PART 14

3.1K 290 81
                                    

Part ini saya dedikasikan kepada graceangelaa terima kasih karena sudah membuatkan saya cover yang keren badai ini! Makasih banyak ya... :*

Warning: JANGAN BACA SAMBIL MAKAN ATAU AKAN MAKAN!
JANGAN LIHAT MULTIMEDIA KALAU NGGAK KUAT IMAN! #ALAY
(Uda saya cetak tebel loh)

***

Kami bertiga mengelilingi Rumah ini seharian penuh. Rumah ini tidak hanya besar tapi, sangat besar bagiku! Kurasa tulang kakiku akan mencuat jika aku tetap memaksakan diri untuk terus berjalan. Tidak hanya lelah, aku juga sangat kesal karena tidak menemukan petunjuk sama sekali!
Alle tampak sama lelahnya denganku sedangkan, Matt hanya diam dengan wajah datarnya. Tidak mungkin dia tidak kelelahan. Sedari tadi kami mondar-mandir ke satu ruang ke ruangan lain dengan Ava yang berada dalam gendongannya.

Sengaja kami membawa Ava dalam penyelidikan Rumah ini. Takut kejadian semalam akan terulang kembali. Takut, jika saja hantu itu melukai Ava dan mengirimkannya ke Rumah Sakit lagi.

Kami juga tidak berpencar atas usul Matt. Memang jika berpencar penyelidikan akan berlangsung lebih cepat dan kami tidak akan selelah ini namun, jika terjadi sesuatu padaku atau Alle, Pria itu tidak akan dapat menolong kami dengan cepat. Cukup dengan insiden Ava saja sudah membuat kami lebih pintar untuk mempercayai adanya makhluk astral di Rumah ini.

Alle langsung setuju ketika Matt mengatakan agar kami tidak berpencar, bahkan dia tak mau repot-repot mendengar alasannya. Gadis penakut itu dengan setia menggandeng lengan kananku dengan erat, membuatku teringat dengan Koala dan Pohon Eukaliptus. Kusuruh dia pulang saja tapi, Alle menolak dengan tegas karena merasa bertanggung jawab telah mengenalkan Rumah kontrakan ini padaku.

Tinggal satu ruangan yang belum kami cek. Ruangan yang berada pada ujung lorong menghadap Dapur. Lorong itu tak terlalu panjang hingga ketika kami duduk di meja makan kami dapat melihat daun pintu itu dengan jelas. Seingatku belum pernah aku memasuki ruangan itu.
Kami berjalan melewati lorong menuju pintu itu, seketika kurasakan hawa dingin tak wajar membelai tubuhku. Sepertinya tidak hanya aku yang merasakan keganjilan itu, Alle bergerak gelisah sambil mengelus tengkuknya. Tubuhnya masih senantiasa merapat padaku dengan sebelah tangan mengalung di lenganku.

Matt yang berada tepat didepanku mencoba untuk membuka pintu kamar itu. Tapi pintu itu tidak dapat terbuka meskipun Matt telah memaksanya.

"Apa pintu ini memang terkunci?" tanya Matt ketika menatapku.

Aku mengendikan bahu, "Entahlah, aku memang belum pernah membukanya."

"Di mana kau letakkan kunci pintu ini?" tanya Matt tak sabar. Sepertinya dia lebih penasaran dengan ruangan ini dari padaku.

Ruangan ini adalah kunci terakhir, jika memang kami tidak menemukan sesuatu artinya tidak ada petunjuk. Tentu aku tidak ingin dihantui seumur hidup oleh wanita bertudung itu! Aku juga tidak ingin adikku Ava berteman dengan Beth atau hantu lainnya.

Menurutku, tidak ada hantu baik hati kecuali Casper di dunia ini.

"Mungkin di laci dekat Tv bersama dengan kunci-kunci lainnya," sahutku.

"Kalian tunggu di sini, biar aku yang ambil kunci itu."

"IKUT!" pinta Alle dengan lantang.
Aku dan Matt terlonjak kaget, terkejut mendengar suara cemprengnya.

"Tunggu saja di sini!" suruh Matt dengan tegas.

"Ikut... ikut... pokoknya ikut!" rengek Alle dengan suara yang lebih pelan.
Aku tahu dia sudah ketakutan sejak tadi dan aku juga tidak yakin menunggu Matt hanya berdua dengan Alle di depan Ruangan ini. Kali ini aku setuju dengan Alle untuk membuntuti Matt mengambil kunci.

The BloodOù les histoires vivent. Découvrez maintenant