27

6K 186 11
                                    

Jika bertanya siapa orang yang paling paham tentang pria bernama Leonard adalah Laras! Tentu itu jawabanya .

Pria tampan itu tengah menikmati suara desahan lembut Laras, setiap sentuhan bibirnya di setiap inci tubuh ramping Laras. tidak mampu Laras tahan. Gejolak asing yang kini menjadi kebiasaan itu selalu Laras rasakan, mencoba menjadi apa yang pria berotot di atasnya itu inginkan. Naluri tubuhnya bagai budak nafsu .

Laras tercekat sesat ketika sesuatu yang menutupi inti tubuhnya kini merosot di pergelangan kaki jenjangnya. Benda itu terlepas dengan lembut itu yang Laras rasakan.

" Ugghhhpp". Tubuh Laras terangkat dan wajahnya mendongak dengan mata terpejam rapat, jari jemarinya meremas kuat ujung bantal . Gejolak dan perasaan dasyat itu membuat pertahanan Laras runtuh .

Wajahnya memerah tersiksa, merasakan benda basah di bawahnya terkoyak dengan lembut. Lidah Leonard memainkan inti tubuh Laras begitu lembut dan hati-hati, Leonard menekan kedua paha mulus Laras hingga sesuatu di depannya terbuka lebar, memudahkan mulutnya mencumbu daerah lembab itu yang kini semakin basah .

" Aaaakkkh leo...hentikaan aargghh k kkau menyiksaku".

Leonard mendongak dan kini merangkak ke atas tubuh Laras . Wajahnya menatap wajah merah Laras yang masih terpejam .

" I miss you somach". Lirih Leonard .

Laras membuka matanya dan menatap mata Leonard yang semakin menggelap oleh gairah.

Keduanya tidak menyadari ntah sejak kapan mereka berada di atas kasur .

" Bertahan lah Laras dan patuhlah agar aku tidak menyakitimu lebih dalam ". Ucapan Leonard membuyarkan lamunan Laras .

Tanpa menjawab Laras hanya menatap wajah merah Leonard di atasnya . Leonard membantu melepas sisa pakaian yang melekat di tubuh Laras. Dan dia menyusul melepas celananya sendiri .

" Aku ingin bekerja , apa kau mengizinkanku ". Laras tersenyum dengan tubuh telanjang di bawah tubuh Leonard .

" Apa kartu yang aku berikan tidak cukup ".

" Aku bosan disini".

" Bosan ". Suara leonard nampak tidak suka . Dan laras mengangguk.

Leonard kembali menekan dada kiri Laras dan menikmatinya seperti bayi yang kehausan, Laras mengusap rambut Leonard dengan air matanya yang sesekali di hapusnya .

Ingin rasanya Laras berteriak jika dia takut, takut semua rasa nyaman ya itu akan hilang . " Aaahhh". Desah Laras seketik tanpa sadar Leonard sudah memnuhi tubuhnya di bawah sana.

Memulai ritme perlahan dengan memaju mundurkan pinggulnya, lalu selang beberapa menit tidak lagi ada kewarasan pada diri Leonard . Dia memompa dan memacunya dengan kencang. Menghentakkan pinggulnya hingga bunyi anatara dua benda itu terdengar keras .

" Aah... Ahhh. Aaahhh.. yeah seperti itu leo lebih dala aaahmmm aaakkh leoo huuuhhh hhaa aaakkuu ....aaaaarrrggghhh".

Leonard merasakan hangat di bawah tubuhnya . Melihat Laras yang lemah dengan nafas naik turun . Leonard mencium bibirnya lama dan tanganya tidak tinggal diam .

" Aaaaahhhhh Larasati Pohan kau.. ugghhhh kkk atau aahhh sangat cantik...". Racau Leonard .

Dan tubuhnya menegang. sesuatu hangat itu menmenuhi rahim Laras.

Keduanya mandi keringat. Rambut Laras berantakan menutupi wajahnya . Selimut dan bantal guling yang terjatuh di lantai . Di atas kasur hanya ada Laras dan Leonard yang menikmati sisa puncak kenikmatan . Permainan yang begitu singkat namun cukup melelahkan .
Cup!!!

See You In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang