Bab 12 - Kekhawatiran Boss

49 16 0
                                    

Beberapa detik kemudian lampu ruangan tersebut telah berganti menjadi warna hijau di susul dengan pintu terbuka.

"Bagaimana dok? Bagaimana hasilnya?" Tanyanya dengan suara gemetar yang penuh dengan kepanikan itu.

"Pasien baik-baik saja, apakah anda keluarganya?" Jawab dokter dengan singkat lalu kemudian bertanya.

"Saya, masih calon suaminya," Jawab Richard dengan pandangan yang kosong.

"Apakah administrasinya sudah dilaksanakan pak?" Suara suster yang membuyarkan pikiran kosong Richard bertanya.

"Sudah suster" Nada suara Richard merendah karena sudah panik beberapa jam.

Dokter menjelaskan beberapa hal, tapi Richard tidak mendengarkannya karena pikirannya yang kosong. Serena yang menengok kearah pintu dan melihat Richard dari dalam ruangan, mengetahui bahwa pikirannya sedang kosong itu mulai tertawa untuk membuyarkan pikiran Richard.

"Hihi.. aku tidak apa-apa Richard."Serena yang mengatakan itu membuat Richard masuk dan mengabaikan Dokter di depannya. Namun setelahnya dokter dan suster tersebut pergi menjauh dari ruangan yang sudah memeriksa Serena.

"Kamu sudah sadar? Kamu kenapa bisa gak makan seharian begitu? Kamu boleh marah sama semuanya! Tapi jangan pernah marah sama dirimu sendiri." Serena yang melihat tingkahnya dan wajah paniknya itu menahan tawa saat Richard menghampiri.

"Haha, kamu berkata seperti itu, tapi tadi diluar kamu sedang menyalahkan dirimu sendiri bukan? Bodoh sekali aku, haish! Begitu bukan?" Serena terus-terusan meledek karena ekspresinya itu menggemaskan.

"Hemm.. terus aja meledek, sudah sakit masih bisa meledek orang. Dasar!!" Kesal Richard dan memalingkan wajah ke arah lain dengan mata yang terpejam

"Hahaha.. " Serena kelepasan untuk menahan tawa sehingga tertawa lebar dan kencang.

"Maaf, tolong hargai pasien lain."Tiba-tiba suster menghampiri dan meminta kami berhenti untuk berisik.

"Ah! Baik, maafkan kami." Kata Serena yang mulai berhenti tertawa kencang dan masih tertawa kecil.

***

Setelah Serena usai istirahat dan menerima pengobatan, kemudian melanjutkan sesuai rencana Richard yang sebelumnya sudah direncanakan.

Malam ini pulang dari rumah sakit, mereka akan dinner di salah satu restoran pilihan Richard. Wajah Serena yang jarang melihat penataan restoran mewah itu terheran-heran. Tapi masih bersikap sopan seolah sering sekali datang.

"Karena malam ini yang traktir aku, kamu tidak perlu bayar. Jangan khawatir kedinginan, disini kamu akan merasa hangat." Richard menarik kursi dan menarik lengan Serena untuk segera duduk.

"Eh jangan, kita tanggung bersama ya? Ini pasti mahal banget." Serena yang telah duduk itu membalikkan badan ke arah Richard menarik dasinya dan berbisik.

"Pantas saja kamu sering di manfaatkan oleh orang lain. Terkadang kamu juga harus bisa bersikap tegas, jangan utamakan sifat tidak enak-an kamu itu. Orang lain saja bisa tega sama kamu, seharusnya kamu juga bisa tega pada orang lain."

Ucapannya itu membuat Serena menatapnya sedikit lama. Richard yang tersadar dengan tatapan terharu itu berkata.

"Apa kamu ingin ku cium?"Katanya yang mencoba menggoda Serena lagi dengan senyuman yang mengganggu.

"Ih! Cium tembok saja sana!" Serena langsung membenarkan posisi duduk dan melihat menu yang di antarkan pelayan restoran.

"Ngapain harus ke tembok, lagian aku punya pacar ini kok. Weeekkk, " Richard yang segera menarik kursi dihadapan Serena terus menggoda sampai wajahnya Serena merona.

***

#Sebagian cerita di sembunyikan

Skenario (TERBIT)Where stories live. Discover now