PART 4

5K 362 46
                                    

Aku menutup buku itu lalu menyimpannya ke laci. Apa yang dipikirkan oleh sang penulis sih? Jika pemilik buku ini dan pemilik rumah ini adalah orang yang sama, dapat dipastikan orang ini memang aneh! Psycho! Kubaringkan tubuhku dan kupejamkan kedua mataku. Aku tak ingin mengingat tulisan itu lagi. Beberapa saat kemudian aku sudah terbang ke alam mimpi.

Kubuka mataku perlahan, kulihat sekelilingku dan gelap! Aku merasa terjebak dalam suatu ruang sendirian. Samar-samar kudengar suara orang-orang yang berteriak, kutajamkan pendengaranku dan kuikuti arah suara itu. Suara itu terdengar jauh, tapi kemudian menjadi sangat dekat. Kulangkahkan kakiku perlahan hingga akhirnya aku dapat melihat sesuatu di sana.

"TOLONG!!!"

"TOLONGGG!!!"

"TOLOONNGGG!!!"

Lama-kelamaan suara itu malah berubah menjadi sebuah lolongan panjang meminta tolong. Aku tak percaya melihat pemandangan menjijikan di hadapanku ini. Aku yakin tempat ini masih di dalam rumahku, tapi entah ruangan yang mana. Seorang wanita tengah diceburkan ke dalam kolam darah hingga seluruh tubuhnya bewarna merah. Tunggu! Itu bukan kolam darah biasa, kulihat kolam itu menggelembung seperti air yang baru saja mendidih. Benar saja, kolam itu adalah kolam panas yang membuat kulit wanita itu melepuh menampakan daging yang bercucuran darah.

Di sebelah sana, panas api yang membara sedang membakar tubuh beberapa orang lain. Mereka berteriak meminta tolong tanpa bisa melepaskan diri dari belenggu jeruji besi dan nyala api yang menelan mereka. Kubekap mulutku rapat-rapat yang hendak berteriak. Seseorang di belakangku menepuk bahuku pelan, membuatku berjingkat kaget. Kutolehkan kepalaku dan kulihat seseorang yang mengenakan jubah hitam beserta tudungnya. Aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas.

"Sekarang giliranmu..."

Tubuhku menegang. Apa? Apa yang dia katakan tadi? Tidakkah aku salah dengar? Manusia bertudung itu berjalan mendekatiku. Kulihat kuku-kukunya yang panjang diarahkan padaku. Entah bagaimana, orang itu menyekik leherku, membuatku tak bisa bernafas. Aku meronta-ronta memukul lengannya dengan tanganku yang bebas.

Tidak! dia terlalu kuat menyekiku. Mulutku menganga mencoba mencari oksigen, aku benar-benar membutuhkan udara sekarang. Kupukul kepalanya, dadanya, lengannya, entah bagian tubuh manapun itu yang penting aku bisa menyakitinya. Tapi dia terlalu kuat hingga aku tak bisa melepaskan cekikannya. Kupejamkan mataku rapat, menahan sakit.

"Tidaakkkkkkk!!!" Teriakku melengking.

Mimpi! Ternyata ini hanya mimpi! Peluh membasahi kening dan sekujur tubuhku. Aku bersyukur dalam hati karena semua ini hanyalah mimpi. Mimpi? Tapi kenapa rasanya seperti nyata? Kuraba leherku yang terasa sakit, kupenuhi paru-paruku dengan udara di sekitar. Sakit... rasa sakitnya seolah nyata. Kulihat jam dinding, ternyata masih jam 3 pagi. Kusingkirkan selimut dan aku bangun dari tidurku.

Aku menuruni tangga menuju dapur untuk menegak segelas air putih. Kuhempaskan bokongku pada kursi kayu meja makan. Masih saja mimpi itu terbayang dibenakku. Sekilas kulihat bayanganku pada vas bunga yang juga memiliki fungsi seperti cermin. Sepertinya ada yang aneh di leherku. Kudekatkan vas itu padaku untuk memperjelas bayanganku. Apa ini? Leherku tampak kemerahan dengan beberapa luka seperti guratan karena kuku yang mencengkram terlalu dalam. Ini... tidak mungkin kan?

Aku berjalan mundur ke belakang beberapa langkah, setengah tak percaya dengan apa yang kulihat. Luka ini apakah benar aku mendapatkannya dalam mimpi? Tapi...

"Aku akan menenggelamkannya pada lautan darah."

Kembali aku teringat pada barisan kalimat yang kubaca pada buku itu sebelum aku tidur.

The BloodWhere stories live. Discover now