14. Menjadi Dayang

1.7K 265 15
                                    

Jangan lupa tinggalkan komentar dan pencet bintang ya!

Jangan lupa tinggalkan komentar dan pencet bintang ya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau mau pergi ke mana?"

Langkah Pradita terhenti ketika suara seorang prajurit menginterupsinya dari belakang. Pradita perlahan menoleh. Prajurit itu mendekatkan obor yang ia bawa, membuat Pradita sedikit menunduk karena wajahnya terkena cahaya oranye tersebut.

"Ak-aku ingin buang air di sungai."

"Dayang dilarang keluar dari istana tanpa pengawasan. Kau bisa pergi ke sumur itu untuk mengambil air.

"Tapi aku juga ingin buang air besar." Pradita tak kehabisan akal.

"Bukankah di dekat penginapan dayang tersedia tembikar dan juga sumur sendiri? Apa kau dayang baru?"

"Ah, sepertinya aku lupa karena terbangun tengah malam. Terima kasih." Pradita memegangi kepalanya seolah benar-benar lupa. Segera saja ia pergi dan berjalan cepat menuju penginapan dayang yang ditunjuk oleh prajurit tadi sebelum dicurigai.

Dengan ragu ia memasuki rumah berkayu tersebut. Suara derit pintu terdengar ketika ia membuka pintunya perlahan. Di ruangan yang bercahaya remang itu, tatapan Pradita bergerak mencari tempat longgar di antara puluhan dayang yang tidur berjejeran. Untung saja di bagian ujung masih ada tempat meskipun tak mendapat tikar.

Pradita segera melangkah hati-hati agar tak membangunkan orang lain. Setelah sampai di ujung, ia langsung membaringkan tubuh dengan posisi miring menghadap tembok kayu. Kedua tangannya memeluk lengan. Sungguh dingin, ditambah tidur tanpa alas seperti ini.

Tak apa, ini hari terakhirnya di sini. Harusnya ia nikmati karena besok ia akan keluar dari istana bersama para dayang yang ingin ke pasar. Bye-bye neraka!

***

"Bangun! Hari sudah pagi!" Teriakan tak asing itu mengganggu tidur Pradita. Ia rasanya baru saja tidur, tetapi lengannya terus digoncang seperti terjadi kebakaran.

"Bangun!"

Pradita perlahan membuka matanya yang bak dilem. Ia mengerjap, mendapati Batari telah berdiri di depan pintu penginapan yang terbuka dengan wajah datarnya. Para dayang tanpa disuruh dua kali langsung bangkit dan berhamburan keluar, hanya tinggal dirinya sekarang dan juga seorang dayang bertubuh gemuk. Itu Indurasmi.

"Hei, bangunlah. Jangan sampai kau dihukum!" ucapnya yang kemudian keluar dari ruangan sempit tersebut.

Pradita menghela napas. Dengan sedikit terhuyung karena kesadarannya belum utuh, ia melewati Batari sambil menyembunyikan wajahnya dengan rambut.

Melihat matahari yang belum menampakkan diri, Pradita yakin jika ini masih pukul setengah empat pagi. Pradita baru tahu aktivitas para dayang yang kini secara berkelompok bergantian keluar istana untuk mandi di sungai. Beberapa dayang yang telah kembali langsung bekerja, ada yang menyapu halaman istana dan menumbuk padi. Suara lesung yang dipukul saling bersahut-sahutan, membuat suasana pagi sudah sangat ramai.

Cinta Seribu CandiWhere stories live. Discover now