06. Negeri Entah Berantah

2.3K 333 4
                                    

Kedua mata Pradita terbuka, bersamaan dengan napas yang terengah-engah, serta jantung yang berdetak begitu cepat, seakan ingin meledak dan ingin copot dari tempatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kedua mata Pradita terbuka, bersamaan dengan napas yang terengah-engah, serta jantung yang berdetak begitu cepat, seakan ingin meledak dan ingin copot dari tempatnya. 

Pradita menarik napas kuat untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen sebanyak-banyaknya. Tersenyum. Kali ini ia merasakan udara segar, berbeda dengan udara engap yang ia rasakan di dalam candi beberapa saat yang lalu.

Pradita yang tadinya dalam keadaan terbaring kini mengubah posisi menjadi duduk ketika hal pertama kali yang ia lihat adalah atap  tempat tidur dengan kelambu berwarna emas yang terlihat begitu klasik dan mewah.

Wajahnya lalu memucat. Bibirnya bergetar seperti orang yang tengah syok luar biasa. Sebenarnya memang syok sih.

Masih dalam keadaan jantung yang berdebar-debar, Pradita menyibak selimut lembut berwarna emas yang sejak tadi membungkus tubuhnya. Satu detik kemudian, ia menjerit kala menyadari ada yang berbeda dengan dirinya. Bukan ekor duyung, jelas bukan! Tetapi lebih parah dari itu!

Pradita menggeleng.

Semenjak kapan pakaiannya berubah?

Semenjak kapan dia mengenakan pakaian khas seorang puteri kerajaan zaman dulu?

Seingatnya, ia mengenakan kemeja putih serta rok batik. Tapi apa ini? Kenapa ia hanya mengenakan kemben serta jarik?

Seketika Pradita mendesis dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Kedua tangannya terkepal kuat. Perempuan itu beringsut mundur hingga punggungnya menempel di kepala ranjang yang terbuat dari kayu dengan pahatan yang begitu indah.

Sebuah pertanyaan terus terngiang di kepalanya; Siapa yang telah mengganti pakaiannya?!

Masih dalam keadaan syok luar biasa, Pradita beralih melihat ke jendela yang ada di samping tempat tidur. Jendela yang tersusun oleh kayu yang juga berukir itu dalam keadaan terbuka lebar, menyuguhkan pemandangan di luar kamar yang begitu mengagetkan.

Pradita hampir terhuyung. Selain karena menggunakan jarik yang membatasi langkahnya, kemben yang membungkus dada hingga perutnya sungguh kencang hingga membuatnya kesulitan bernapas.

Kedua bola mata Pradita kini bergerak cepat. Di depannya sekarang, ada sebuah halaman berumput yang begitu luas.  Di tengah halaman tersebut terdapat kolam yang sekelilingnya dibatasi oleh bebatuan berukuran tak terlalu besar dengan bunga teratai yang sedang bermekaran. Tampak sangat cantik. Mengagumkan! Tapi, ini bukan waktu yang tepat untuk terpukau akan suatu hal karena sekarang ini Pradita dilanda kekhawatiran.

Atensi Pradita lalu teralihkan ke beberapa perempuan yang hanya mengenakan jarik serta kemben yang hanya dililitkan di tubuh sedang berjalan melintasi halaman tersebut dengan kepala tertunduk. Ada yang tengah membawa tenggok, juga ada yang sedang membawa tampah.

Pradita menggeleng. Dia sungguh bingung. Sebenarnya dia berada di mana sekarang? Kenapa tempatnya begitu asing? Pradita bahkan tidak pernah melihat seorang perempuan berpakaian seperti itu, kecuali pada saat menyaksikan pertunjukkan drama kolosal.

Hingga kemudian, suara deritan pintu kamar yang terbuka membuat Pradita seketika berbalik badan dengan cepat.

Seorang gadis seumurannya yang berpakaian sama persis dengan orang-orang yang ada di halaman tadi terlihat tengah menutup pintu dengan perlahan. Gadis berpenampilan layaknya dayang di film-film kolosal nusantara itu belum berbalik sehingga tidak sadar jika ada Pradita yang tengah berdiri di depan jendela dengan raut ketakutan.

"S-siapa?" Pradita bertanya dengan suara yang sedikit serak. Seperti ada yang menyangkut di tenggorokannya.

Perempuan yang tengah membawa nampan berwarna emas dengan sebuah mangkuk berukuran sedang di atasnya itu sontak terperanjat. 

Detik berikutnya, gadis itu langsung bersujud. "Ampun, Ndoro putri. Hamba pikir, Ndoro putri belum sadarkan diri. Ham-hamba datang ke sini berniat untuk membersihkan tubuh Ndoro."

Ndoro putri?

Apa maksudnya? Kenapa perempuan itu memanggilnya dengan sebutan Ndoro putri?

"Sebentar." Tangan kiri Pradita terangkat, meminta orang tersebut untuk jangan berbicara lagi karena kepalanya tiba-tiba berdenyut.

Segala ingatan mendadak merasuki kepalanya. Satu per satu kejadian sewaktu di Candi Prambanan mulai berdatangan. Mulai dari ia menginjakkan kaki di kompleks candi tersebut, hingga ketika ia terkurung di dalam ruang utara Candi Siwa yang membuatnya jatuh di lubang yang begitu gelap.

Pradita semakin merintih kesakitan. Samar-samar ia melihat gadis itu mendekatinya.  

"Ad-ada Apa, Ndoro putri? Apa Ndoro puteri baik-baik saja?" Dayang tersebut bertanya panik.

Karena tidak mendapat sahutan apapun dari Pradita, dayang tersebut bergegas keluar dengan raut yang begitu panik. Suaranya sedikit serak ketika berteriak kepada pengawal supaya menjemput tabib kerajaan.

Masih dalam keadaan memegangi kepala, Pradita memaksakan diri untuk bisa bangkit. Baru lima detik dia berhasil berdiri, tubuhnya kembali limbung.

Semuanya gelap.

Semuanya gelap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari terakhir PO

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari terakhir PO. Jangan sampai terlewatkan!

Tunjukkan apresiasi kalian terhadap cerita ini dengan cara vote, komen, dan follow❤️

Minggu, 10 April 2022

Best regards,

Thimzyou

Cinta Seribu CandiWhere stories live. Discover now