Bagian 18

5.6K 565 7
                                    

Happy Reading

Sorry for typo(s)

🅳🆄🅳🅰

"Daddy! Ayo buruan siap-siap nya, lama banget sih kaya cewek!" ucap Jisung sambil menghentakan kaki kesal

"Iya sayang, ini lagi ngunci pintu nya."

Jaelano dan Jisung sekarang ingin pergi membeli sepatu untuk Jisung, masih ingat kan janji Jaelano?

Kedua nya memasuki mobil, "Di pake sabuk pengaman nya." Jisung menurut.

"Tadi rumah nya kak Jefan keliatan sepi, kemana ya kak Jefan?" tanya Jisung

"Daddy juga gak tau, mungkin lagi pergi? who's know." jawab Jaelano

Jisung hanya menganggukkan kepala mengerti, "Daddy tau nggak? ada temen sekelas jie dia ngeselin banget ah Jisung juga nggak mau nganggep dia temen."

Jaelano menaikan alis sebelah, "Kenapa ngomong gitu? coba cerita, Daddy mau dengerin."

"Nih ya, asal Daddy tau dia itu yang ngerusakin sepatu jie!" ucap berapi-api Jisung

"Kok gitu? kamu ada masalah sama dia?"

"Dari awal masuk juga dia emang ngeselin err.. mungkin emang salah jie yang awalnya ngeledekin kalo namanya itu mirip sama makanan kesukaan jie." ucap Jisung pelan

"Hm? Makanan kesukaan? maksud kamu kari?" tanya Jaelano yang di jawab anggukan oleh Jisung

"Daddy, tapi nama dia itu mirip banget sama bunda.. Namanya karina," ucap sendu Jisung

Jaelano mengerutkan kedua alis nya sebelum tersenyum lembut, membawa Jisung ke pangkuan nya dan mencium kening nya.

"Jie.. kamu kangen bunda ya?" tanpa di tanya pun sebenarnya Jaelano tau.

Anak nya ini anak yang kuat karena besar tanpa seorang ibu yang mendampingi nya. Jisung memang tidak pernah membahas perihal ibu nya atau keluarga lain dari ibu nya.

Jisung itu masih lah seorang anak yang membutuhkan kasih sayang utuh dari kedua orang tua nya, tapi Jaelano tidak bisa memberikan itu.

Dia sibuk bekerja hingga terkadang melupakan jisung yang masih harus di perhatikan. Di umur anak nya sekarang banyak hal baru yang harus di pelajari dan banyak juga pertanyaan kecil untuk anak sekecil ini.

Jisung tidak pernah mengeluh, meminta waktu lebih untuk dirinya pun tidak pernah. Jisung tumbuh dengan sifat yang cukup tertutup di usia nya sekarang.

Jarang sekali Jisung bercerita tentang sekolah nya dan Jaelano tidak ada inisiatif untuk menanyakan hari-hari yang di lewati sang anak.

"Huum.. Jie kangen bunda, kenapa bunda gak nemenin jie di sini? jie kesepian. Daddy terlalu sibuk bekerja," Jaelano tertegun.

"Karena Tuhan sayang banget sama bunda makanya Tuhan manggil bunda duluan, Tuhan nitipin Jisung sama Daddy biar Daddy gak kesepian disini sendirian." di tatap nya Obsidian gelap milik Jisung yang sama persis dengan dirinya.

DUDA [NOMIN] ENDDove le storie prendono vita. Scoprilo ora