11. Lelaki Tak Terduga

2.2K 317 44
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen!❤️


Pradita menelan ludahnya susah payah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pradita menelan ludahnya susah payah. Gadis itu terduduk dalam keadaan gelisah. Ia ingin segera kabur dari halaman itu, tetapi entah kenapa kedua kakinya seakan sulit untuk diajak berdiri. Kedua tangannya bahkan tak mampu hanya untuk menjangkau selendang merah yang terlempar tepat di depan laki-laki bertubuh tegap itu.

Masih dalam keadaan terduduk, Pradita mencoba mundur. 

Pradita terus menunduk sambil mencoba menutupi wajah dengan rambut panjangnya yang tergerai, berharap agar laki-kaki itu tak mengenalinya. Dalam situasi seperti ini, Pradita harus waspada.

Pradita tak berani untuk menatap lelaki tersebut, keberaniannya hanya sebatas meliriknya. Kedua mata Pradita diam-diam mengamati laki-laki berkulit sawo matang dengan tubuh terlihat sangat kokoh itu yang kini tengah berjongkok guna mengambil selendang merahnya yang tergeletak di dekat lelaki tersebut.

"Kau terlihat ketakutan sekali."

Pradita semakin gelisah ketika laki-laki itu malah mendekatinya.

"Ja-jangan mendekat." Akhirnya bibir tipis yang sedari tadi terkunci itu berhasil mengeluarkan suara meskipun terbata. Tangannya bahkan sampai terangkat, mengisyaratkan supaya laki-laki itu tak melanjutkan langkahnya karena ia tak mungkin bisa terus-terusan mundur dalam keadaan duduk.

Pradita kini mendongak. Ia menggigit bibirnya sebelum berkata, "Ham-hamba hanya seorang dayang. Tolong jangan bunuh hamba."

Sudut bibir laki-laki yang berdiri di hadapan Pradita tertarik. Pradita menatap takut-takut sosok di depannya yang kini berganti duduk bertongkatkan lutut dengan selendang yang masih berada di genggaman tangan kanan. "Baru kali ini aku melihat seorang dayang mengenakan perhiasan," ungkapnya sambil mengamati segala pernak-pernik yang tengah dipakai Pradita.

Pradita mengatupkan bibir rapat-rapat.  Kedua bola matanya bergerak cepat seakan memikirkan alasan yang masuk akal. "Sa-saya benar-benar hanya seorang dayang. Perhiasan ini bukan milikku."

Salah satu alis laki-laki itu terangkat. Pradita merasa jika kalimatnya akan salah lagi.

"Apa maksudmu perhiasan itu hasil mencuri? Begitu?"

Pradita memejamkan kedua mata sambil memalingkan wajah ke arah kiri. Ia sungguh kehilangan kata-kata. Setiap kalimat yang ia ucapkan selalu berhasil ditimpali oleh laki-laki itu.

"Kenapa kau tidak berani melihat ke arahku? Apa wajahku terlihat menyeramkan bagimu?"

Tidak. Wajah setampan itu mana mungkin bisa disebut menyeramkan? Apalagi dengan sepasang alis tebal yang terukir indah di atas matanya. Belum lagi dengan hidung mancungnya, membuat Pradita ragu jika nenek moyang orang Jawa tak pesek-pesek amat. 

Cinta Seribu CandiWhere stories live. Discover now