BAB 14

9.1K 2K 193
                                    

Padma baru melewati pintu pemisah ruang tengah dan teras belakang saat mendengar suara tangis Arsa yang sudah sangat dikenalinya. Mendongak, ponsel Sultan dalam genggaman Padma meluncur jatuh saat mendapati Arsa menangis dalam ... gendongan sang majikan. Oh, ya ampun!

Padma langsung bergegas menghampiri putranya tanpa memungut ponsel yang ia jatuhkan. Padma bahkan tidak sadar ponsel mahal itu jatuh dalam posisi agak sungsang dan mengenai lekukan undakan yang agak tajam hingga bagian ujungnya retak. Peduli apa Padma pada benda pipih persegi itu saat Arsa berada dalam rengkuhan monster?

Sultan memang bukan monster, tapi ekspresi wajahnya saat menggendong Arsa cukup atau sangat menakutkan bagi anak kecil. Lihat saja katup rahangnya yang kaku, bibir cemberut dan kening berlipat-lipat dalam. Bagi makhluk lemah seperti Padma, ekspresi itu masih tetap dianggapnya tampan, tapi tidak bagi seorang bayi di bawah lima tahun yang biasa menilai seseorang dari tampangnya. Mereka punya naluri, seseorang yang mendekapnya tulus atau tidak. Dan mendengar tangis Arsa yang melengking, Padma tahu anaknya merasa tidak nyaman dan terancam.

Jangankan Arsa, ia saja selalu terancam berada di dekat lelaki itu.

“Apa yang Bapak lakukan pada anak saya?” Begitu jaraknya dengan Sultan hanya tersisa dua langkah, Padma lantas mengulurkan tangan, merebut Arsa dari rengkuhan lelaki tinggi dengan cambang-cambang halus yang belum dicukur itu, yang langsung menyerahkan Arsa tanpa protes, meski kerut di keningnya kian dalam.

“Apa yang saya lakukan pada anak kamu?” ulang Sultan setengah tersinggung. Hidung lelaki yang memiliki postur tinggi itu mengembang, lalu mengempis kasar seirama embusan napasnya yang tajam. “Anak kamu yang tiba-tiba datang entah dari mana, menarik-narik ujung kaus saya, lalu menangis. Saya hanya bermaksud baik dengan menggendongnya, tapi malah bikin tangisnya makin kencang. Lalu itu salah saya?”

Padma menepuk-nepuk pelan bokong Arsa dalam gendongannya untuk menenangkan bocah itu. Cukup berhasil karena kini tangis Arsa mulai agak lirih, tidak sehisteris saat berada dalam kuasa Sultan yang memang memiliki aura agak mengerikan. “Lalu bagaimana bisa anak saya berada di sini?”

“Saya harus bertanya pada siapa? Rumput yang bergoyang?” balas Sultan retoris. Ia kesal atas tuduhan wanita itu dan tak mau susah-susah menutupinya. Tak peduli suara kerasnya sempat membuat tubuh kurus dan kecil Arsa melonjak karena kaget. Ia sudah cukup direpotkan oleh Raja, tidak mau tambah direpotkan oleh anak orang lain yang bahkan ia benci.

Benci mungkin bukan kata yang tepat, karena memang perasaan Sultan tidak sedalam itu pada Padma. Hanya tidak senang. Amat sangat tidak senang ada jenis parasit macam ini di rumahnya. Terlebih setelah kecurigaannya mendekati kebenaran. Ada yang tidak beres tentang Padma. Bahkan mungkin kerudung yang menutupi kepalanya hanya kedok. Dia jelas tidak sesuci kesan yang dengan keras berusaha ditampilkannya.

Pertama. Padma pernah memerasnya di pinggir jalan hingga menyita banyak waktu Sultan. Membuatnya kehilangan calon investor potensial, meski kini dirinya sudah mendapat ganti yang sepadan.

Kedua. Padma pernah bekerja pada Addie, tapi sekarang hubungan istri Addie dan wanita ini sangat mengherankan, yang kemungkinan ... Padma dipecat lantaran ketahuan menjalin affair dengan majikannya oleh sang nyonya. Bukti nyata ada di hadapan Sultan sekarang. Sedang meraung-raung dalam dekapan tersangka utama yang tampak protektif. Namun, ada yang membingungkan. Setahu Sultan, Addie baru menikah sekitar satu setengah tahun yang lalu. Tentu saja ia tahu karena Addie mengundangnya, Sultan bahkan sempat datang walau sebentar. Sedang Arsa sudah berusia empat tahun. Apa mungkin sebelumnya Padma hanya mainan lelaki itu, kemudian dia membuangnya setelah memutuskan untuk menikah dan menjalin hubungan yang serius dengan wanita yang tepat dan baik-baik? Bisa jadi. Dan Sultan bisa memahami keputusan Addie. Mana ada lelaki waras yang bersedia memperistri perempuan gampangan dan mudah dimiliki saat ada wanita seberkelas Nadia sebagai pilihan?

PadmaWhere stories live. Discover now