PART 2

6.6K 368 67
                                    

Seperti hari-hari biasa, aku bangun dari tidurku, membersihkan tubuh, membuat makanan, lalu berangkat ke Sekolah. Ah! aku mengantarkan Ava ke sekolahnya terlebih dahulu, tapi aku tak menjemput karena  biasanya Ava akan pulang sendiri ke rumah menggunakan jasa antar jemput. Terkadang aku bosan dengan rutinitasku dan berharap akan ada perubahan yang membuatku semangat.

"Pagi, Baby..." Sambut Matt, pacar terindahku.

"Pagi-pagi udah mesra aja, bikin yang jomblo tambah menderita."

Entah dari mana datangnya, Sahabatku Alleia atau yang biasa kupanggil Alle kini sudah berdiri di sebelahku. Makin kesal lagi dia ketika melihat Matt melingkarkan tangannya di pinggangku. Matt mengedipkan sebelah matanya jahil ketika melihat ekspresi mupeng Alle.

"Gimana rumah baru kamu?" Tanya Alle padaku ketika kami bertiga berjalan beriringan menuju kelas.

"Bagus. Mewah. Wow banget deh pokoknya! Aku nggak percaya kalau rumah kontrakan itu harganya 3 juta." Sahutku antusias.

"Aku juga... eh, kayaknya aku berbakat buat jadi calo rumah kontrakan ya?" Candanya dengan memasang wajah bangga.

Aku dan Matt terkikik geli sambil mengangguk menanggapi. Alle sepertinya tambah bangga melihat kami menyetujui.

"Tapi... kamu nggak ngerasa ada yang aneh gitu sama rumahnya?" Tanya Alle menyelidik.

Kami bertiga telah sampai di dalam ruang kelas dan duduk di bangku kami masing-masing. Tentu saja Matt sebangku denganku dan Alle duduk persis di depanku. Aku mengernyitkan dahi dan mengingat kembali kejadian semalam. Memang ada banyak kejadian janggal bukan? Terutama buku itu!

"Sepertinya ada banyak sih..." Jawabku ragu.

Alle dan Matt tampak penasaran dengan jawabanku barusan. Mereka berdua memang hanya diam, tapi pandangan matanya yang intens menginginkanku untuk bercerita lebih lanjut. Kuhembuskan nafasku berat lalu aku mulai menceritakan point dari kejadian kemarin.

"Aku waktu baru masuk rumah itu memang takjub karena rumah itu mewah banget. Walaupun nggak terawat, tapi kesan mewahnya nggak hilang. Tapi setelah aku perhatiin, rumah itu terkesan ganjil juga. Tubuhku seakan menolak untuk masuk ke dalam rumah itu."

Alle tampak tegang mendengar ceritaku, sedangkan Matt tampak datar-datar saja. Aku ragu untuk melanjutkan ceritaku, takut jika mereka berdua malah tidak percaya dan mentertawakanku.

"Terus... terus...." Kata Alle penasaran.

"Ava, dia ijin bawa sepotong pizza ke kamar buat di kasih ke teman barunya. Aku mau tanya, tapi aku keburu merinding. Pas aku naik tangga ke kamar, aku mendengar ada suara pintu terbuka tapi nggak ada apa-apa. Aku, lihat-lihat lemari pakaian dan baju-baju di sana semuanya berwarna hitam! Parahnya aku sempet kaget karena lihat kepala buntung di sana. Tapi aku nggak yakin juga sih... lebih aneh lagi, aku nemu buku yang cover-nya warna merah. Oh God! Percaya sama aku! Merinding disko pokoknya pas baca! Pas aku baca tuh buku tiba-tiba aja jendela kamar terbuka sendiri!" Jelasku panjang lebar.

Alle, wajah ketakutannya tak dapat didefinisikan lagi. Sahabatku itu sangat penakut, biasanya dia akan langsung menolak sadis ketika seseorang akan menceritakan kisah horror padanya. Tapi tadi, dia malah penasaran walaupun akhirnya dia tetap ketakutan.

"Mungkin hanya teman khayalan Ava, anak kecil biasanya suka berkhayal kan? Suara pintu dan kepala itu mungkin hanya halusinasi kamu aja karena capek bersih-bersih rumah sendiri. buku itu mungkin milik seseorang yang menyukai cerita horror. Jendela terbuka karena angin." Ucap Matt berusaha untuk menjelaskan secara logika hal-hal yang kualami kemarin.

The BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang