28

5.8K 179 6
                                    

Leonard berjalan dari ruang baca ke satu ruangan yang akhir-akhir ini tempat membuang penat istrinya .
  Kaki panjangnya terhenti kala pintu ruangan itu tidak tertutup rapat . Orang dari luar bisa melihat dengan jelas apa yang di lakukan orang di dalamnya.

Tok tokk

  Laras melihat ke arah pintu sekilas lalu mengarahkan tubuhnya ke arah jendela bening di samping kirinya.  Kucing yang bersamanya pergi begitu saja .

" Apa kau marah padaku karna sikapku tadi ". Tanya Leonard mendekat pada Laras yang masih membelakanginya.

Kini Leonard berada di belakang Laras . Tanganya terangkat mengusap atas kepala Laras dengan lembut .

" Aku hanya tidak suka jika kamu pergi dari rumah ini laras ".  Leonard berucap alasnya marah pada laras atas kejadian  beberapa waktu lalu, Laras masih diam seribu bahasa, dia mendengar semua yang Leonard ucap namun malas untuk menjawab.

Suara nafas panjang Leonard terdengar prustasi .dengan cepat Leonard memeluk Laras dari belakang dan membisikan kata ajibnya .

" Aku tidak bisa di diamkan seperti ini Laras ". Leonard mencium ceruk leher Laras . Membuat Laras berdiri dari duduknya dan berbalik melihat Leonard yang juga melihatnya .

" Kemari Laras ". Tangan besar itu memberi kode kepada Laras agar dirinya mendekat.

Tatapan mata mereka masih terkunci. Laras menatapnya penuh tanya, " suatu saat aku akan pergi dari rumah ini jika perjanjian itu telah selesai, stop membuatku merasa bahwa aku di inginkan leo ". Suara Laras paru dan bergetar .

Leonard mendekat namun Laras mundur dengan langkah yang pincang .
Leonard melihat kaki Laras dan kembali menatap Laras yang tengah waspada .

" Kau terluka ?". Leonard menarik pergelangan tangan Laras dan memeluk tubuh ringkih itu dengan cepat . Laras berontak dengan kuat tapi Leonard makin kuat juga memeluk tubuhnya.

Selalu seperti itu, pertanyaan di balas pertanyaan, sebenarnya apa yang pria itu inginkan Laras juga tidak paham, semanis itu sikapnya, selembut itu perlakuannya , tapi tetap saja. Wanita hanya butuh kepastian dari rasa hangat itu sendiri.

" Mau sampai kapan seperti ini, kau bisa membunuhku ".  Ujar Laras .

" Sampai kau berhenti berontak dan menangis seperti tadi ". Jawab Leonard keduanya masih berpelukan.

" Apa sepenting itu sikapku". Tanya Laras .

" Aku tidak suka perubahan apapun padamu ". Jawab singkat Leonard.

" Manusia perlu berubah dari kesalahannya bukan ".

" Jadi , yang kau maksud ini adalah kesalahan begitu ". Leonard melepas pelukannya mencengkram bahu Laras dengan kuat . Laras menahan sakit di bahunya agar terlihat tenang di depan Leonard .

" Lalu jika bukan kesalahan apa!. Kau pikir aku wanita seperti apa Leonard ". Suara Laras meninggi dengan kemarahan terpancar dari wajahnya. Rasa prustasi itu terlihat .

" Lepaskan aku, kau menyakitiku". Ujar Laras meringis sakit .

Leonard tersadar dan melepas cengkaramnya di kedua bahu Laras , lalu melihat wajah Laras lekat-lekat.

Cup!

Laras terkejut Leonard mengecup bibirnya singkat.

" Kau melanggar ucapan ku". Ujar Leonard serius.

Hmmppphh

Laras hendak menjawab namun. Leonard lebih dulu mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Menekan belakang leher Laras . Dan memeluknya semakin erat.

See You In SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang