PROLOG

5.1K 215 4
                                    

Gemuruh langkah kaki yang terdengar nyaring di indera pendengaran Namira dan Naura yang sedang berbagi cerita satu sama lain. Dengan wajah bingung, dua gadis itu saling tatap satu sama lain.

Penasaran akan apa yang terjadi, Namira berdiri dan berjalan ke arah salah satu murid yang sedang masuk ke dalam kelas dengan wajah yang terlihat panik, "Vara! Itu kenapa pada lari-larian, sih?" tanya Namira sembari menoleh sana-sini melihat teman kelasnya yang sedang grasak-grusuk tas mereka masing-masing.

Gadis yang bernama Vara itu menoleh ke arah Namira yang baru saja bertanya padanya tadi, "Ada razia katanya, Nam" ucap Vara seadanya.

Bak di sambar petir, Namira buru-buru kembali ke bangkunya dengan wajah panik sembari memeriksa tas miliknya, kali ini, dimanakah gadis itu akan menyembunyikan barang limited edition miliknya ini?

"Lo kenapa dah, Nam?" tanya Naura bingung. Ada apa lagi dengan teman kelasnya ini?

Namira menjawab pertanyaan dari Naura tanpa menoleh ke arah gadis yang sedang melongo di bangkunya itu, "Lo gak usah banyak nanya. Mending bantu gue buat sembunyiin lipstik gue!" usai mengatakan itu, Namira menarik tangan Naura untuk pergi ke toilet untuk menyembunyikan lipstik miliknya.

Baru ingin melangkahkan kakinya keluar kelas, Namira dan Naura sudah di cekat duluan oleh Sadewa, sang Ketua OSIS yang hendak memasuki kelas mereka, "Mau kemana?" Pertanyaan yang mampu membuat bulu kuduk Namira dan juga Naura merinding.

Ketua OSIS di sekolah mereka ini bukan tipe Ketua OSIS yang memiliki belas kasih! Ketua OSIS mereka terkenal sangat tegas dan tentunya juga galak.

Berusaha mencari alasan, Namira dan Naura saling menyenggol satu sama lain agar berbicara, namun tetap saja tidak ada yang berani untuk membuka suara. Sampai akhirnya, Namira mengumpulkan nyalinya untuk meminta izin ke toilet. "Kita mau izin ke toilet bentar,"

"Gak boleh." Tertolak mentah-mentah! Sial sekali hari ini. Jika dihitung-hitung, kira-kira sudah berapa kali Namira kehilangan barang-barang berharganya karena Sadewa? 

Menyerah dengan keadaan, Namira dan Naura memilih untuk masuk kembali ke dalam kelas mereka dengan wajah murung. Sebenarnya hanya Namira saja yang murung, Naura sama sekali tidak, karena gadis itu memang jarang sekali membawa hal yang aneh-aneh ke sekolah.

Sadewa berdiri gagah di depan para murid dengan tatapan yang mematikan. Tentu saja para murid itu tahu akan tujuan kedatangan dari Ketua OSIS mereka ini. Apalagi jika bukan untuk razia?

"Semua tas kalian, simpan di atas meja sekarang." ucap Sadewa dengan lantang dan tegas. Tentu saja ucapannya itu akan langsung dituruti oleh para murid, siapa yang ingin berurusan dengan laki-laki gila satu ini?

Dengan tatapan bak elangnya, Namira diam-diam mencibir Sadewa, yang untungnya tidak di sadari oleh laki-laki itu.

Berusaha ikhlas dengan keadaan, Namira menaruh tas miliknya di atas meja dengan wajah pasrah. "Melayang lagi dah duit gue"

Sadewa mulai melangkahkan kakinya ke berbagai meja di kelas itu untuk memeriksa tas para murid, dan tentunya laki-laki itu mendapat banyak barang-barang yang tidak boleh di bawa ke sekolah.

Tibalah saatnya Sadewa memeriksa tas milik Namira, sebelum itu, Sadewa dan juga Namira sempat adu tatapan tajam. Entah siapa pemenangnya, tetapi tangan Sadewa kini telah aktif menggerebek tas milik Namira, dan tebak, apa yang Sadewa temukan? Ya. Lagi dan lagi, Sadewa menemukan sebuah lipstik di tas milik Namira. Hal ini tidak terjadi hanya sekali saja, namun sudah berkali-kali Sadewa menemukan barang-barang seperti ini di dalam tas Namira.

"Lipstik di bibir lo hapus." perintah Sadewa pada Namira. Namun bukan Namira jika tidak keras kepala. Tentu saja gadis itu menolak.

"Balikin dulu barang-barang yang udah lo sita, baru gue hapus lipstik gue" tukas Namira tidak ingin kalah. Bahkan teman kelas gadis itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Namira. Lagi-lagi, gadis ini akan terkena masalah.

Belum sempat ucapan Namira di balas oleh Sadewa, seorang gadis berwajah datar muncul di belakang Sadewa sembari membawa sebuah micellar water lengkap dengan kapas, "Hapus. Tujuan lo ke sekolah mau belajar atau jadi janda anak 7?" tukas gadis itu.

Tangan gadis itu baru saja hendak menghapus lipstik di bibir Namira secara paksa, namun tangan Sadewa sudah mencekal tangan gadis itu duluan. Yang artinya Sadewa tidak memberikan izin kepada gadis tersebut untuk menghapus lipstik di bibir Namira, "Gak usah, Ra. Biar dia aja yang hapus sendiri," Gadis itu hanya menurut mendengar perintah dari Sadewa.

Tangan Namira merebut paksa micellar water dan kapas yang sedaritadi bertengger di telapak tangan milik gadis songong itu, "Ketua sama wakil sama aja. Sama-sama ngeselin." cibir Namira pada dua orang yang tengah berdiri di depan meja miliknya. Ya. Gadis yang sedaritadi bersama Sadewa adalah Wakil Ketua OSIS. Namanya Hara Kalangga. Gadis yang cukup tegas, sama seperti Sadewa.

Usai melakukan pemeriksaan di kelas Namira, Sadewa dan juga Hara berjalan keluar kelas itu dengan sebuah kotak di tangan mereka berdua. Isinya barang-barang hasil sitaan tadi. Mungkin mereka berdua akan lanjut razia di kelas lain, atau malah ke ruang OSIS untuk istirahat sejenak. Menelusuri semua kelas yang ada di sekolah ini bukanlah hal yang mudah.

Sedangkan di sisi lain, ada Naura yang sedang panik sendiri seraya mengipasi Namira dengan buku miliknya. Naura tahu betul, sahabatnya itu pasti sedang emosi. Pasalnya, lipstik yang Namira bawa itu baru di beli 2 hari yang lalu, sangat disayangkan jika barang itu di sita, belum lagi harganya yang lumayan menguras dombet. Sial sekali dua orang itu, akan Namira tandai mereka berdua.

"Sabar, Nam! Lagian juga salah lo sendiri, udah tau gak boleh bawa gituan ke sekolah, masih aja lo bawa" Jika boleh jujur, Naura juga sudah lelah dengan Namira, sahabatnya itu benar-benar tidak ada kapoknya dalam membuat masalah.

***

Sepulang sekolah, Namira dan juga Naura pulang bersama. Rencananya, Namira ingin mengajak Naura main ke rumahnya. Dua gadis itu kini menunggu Shala── kakak Namira untuk menjemput mereka berdua, namun sudah menjelang 40 menit orang yang di tunggu-tunggu oleh mereka berdua tak kunjung datang. "Kakak lo lagi perjalanan ke sini apa lagi perjalanan menuju alam baka, sih, Nam?"

"Mulut anda jaga, ya, sahabat" Jujur saja, Namira juga sudah lelah menunggu sejak tadi. Bahkan sekolah sudah mulai sepi, namun kakaknya yang bersifat bak Fir'aun itu benar-benar tidak muncul.

"Telfon kek anjir! Gue paling gak suka di gantung, kecuali sama crush gue." Tidak di beri kepastian selama 1 tahun lebih, apa kira-kira tanggapan kalian? Jika di tanya dekat atau tidak, jawabannya adalah, mereka dekat. Namun seperti kata orang zaman sekarang, mereka berdua terkena friendzone.

Kesal karena Naura terus mengomel, akhirnya Namira memutuskan untuk menelfon kakaknya kembali. Ya. Sedaritadi Namira menelfon kakaknya, namun hasilnya nihil, tidak ada jawaban sama sekali. Namira takutnya ada sesuatu yang terjadi pada kakaknya itu.

Tangan Namira sudah aktif dalam mengutak-atik handphone miliknya untuk menghubungi sang kakak, namun lagi dan lagi tidak ada jawaban. Hingga akhirnya Namira memutuskan sebuah ide yang...mungkin tidak terlalu buruk? "Gimana kalau kita jalan kaki aja, Nau? Jaraknya kan gak terlalu jauh juga, sekalian kita olahraga," ajak Namira pada Naura, namun sudah jelas akan di tolak mentah-mentah oleh Naura.

"Gila lo? Remaja jompo kayak gue mau lo ajakin jalan kaki di bawah sinar matahari yang sangat panas membahana ini?"

"Yaudah kalau lo gak mau, gue pulang sendiri aja. Bye!" Namira baru saja akan melangkahkan kakinya untuk pergi, namun tangannya dicekal oleh Naura. Yang benar saja Naura di suruh tinggal sendirian di sini?!

"Oke-oke! Gue ikut. Sialan emang kakak lo, gue gibeng juga tuh orang lama-lama."

Halo semua! Apa kabar kalian? Lama gak nyapa nih, hehe. Lagi-lagi aku bawa cerita baru, doain aja semoga aku bisa selesaiin cerita ini kayak cerita sebelumnya, ya!

BACKSTREET WITH KETOS GANTENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang