(extra) ²¹ - lembar kedua

1.6K 156 46
                                    

butuh sembilan hari bagi haruto untuk keluar dari zona ternyamannya dan menjangkau rekan klub basket lain. pembicaraan yang awalnya pendek─bahkan sulit menyebutnya sebagai percakapan ketika itu hanya sebuah pertanyaan dan sebuah jawaban kemudian selesai─telah menjadi pembicaraan panjang menuju diskusi, kebiasaan nongkrong setelah latihan yang tak pernah dipertimbangkan bahkan sekali di kepala telah dihadiri haruto secara konstan, persamaan satu sama lain telah di dapat, dan perkumpulan secara sengaja lainnya telah menjadi hal yang biasa dan menjadi salah satu kegiatan harian dalam daftar.

dipersingkat, total dua bulan dan empat belas hari agar dia bisa akrab dengan mereka.

di kelas juga ada perubahan. haruto yang selalunya hanya akan berbicara bila dia ingin, sekarang beberapa kali akan membuat percakapan ketika dia dilibatkan dalam sebuah pembicaraan, bukan dia yang memulai, tetapi untuk seorang yang lebih menikmati dunianya sendiri, mau terlibat dengan percakapan ringan sungguh sebuah peningkatan.

dalam masa tersebut, jeongwoo mengetahui satu hal lain mengenai haruto: bahwa laki-laki itu berasal dari strata sosial teratas. sebagai permisalan, ketika orang lain berkumpul dengan teman di kafe sederhana yang harga menunya mudah di dompet, maka haruto adalah tipe yang hang out di kafe aliran hedonisme yang harga satu menunya setara harga dua kali lipat makanan berat. melalui pertemanan secara perlahan dan pasti kian akrab jeongwoo pula menyadari bahwa haruto hanya mengenakan pakaian dari merek adidas, cartier dan DWMU (Dont Wake Me Up)─serius, laki-laki jepang itu benar-benar hanya memiliki baju dengan tiga merek tersebut.

tapi sejujurnya, sewaktu dia pergi ke rumah haruto tempo hari, presepsi bahwa haruto kaya raya memang sudah ada. jelas ada. nampak bangunan hunian keluarga haruto luar biasa megah nan besar. tetapi mengetahuinya seperti ini, rasanya, tetap mengejutkan.

"besok kau ada jadwal?" tanya haruto.

keduanya sekarang ada di lapangan indoor, merapikan bola-bola yang berserakan, memasukkannya kembali ke dalam keranjang.

yang ditanya menolehkan kepala, menubrukkan mata kelamnya kepada sang lawan bicara.

"ada, sih. kalau pagi. jaeyun minta ditemani beli perlengkapan alat lukisnya."

haruto mengangguk-angguk. "dia hobi melukis, ya?" tanyanya basa-basi. sebetulnya tidak tertarik pada jaeyun tapi masih ingin mengobrol lebih lama dengan jeongwoo.
jeongwoo memamerkan senyum manis.

"uhum. tahun lalu, jaeyun juga ikut kompetisi melukis dan berhasil dapat juara tiga. dia sudah suka melukis sejak usia 5 tahun." haruto tak memberikan respon selain diam. sehingga jeongwoo buru-buru melanjutkan. "dia pernah ceritakan itu padaku."

"ho..."

"ah, iya," jeongwoo mengalihkan pembicaraan. "kenapa nanyain? ada perlu sesuatu?"

haruto menggeleng. "tadinya mau ajak ke rumah, oma pengen kenalan. sekalian, poster film "Black Panther" sudah dirilis."

"he! serius? aaah, sayang banget aku ada janji..." jeongwoo bersungut-sungut, caranya sangat lucu sehingga haruto tersenyum lihatnya.

jeongwoo itu, orang paling naif dan tulus di waktu bersamaan yang pernah haruto temui. suka menggerutu ketika sesuatu tidak berjalan seperti yang dia inginkan, merajuk seperti anak kecil ketika dia lelah, dan punya suara paling berkesan yang pernah haruto dengarkan sepanjang dia hidup. jeongwoo punya segudang kelebihan. banyak hal mengejutkan lainnya yang menunggu untuk haruto kulik.

dengan semua hal tersebut, jatuh cinta padanya bukan hal sulit. tidak ada penyangkalan terhadap perasaannya sekalipun haruto tahu bahwa dia jatuh cinta pada seorang laki-laki.

dulu, sewaktu smp, haruto adalah orang paling polos ketika berbicara tentang cinta. di saat teman lelaki yang lain saling bercerita tentang gadis mana yang disuka, haruto hanya akan menyimak dalam diam. bukan dia tak punya rasa tertarik pada orang lain, perasaan itu ada, hanya saja ditunjukkan bukan kepada gadis cantik bersenyum manis. melainkan pada laki-laki, seorang libero handal tim voli sekolah.

❲✓❳ 𝐀𝐍𝐓𝐈-𝐑𝐎𝐌𝐀𝐍𝐓𝐈𝐂 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Where stories live. Discover now