Bab 4 - Tak ada bedanya

96 25 85
                                    

Kemudian scene berpindah ke tempat Serena yang memperlihatkan langkah kaki perlahan itu telah menggambarkan bahwa dirinya benar-benar sangat terluka.

Tapi wajahnya itu tidak bisa mengekspresikannya. Langkah yang terlihat begitu berat itu sedang mengarah ke lokasi gedung tinggi.

Angin malam yang begitu dingin telah melewati leher dan mengibaskan rambutnya yang terurai itu. Perlahan linangan air matanya mulai diperlihatkan.

Serena mulai berlari masuk ke dalam gedung tersebut dengan ID Card yang sebelumnya masih dikalungkan tanpa berpikir dan segera menaiki lift. Dia terus berlari sampai ke tempat ruangan kerja.

Dari kejauhan terlihat papan namanya 'Serena Nebula' menunjukkan bahwa dia saat ini sedang berada di ruang kerjanya, lalu dia menutup fotonya dan kekasihnya yang berada di atas meja kerjanya.

Dia kemudian duduk di bawah meja kerjanya dan menangis dengan kencang sampai sesenggukan. Ditemani dengan detak jarum jam di ruangan terlihat bahwa jam telah menunjukkan pukul 10 di malam hari.

Lalu terdengarlah langkah kaki dari arah pintu meskipun Serena mendengarnya tapi luka di hatinya tidak bisa membuatnya berhenti menangis.

Dia hanya ingin terlihat kuat di depan laki-laki yang tak menghargai nya itu. Selama ini Serena selalu memberikan yang terbaik untuk laki-laki itu.

Sayangnya, laki-laki itu menyia-nyiakan kebaikan yang pernah Serena perbuat untuknya. Dia berpikir bahwa laki-laki tersebut adalah pilihan terakhirnya untuk bisa di jadikan suami.

Dia mengira, bahwa Alex akan menikahinya. Namun ternyata, Alex hanya ingin memanfaatkan kebaikan Serena untuk yang terakhir kalinya dan meninggalkan Serena, lalu menikah dengan orang lain.

Alasan Serena bisa lebih kuat, karena dia mengetahui sisi buruknya Alex dengan sendirinya.l, terlebih dia belum terlanjur memberikan uang yang sebenarnya bisa dia gunakan untuk hal lain.

Langkah kaki itu berada tepat di depan Serena tanpa disadarinya.

"Jika kau ingin terus menangis lakukanlah selama itu tidak pernah membuat dirimu melakukan bunuh diri." Serena yang mulai menyadari sesuatu dan berhenti menangis bahwa dirinya telah menggenggam cutter dan segera memasukkannya ke dalam laci.

Laki – laki itu tersenyum, ternyata dia adalah orang sebelumnya telah menghalangi Levi yang hendak akan menampar wajah Serena di pusat perbelanjaan tadi.

"Kenapa anda masih ada di kantor jam segini?" tanya Serena yang heran dengan seseorang yang datang menemuinya.

"Apakah itu pertanyaanmu setelah tadi aku menolongmu? Sedihnya~" laki-laki itu berekspresi kecewa dengan wajah yang menggemaskan dan langsung membuat Serena tersadar pada kejadian saat Levi ingin menamparnya.

"Ah! Yang tadi, terima kasih ya. Sebaiknya anda tidak perlu melakukannya karena memang itu yang saya inginkan. Lagipula saya bukanlah orang yang pantas ada di dunia ini." jelas Serena yang mengucapkan terima kasih lalu membenci dirinya sendiri.

"Kalau begitu, biarkan aku yang menggantikan wanita itu untuk menamparmu yang sempat tertunda karena kamu telah berkata seperti itu." Tatapan mata yang serius itu telah mengagetkan Serena dan terdiam seolah dia telah melakukan kesalahan untuk seorang wanita yang tangguh.

Kemudian karena wajah ekspresinya laki-laki yang ada di depannya itu membuat Serena tertawa, sehingga Serena bisa melupakan bahwa sebelumnya dia telah menangis.

Laki-laki itu tersenyum lega karena melihat wanita itu tertawa, yang artinya dia telah berhasil menghibur Serena.

"Ah! Aku punya tempat menarik untukmu, apa kau mau ikut?" Laki-laki itu ingin mencoba menghibur Serena kembali supaya tidak sedih lagi karena menyanyangkan suara tawa Serena kemudian tersenyum dengan lebar.

"Saya tahu anda mencoba menghibur saya yang sedang sedih saya ucapkan terima kasih, tapi semua itu tidak perlu, saya hanya butuh sendiri. Selain itu anda tidak kenal saya, tidakkah anda tidak takut jika saya memanfaatkan anda?" Tapi ternyata Serena menolak ajakan laki-laki tersebut.

"Aku mengajakmu karena memang keinginanku dan jika memang kamu takut akan memanfaatkanku sebenarnya kamu tidak akan pernah melakukannya bukan?" laki-laki itu mulai tersenyum dengan wajah tampannya itu.

Wajah Serena mulai memerah karena malu dan merasa apa yang telah dia pikirkan ternyata bisa diketahui oleh lawan bicaranya. Sepertinya, dia bukan lawan yang mudah untuk Serena.

"Maaf, tapi hari ini saya pulang saja. Terima kasih sudah menawarkan kebaikan hati anda," Serena mulai mengambil tas dan segera melangkah pergi, dalam waktu yang cepat lengan kiri Serena di tarik laki-laki tersebut, lalu laki-laki itu menciumnya.

"Sampai ketemu besok sayang!" ucap laki-laki itu kemudian dia melangkah pergi dan meninggalkan Serena yang masih terdiam membatu hingga mulai tersipu malu-malu.

"Dasar!! Kenapa sih semua cowok hari ini itu menyebalkan! Bisa gila lama-lama ngehadapin mereka. Awas aja kalau ketemu besok! Akan ku hajar habis-habisan! Huh!" Kata Serena yang bersuara keras setelah laki-laki itu tidak terlihat lagi, lalu segera pergi meninggalkan tempat itu dengan menaiki lift yang sebelumnya saat naik tadi digunakan Serena.

Ternyata dari lorong kegelapan, terlihat laki-laki itu dengan wajah yang setengah terkena paparan sinar rembulan dan tersenyum dengan liciknya.

"Menarik sekali wanita itu, baiklah mari kita mulai skenario yang telah di persiapkan," Katanya yang kemudian berjalan maju kedepan dengan memasukan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana dan tertawa dengan terbahak-bahak.

#Sebagian cerita di sembunyikan

Skenario (TERBIT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora