34

7K 214 36
                                    

Di gedung tertinggi di kota London. Tengah berhadapan dua manusia tampan yang tengah berbincang dengan santai.

" Cepatlah katakan, saya akan pulang beberapa menit lagi, tuan Amerika ". Ujar Leonard melipat tanganya di depan pria berkacamata yang tengah terkekeh .

" Ini bukan dirimu tuan London. Kau tak akan pulang cepat kecuali pulang ke tempat jalangmu ". Pria berkacamat itu tertawa .dengan kaki di silangkan meremehkan Leonard .yang terlihat malah meladeni sahabat nya itu.

" Otakmu itu tidak jauh dari selangkangan , wajah saja terlihat terhormat otakmu mesum , istriku menungguku dirumah kau tau ". Leonard duduk di samping sahabatnya itu .

" Istri. Kau menikah tapi tidak memberiku kabar , kejam sekali ". Terkejut dan kesal yang pria berkacamata itu rasakan.

" Apa wanita itu mengemis untuk kau nikahi ".

" Bukan dia ". Jawab Leonard .

Sebelum Leonard menjawab lebih banyak. Bram masuk dan memberi tahu jika mobil yang menjemput mereka sudah menunggu.

" Tuan mobil sudah siap di depan ". Ujar Bram .

" Ah baik lah Bram saya akan menyusul". Jawab Leonard .

" Oke tuan Amerika, kita akhiri pertemuan kita sekarang. Kau sungguh tak punya kerjaan menemuiku di waktu seperti ini ". Leonard mengenakan jasnya dan bersiap.

" Kita atur pertemuan resmi kita nanti tuan London. Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu ".

" Jika itu tentang wanita Amerika aku sungguh tidak tertarik". Leonard terkekeh.

Lalu keduanya berjalan menuju lift dan berbincang kecil .

Mereka berpencar di parkiran dan masuk mobil masing-masing.

" Anda harus hati-hati dengan tuan tandon , beliau dalang dari hancurnya proyekmu di Amerika 3 tahun lalu ". Ujar Bram pada Leonard .

" Saya masih mengingat itu dengan jelas Bram. Namun itu tidak sebanding dengan ledakan yang kau buat pada istananya 2 tahun lalu, dan itu membuatku puas dengan hasil kerja keras dirimu ". Leonard bersandar dan memejamkan matanya.

" Kau yang melatihku menjadi seperti sekarang tuan ".

Leonard tersenyum tipis mendengar jawaban bram. Dan mobil mereka membelah jalanan yang tidak lama lagi akan di tutup karna badai salju.

Pukul 21:00 cukup malam untuk Laras yang doyan tidur. Para pelayan telah menyelesaikan pekerjaan masing-masing dan sudah masuk rumah belakang . Sekarang tinggal Laras yang tengah duduk dengan buku di tanganya . Menatap rintik salju yang mulai turun. Dengan angin yang cukup kencang.

" Di mana dia sebenarnya. Bram hanya menelfon rumah siang tadi dan ponsel mereka tidak ada yang aktif". Gumam Laras dalam kehawatiran .

" Nyonya ...". Ujar bibi Lee . Wanita paru Bayah itu mendekat pada nyonya mudanya .

" Iya bi ". Jawab Laras menoleh dan menaruh buku yang sedang ia baca pada meja di depannya.

" Saya akan kembali ke rumah belakang,tidak apa kan anda saya tinggal sendiri ". Bibi Lee meminta izin pulang karna pekerjaan dia baru selesai .

" Aah iya bi tidak apa, mungkin sebentar lagi Leo dan Bram akan pulang , bibi istirahat saja ". Jelas Laras ramah .

Bibi Lee mengangguk dan tersenyum ramah juga , semenjak keberadaan Laras di mansion Susana begitu hangat, gelak tawa wanita Asia itu bersama Leonard sering kali membuat iri para pelayan sekaligus kagum dengan wajah dan sikap Laras yang terbilang begitu ramah dan baik. Semua pekerja merasa nyaman dengan Laras . Tidak ada perbedaan jika Leonard sedang bekerja atau sedang keluar rumah tanpa Laras. Laras akan ikut membantu dan mengobrol dengan para pelayan layaknnya seorang teman . Tidak jarang bodyguard kepercayaan Bram memberi informasi perihal Laras yang sedang berbincang dengan para pelayan rumah. Tapi Leonard tidak mempermasalahkan selama Laras senang itu bukan hal yang harus di hentikan.

See You In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang