PART 17

3.6K 286 59
                                    

Yuhuuu~
Typo bertebaran~

Aku berdiri di suatu tempat yang dipenuhi dengan kabut putih tebal. Aku tak dapat melihat keadaan sekitarku tapi, anehnya aku bisa melihat dengan jelas sebuah pintu yang berada tak jauh dariku. Aku berjalan menuju pintu itu dan membukanya tanpa curiga.

Pintu itu menghubungkanku dengan sebuah ruangan yang nampak persis seperti Kamarku, namun memiliki warna kelambu dan sprai yang berbeda. Ruangan ini didominasi oleh warna hitam, tidak seperti diriku ketika menempatinya. Seorang gadis yang duduk membelakangiku tampak menunduk dengan tangan yang bergerak seolah menulis sesuatu.

Aku berjalan perlahan ke arahnya. Suara gesekan aneh yang semakin lama terdengar jelas dengan tempo cepat, membuatku bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan oleh gadis itu. Gadis yang mengenakan pakaian serba hitam itu seolah tak menyadari keberadaanku yang kini tepat di sebelahnya.

Aku berdiri, menatapnya heran. Gadis itu terus menunduk dengan rambut panjang tergerai ke depan. Aku sama sekali tidak dapat melihat wajahnya. Tangan kanannya bukan memegang pensil tetapi cutter. Ujung cutter itu digesekannya pada meja kayu hingga mengeluarkan suara deritan yang sangat mengganggu indera pendengaranku. Goresan-goresan abstrak yang membekas di mejapun terlihat jelas.

Gret! Gret! Gret! Gret! Suara menyebalkan itu terus terdengar. Lama-lama suara itu terdengar semakin keras dan menyakitkan telinga. Kututup telingaku dengan kedua tangan, berharap suara itu dapat berkurang. Suara itu bukannya berkurang malah semakin menjadi, seolah otakku telah merekam suara tersebut dan secara otomatis memutarkannya walau aku tak ingin.

"Hentikan..." lirihku.

Gadis itu menoleh ke arahku, hanya sebelah matanya yang menyorotku tajam yang dapat terlihat.

"Busuk! Murahan! Gila! Psikopat!" ujarnya kasar dan penuh penekanan di tiap katanya.

Gadis itu bangkit berdiri perlahan, lalu ia berjalan menghampiriku dengan tubuh setengah membungkuk. Tangan kirinya menunjukku, "Brengsek! Pelacur! Hina!"

Kulirik sisi kiriku yang terdapat sebuah pintu. Ya, pintu tempat aku datang tadi. Sepertinya lebih baik berada di tempat yang dipenuhi oleh kabut ketimbang berada di sini. Mengeluarkan seluruh keberanian dalam diriku, aku berlari menuju pintu itu kemudian menutupnya rapat dengan satu gerakan cepat.

Dahiku mengernyit heran. Aku tidak berada di tengah kabut melainkan di... RUANGAN ITU! Ruangan yang hanya terdapat buku tua dan mayat seekor kucing! Ada seseorang di sana, yang sedang duduk di lantai dengan bercak-bercak aneh di tubuhnya.

Baru tiga langkah aku berjalan, sebuah kepala menggelinding di dekat kakiku. Kepala seekor kucing hitam yang matanya tidak dapat terpejam rapat. Kubekap langsung bibirku yang hendak menjerit. Orang itu tampaknya asyik dengan mainan yang ada di tangannya. Dia tak menyadari kehadiranku.

Tanpa belas kasih, sosok itu membelah tubuh kucing itu dari batas leher hingga anus. Darah kucing itu menyiprat pada wajah dan tubuhnya. Tapi sosok itu malah terlihat senang dan tak jijik sama sekali. Tidak hanya itu! menggunakan tangan kosong, sosok itu menarik ususnya dan membelitkannya pada Jantung dengan kencang. Organ dalam lainnya pun tak luput dari kekejamannya.

Tak sadar aku melangkah mundur hingga menabrak pintu. Pintu yang kuingat telah kututup rapat itu kini terbuka. Aku yang tak menyangka, jatuh terjengakang dengan pantat menyentuh lantai terlebih dahulu.

"Aww! Jangan Kak! Kumohon jangan!!"

Suara jeritan itu membuatku menoleh ke belakang. Seorang anak kecil digeret paksa oleh seseorang yang dipanggilnya sebagai Kakak. Tanpa belas kasihan wanita itu menjorokkan gadis kecil itu hingga kepalanya menatap sudut meja.

The BloodWhere stories live. Discover now