Pada akhirnya meja makan itu penuh dengan para pekerja di sana, Arika yang melihat mereka makan dengan lahap semakin bertambah nafsu untuk makan. Padahal beberapa hari ini nafsu makannya turun drastis dan sudah hampir lima hari ia biasanya makan sendiri saja, tapi hari ini meja makannya kembali ramai. Walau bukan ayah, bunda dan abang-abangnya yang mengisi kursi-kursi kosong itu, rasanya Arika bisa merasakan kehangatan mereka semua dan melupakan kesedihannya.

What should we do? Where stories live. Discover now