PART 15

2.6K 280 62
                                    

Yuhuuu~
Typo bertebaran

***

Kakiku melangkah menuju kamar itu. Ya, kamar tempat kami menemukan mayat kucing itu tadi. Ketika aku berjalan dari arah dapur, hendak melewati lorong itu, kulihat tubuh Ava yang berdiri membelakangiku. Dia memandang lurus ke arah pintu itu tanpa tahu aku berjalan mendekatinya.

"Ava... apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku ketika berjalan menghampirinya.

"Kakak..." ucap Ava lamat-lamat.
Kakiku berhenti melangkah. Tubuhku menegang seketika. Getaran suara Ava terdengar tak wajar, terasa asing di telingaku.

"Kakak... Kakak... Kakak..." suara itu terdengar serak.

Dia perlahan memutar tubunya lalu berjalan ke arahku dengan wajah tertunduk. Rambutnya terurai ke depan hingga aku tak dapat melihat wajahnya. Aku bergeming di tempat. Serasa ada tangan tak kasat mata yang memegang erat kedua kaki ini.

"Kakak..." ucapnya lagi.

Kini dia hanya berjarak empat langkah dariku. Entah mengapa semakin dia mendekat, rasa ketakutan dalam diriku semakin menjadi.

"Ava, jangan bercanda!" sentakku dengan suara bergetar.

Ava biasanya berlari dan langsung memelukku, bukannya bertingkah aneh dan hanya bisa membisikan kata Kakak semata.

Perlahan dia mengangkat wajahnya, gerakan yang biasa saja namun terkesan janggal. Refleks aku mundur selangkah kebelakang. Dengan gerakan cepat yang tak tertangkap oleh kedua mataku, dia merangsek maju ke arahku!

Kedua tangannya mencekal pergelangan tanganku. Aku meronta, namun tenagaku tak sebanding dengannya. Tubuh kecilnya hanya terpisah sejengkal dariku. Sangat dekat! Hingga aku dapat mencium aromanya. Aroma kematian... seperti bau bangkai yang menusuk.

Kepalanya mendongak menatapku. Helaian rambutnya masih menutup wajahnya namun, aku masih dapat melihat sebelah matanya yang menatap tajam kepadaku.

"Kakak! Kakak! Kakak! Kakak! Kakak! Kakak! Kakak! Kakak! Kakak! Kakak! Kakak! Kakak!" Ucapnya tanpa jedah.

Seakan terhipnotis, kedua mataku menatap lurus bibirnya yang bergerak cepat mengucapkan kata 'Kakak' itu.

"A-ava..."

Kedua matanya yang melotot tiba-tiba melompat keluar. Rambutnya yang tersingkap memperlihatkan otot-otot yang berwarna kehijauan dan darah yang melapisi dagingnya.

"KYAAA!!" jeritku kecang.

Sebuah pusara hitam menyedotku. Menarikku hingga membuat tubuhku seakan melayang.

Keringat dingin mengalir deras. Dadaku bergemuruh karena jantung yang berepacu sangat cepat melebihi kemampuannya. Kembali kuyakinkan diriku jika tidak ada makhluk yang tadi mencengramku.

Mimpi!

Kupikir sesuatu itu telah menelanku tadi. Kutegak habis segelas air putih di atas nakas. Kuyakinkan diriku sendiri kalau barusan aku hanya bermimpi. Teringat kotak ketiga, langsung aku berjalan cepat menuju ruangan itu.

Sesampai di depan lorong, aku tak langsung berjalan lurus ke pintu itu. Kutolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri. Memastikan tidak ada hal ganjil di sekitarku. Kutetapkan hatiku 'tuk terus melangkah dan membuka pintu. Sengaja kubiarkan pintu itu terbuka lebar karena aku takut berada di ruangan ini sendirian. Aku tak mau mengambil resiko. Kotak pertama dan kedua memang telah terbuka. Isinya mampu membuatku bergidik ngeri. Entah apa isi dari kotak ketiga itu....

Sekali lagi kuedarkan pandangan mataku ke seluruh penjuru ruangan. Ruangan itu masih tampak sama dengan buku yang berjejer rapi di rak dan sebuah kotak yang berada di pojok. Dua kotak lainnya telah disingkirkan oleh Matt. Dia juga yang memakamkan kucing itu di bawah salah satu pohon di halaman.

The BloodWhere stories live. Discover now