Bab 14 - Siapa Sebenarnya Dia?

51 15 0
                                    

Matahari menyinari kaca di salah satu ruangan, terlihat wanita yang sedang sibuk mengetik di keyboard. Ternyata wanita itu adalah Serena, dia menatap layar komputer dengan serius.

"Yes! Akhirnya selesai juga tugasku," tuturnya.

Serena yang terlihat kurang tidur itu menyelesaikan pekerjaannya sejak semalam pulang dinner sambil mulai menggerutu.

"Ck.. lagi pula kenapa sih meja kerjaku di pindahkan ke ruang bagian A. Padahal tugasku tetap saja sama, kalau begini kan jadi bolak-balik ke ruangan B untuk mengambil Odner dan dokumen penting lainnya. Tapi, aku bisa menyelesaikan tugasku secara rahasia di sini."

Tokk..tok..tok.. Seseorang mengetukan pintu kaca dan masuk menghampiri.

"Maaf bu, pak Richard menghubungi anda melalui telepon kantor."

"Ah, tolong sambungkan ke tempat saya."

"Baik bu."

"Terima kasih."

Kemudian pergi dan beberapa saat suara telepon berbunyi, tanpa ragu Serena langsung mengangkatnya dengan yakin.

"Ya!"

"Kamu itu ya, nomor mu kenapa tidak aktif dan ini jam berapa?!" Suara Richard dari telepon.

"Baterainya low, sekarang jam lima." Serena menjawab dengan santai.

"Kamu biasanya kerja jam berapa?" tanya Richard dengan nada khawatir.

"Jam sembilan, kenapa sih!" Kata Serena yang mulai penasaran.

"Kemarin kerja dari jam berapa?" Richard masih terus bertanya seperti ingin memastikan.

"Jam sepuluh malam." Serena tetap menjawab dengan datar.

"Haih! Kenapa kamu tidak istirahat? Kesehatan lebih penting, kamu juga perlu tidur!" Richard mulai menasihati.

"Aku kan sudah istirahat kemarin siang." Kata Serena.

"Itu kamu pingsan! Bukan istirahat!Apa jangan-jangan selama ini kamu juga begitu?" Emosi Richard.

"Iya!" Serena mengakuinya.

"Bodoh!" Katanya dengan nada tinggi.

"Bodoh katamu? Pagi- pagi sudah ngajak ribut, lebih baik tadi tidak ku angkat." Serena mulai kesal setelah mendengar satu kata darinya.

"Stop bekerja! cepat mandi aku akan meminta orang lain untuk membelikan mu makan!" Perintah Richard.

"Tidak perlu, aku akan beli sendiri." Kata Serena.

"Ku tolak!" Balas Richard dengan cepat.

"Hih, apaan sih." Kata Serena dnegan kesal.

"Mandi saja! Aku akan segera berangkat ke sana."

Richard menutup telepon-nya dan Serena segera membereskan meja kerja juga mematikan komputer.

"Aku benaran gak ngerti sama orang sepertinya. Lagipula, dari mana dia tahu aku ada disini?" Kata Serena yang tangannya sedang sibuk membereskan dokumen di meja, dan segera pergi meninggalkan meja kerjanya.

Setelah selesai bersiap, sekretaris kepercayaan Richard datang.

"Permisi bu, ini makanan dari Bos."

"Haih, oke taruh di sini. Oh ya Gita, apa kamu mengadukan kalau saya sedang kerja disini?"

"Ah tidak bu, hanya saja Bos bertanya, ibu masuk jam berapa."

"Bagaimana kerja dengan bos yang sekarang?" Tanya Serena dengan penasaran.

"Dia terlalu agresif bu,"

"Hm, baik-baik. Oh iya, aku sambil makan. Kamu juga makan!"

"Saya bu?" Tanya Gita yang tidak yakin itu.

"Iya, bukankah kamu menemani saya semalaman?" Kata Serena yang membawa dirinya sebagai alasan.

"Ternyata ibu melihatnya,"

"Nah sini makan, 2 porsi ini kebanyakan buat saya."

"Baik bu,"

"Jadi? Mending mana sama bos yang lama?" Serena memulai kembali topik yang sebelumnya sempat terhenti.

"Mending yang lama bu," jawab Gita dengan yakin.

"Haha, kenapa? Ah, jangan-jangan dirimu naksir dia ya? Dia kan sudah menikah."

"Tidakkk, dia hanya saja kalau bicara lebih lembut dan kalau memanggil saya tidak membuat saya kaget setiap saat."

"Jadi kalau bos yang baru ini suka bikin kaget?"

"Lebih tepatnya dia terlalu kaku dan mengerikan bu,"

"Haha, bukankah lebih mengerikan saya?"

"Justru saya lebih ngeri menghadapi bos yang baru ini bu,"

"Kamu ini," tawa kecil Serena.

"Oh iya bu, maaf saya menanyakan. Apakah gosip tentang ibu dan bos benar?"

"Yang mana?"

"Apakah ada hubungan," tanya Gita dengan sedikit ragu.

"Ya, tapi itu hanya sementara."

"Sementara?" Tanya Gita yang mendadak kaget.

"Saya menduga bahwa dia melakukan itu ada alasannya, seperti pertemuan keluarga contohnya," jawab Serena dengan sedikit melamun.

"Maa.. maksudnya bos mempermainkan ibu?" Gitapun sangat kaget.

"Feeling saya berkata seperti itu,"

"Awas aja kalau bos itu berani nyakiti sama ibu, saya akan membuatnya menyesal karena buat ibu menangis,"

"Haha, jangan begitu. Sudah-sudah habiskan makanan kamu!" Tawa kecil Serena.

"Oh iya, sampai lupa bu hehe," kata Gita yang tersenyum itu dengan malu-malu

***
Dibalik dinding, seseorang wanita mendengarkan dengan sangat hati-hati, dia begitu kaget mendengar percakapan Serena dengan Gita. Bahkan dia sangat bingung dengan Serena.

#Sebagian cerita di sembunyikan

Skenario (TERBIT)Where stories live. Discover now